10

1.9K 132 25
                                    












ฅ^•ﻌ•^ฅ ♡ ฅ^•ﻌ•^ฅ

TIME FOR US

ฅ^•ﻌ•^ฅ ♡ ฅ^•ﻌ•^ฅ












Selepas melepas rindu dan mengobrol dengan Jihoon, Akhirnya ketiganya memutuskan untuk kembali ke mobil dan kembali melanjutkan perjalanan. Tibalah mereka di Jepang,

Jaemin tak henti-hentinya berdebar, perasaan risau mulai menggerogoti hatinya, telapak tangannya bahkan sudah berkeringat. Walau tampak luar dirinya terlihat baik-baik saja dengan ekspresi wajah biasa, tapi tidak dengan dalam hatinya sendiri. Jeno maupun Jisung bahkan tidak sadar akan kerisauan yang dirasakannya, itu karena Jaemin pandai mengontrol mimik wajahnya.

Hal yang sama pun di rasakan oleh Jeno sendiri, sebenarnya hatinya bisa dikatakan cemas karena hal yang akan terjadi ke depannya. Apa aku akan baik-baik saja? Ucap Jeno membatin. Ia terus berdoa sembari menenangkan dirinya agar tidak terlalu memikirkan hal-hal aneh yang akan mengakibatkan dirinya semakin gugup.

Kini ke tiganya berada di mobil taksi. Perjalanan menuju mansion keluarga Na lumayan memakan waktu yang lama, jadi untuk itu mereka kembali tidur di dalam taksi. Dan yang kali ini terjaga adalah Jeno.

Selama perjalanan, debaran jantung yang semakin cepat dan keringat dingin menyertainya. Jeno tidak bisa mengelak bahwa ia masih terus memikirkan hal-hal apa saja yang akan terjadi nanti?, resiko-resiko apa yang akan ia terima?

Akankah aku berhasil? Apa bisa aku meluluhkan kembali hati Ayah Yuta?

Ia terus memikirkan kata-kata tersebut sambil memejamkan matanya. Sampai akhirnya mereka telah sampai. Hari sudah gelap, lampu-lampu jalan menyala.

Sudah sampai?

Jeno semakin gugup, tubuhnya menegang, keringat dingin mulai bertambah banyak, badannya sedikit gemetaran. Jaemin dapat rasakan hal yang sama ketika melihat ekspresi Jeno yang menatap pintu gerbang rumahnya.

Dengan ragu namun pasti, Jaemin bawa tangannya untuk menggenggam tangan Jeno. Menyalurkan semangat dan meyakinkan Jeno kalau semua akan baik-baik saja, walau kemungkinan kecil itu terjadi. Jeno melihat tangan yang berada di genggaman Jaemin, lalu matanya bertemu dengan mata Jaemin yang masih sama indahnya jika dilihat dari dekat seperti ini. Melalui tatapan itu, Jeno dapat rasakan apa yang Jaemin sampaikan. Keduanya mengangguk yakin.

Lalu sebelah tangan Jaemin menggenggam tangan Jisung yang saat ini senang telah sampai di rumah kakeknya. Jaemin dan Jeno menghela nafas beratnya dan mulai melangkahkan kakinya masuk.

Semakin maju ke depan, bertambah pula degupan jantung mereka, genggaman mereka pun terasa semakin erat nan kuat.

Jisung terus tersenyum lebar, anak itu lebih dulu melepaskan tangannya dari genggaman Jaemin dan berlari menuju pintu rumah.

Dengan begitu, Jaemin melepas genggamannya juga pada Jeno lalu segera menggantinya dengan menggandeng lengan kokoh itu. Memberi sedikit jarak antara dirinya dan Jeno agar terlihat tidak terhimpit.

Ketukan pintu terdengar, itu ulah si anak yang kini sudah berumur 14 tahun. Seraya Jisung mengetuk, Jaemin pun menekan bell rumahnya.

Belum ada tanda-tanda orang dari dalam, Jeno mengedarkan pandangannya. Melihat suasana disini, membuatnya tenang sekaligus tegang. Bagaimana tidak, terdengar suara lolongan anjing dan tak lupa juga suara jangkrik yang terus berbunyi.

[SBM] Time For Us ✓Where stories live. Discover now