14. KEBAHAGIAAN YANG SEDERHANA

1.5K 154 27
                                    

4 jam sudah Aluna pingsan dan selama itu pula Rafael menjaganya. Lelaki yang berstatus kakak kandung Aluna itu dengan setia menjaga sambil menatap wajah adiknya yang persisi seperti dirinya, dengan versi cewek.

Rafael tersenyum tipis. Dia menggenggam tangan Aluna dan mengusapnya.

"Pasti Papa bangga punya anak kayak kamu Al." ujar Rafael tersenyum tipis. Laki-laki itu menatap wajah Aluna lama.

Rafael menghela nafas, dia menggeleng pelan kala bayangan itu lagi-lagi menghantuinya.

"Semoga dia gak hancurin kamu dek. Tapi sampai itu terjadi, Kakak akan turun tangan untuk lindungin kamu." gumamnya lagi.


***

Seorang pria paruh baya menatap laptop dimana di layar itu terdapat dua orang di ruangan. Seseorang itu mengusap layarnya.

"Papa kangen sama kalian, nak." gumamnya. Pria paruh baya itu menghela nafasnya.

"Andai saja kejadian itu tidak membuat kita ke terpisah. Maafkan Papa yang sudah menghancurkan kebahagian kalian." ujarnya sebelum ketukan pintu mengalihkan fokus dirinya.

Tok Tok Tok

"Masuk."

Ceklek

"Permisi, Tuan."

Pria itu mendongak menatap anak buahnya. "Ada apa?" tanyanya dingin.

Seseorang yang baru saja datang itu membungkuk hormat dengan setelan serba hitamnya, khas bodyguard.

"Saya ingin mengabarkan tentang Nona Aluna."

Mendengar nama itu, lantas pria paruh baya bersetelan kemeja abu-abu tersebut menatap anak buahnya serius. "Ada apa dengan dia?"

Lelaki berbaju hitam itu berdehem pelan. "Dari kabar yang saya dapat, Nona Aluna sedang dalam masalah."

"Lalu?" Pria paruh baya itu menyender dengan telinga yang selalu siap mendengar kabar dari sang anak buah.

"Nona Aluna sedang memiliki masalah dengan dia."

Pria paruh baya itu mengepalkan tangan nya. "Berani-beraninya dia." geramnya. Kemudian lelaki berkepala tiga itu kembali menatap anak buahnya dengan tatapan serius. "Kerahkan seluruh anggota mu untuk menjaga dia. Saya tidak ingin dia kenapa-kenapa." perintah pria itu membuat anak buahnya mengangguk mantap.

"Baik, akan saya laksanakan."

"Silahkan keluar. Saya ingin sendiri." titahnya tegas.

"Baik. Kalau begitu saya permisi."

Setelah anak buahnya keluar, pria yang masih duduk di kursi kebesarannya menghela nafas lelah. Dia memijit pangkal hidungnya merasa pusing dengan semua masalah yang ia hadapi.

"Papa harap kamu cepat menyeselesaikan masalah ini nak. Papa gak mau kamu di lingkaran masalah yang besar." gumam pria itu menatap figura seorang anak perempuan yang tengah tersenyum.

Tangan besarnya membuka laci dan mengambil sesuatu di dalam sana. Foto yang terdapat empat orang tengah tersenyum dengan dua orang anak kecil berusia 3 dan 6 tahun di antara dua orang dewasa. Jarinya mengusap wajah mereka yang berseri dengan senyuman yang merekah. Sebuah senyum kebahagiaan sebelum kejadian itu merenggut kebahagian dan senyuman mereka.

BASTIAN [REPUBLISH]Where stories live. Discover now