Rama

136 5 1
                                    


Rama sibuk menggoyangkan badannya mengikuti alunan music Disk Jockey malam ini. Malam minggu membuat tempat ini lebih ramai dari biasanya. Akan ada lebih banyak wanita yang bisa menyegarkan matanya. Tapi kini dia sudah mengunci satu wanita yang menjadi targetnya. Tinggal melancarkan jurus terakhir untuk membawanya ke tempat yang lebih sepi, mengirimkan sinyal-sinyal dan gesture seksual seperti ciuman lalu mengajakknya ke hotel terdekat.

Ini bukan yang pertama kalinya untuk Rama. Mungkin namanya sudah terkenal di club ini bahwa ia pecinta one night stand. Dengan predikat itu tidak sulit baginya untuk mendekati wanita, karena wanita yang menginginkan hal yang sama akan tersaring otomatis. Tak jarang pula mereka menawarkan diri dan mendekati Rama dahulu.

Meski begitu one night stand akan tetap menjadi one night stand bagi Rama, tidak lebih. Tidak ada hal-hal emosional semacam cinta, iba dan lainnya, keculi pemenuhan kebutuhan biologis semata. Rama tidak butuh nama, tidak butuh nomer hp, kadang ia bahkan sudah lupa meniduri wanita yang sama hingga dua kali. Dan dia selalu bermain aman. Karena tujuan awalnya memang mendapatkan kenikmatan tanpa adanya ikatan.

Tatapan Rama semakin dalam, pandangannya menelusuti wajah wanita yang penuh riasan di hadapannya. Dari mata, hidung, lalu berhenti di bibir. Tangannya mulai ikut meraba bibir itu. Sudut bibir Rama langsung terangkat ketika si wanita hendak menyerang bibir Rama duluan. Dan berciuman lah mereka.

Sambil berciuman Rama menggiringnya ke pinggir kerumunan. Berniat melakukan hal yang lebih dari sekedar French kiss, memojokkannya ke tembok misalnya. Tapi rupanya wanita tampak lebih bernafsu darinya. wanita ini ingin mendominasi dan justru yang mendorognya ke tembok. Membiarkan dirinya mendapat ciuman intim dengan pemandangan orang-orang yang sedang gila di dance floor. Entah sadar atau tidak dengan keberadaan dua sejoli yang dihinggapi nafsu ini, tapi tampaknya mereka tak peduli. Karena itu memang sudah mejadi pemandangan yang umum di club malam.

Disela-sela ciuman panasnya, tiba-tiba netra Rama menangkap sosok wanita berdiam diri di tengah kerumunan. Meski agak jauh, Rama yakin tatapan wanita itu untuknya. Melihatnya. Dengan tatapan tajam dan senyum yang aneh. Sungguh ekspresi yang menantang untuk Rama. Ditatap seperti itu membuatnya spontan semakin bernafsu mencium pasangannya.

Wanita itu sangat cantik. Bahkan berkali-kali lipat lebih cantik dari wanita yang kini sedang Rama cium. Dengan riasan yang tidak terlalu bold dan baju yang tidak terlalu sexy-sexy amat. Tapi dia adalah tipe wanita yang akan membuat orang jatuh cinta bahkan ketika pertama kali melihatnya.

Dengan bekal tatapan mereka yang bertaut cukup lama, Rama merasa gadis ini juga punya ketertarikan terhadapanya.

"Baiklah, sepertinya yang ini lebih menarik" Batin Rama.

Dengan sepihak ia melepaskan ciuman intimnya, hingga mengundang protes dari pasangannya.

"Hey! Whats going on?"

"Sorry, lain kali aja kita terusin." Balasnya.

Setelah berdebat singkat, Rama lalu mengalihkan pandangannya lagi ke tengah kerumunan, tempat wanita tadi berdiri. Tapi ia sudah tidak ada. Rama segera masuk ke kerumunan untuk mencari sosok itu.

Beberapa kali menyapa wanita yang salah, hingga ia pun memutuskan untuk kembali ke sofa. Tempat ia dan teman-temannya memesan tempat. Dia memang selalu datang kesini bersama teman-teman dekatnya. Leon, Dean dan Fadli. Tapi kini hanya tersisa Leon dan Dean yang duduk santai di sofa, sendagkan Fadli sudah tidak di tempat, entah kemana.

"Sama yang tadi nggak jadi, Ram?" Tanya Leon.

"Nggak, gue nemu yang lebih seger lagi."

"Trus kenapa lo balik kesini. Kenapa ga langsung disikat?"

"Ngga sengaja lepas. Entar aja kalo ketemu lagi."

Rama menyesap lagi alkohol yang sudah mereka pesan sejak tadi, sambil matanya menyisir dance floor. Masih berharap menemukan sosok wanita tadi.

"Ram, kabarnya bokap lo punya simpanan baru ya?" Tanya Dean. Selain dekat karena hobby yang sama ke club malam, mereka juga terhubung karena urusan bisnis. Orang tua mereka adalah rekan bisnis, membuat anak-anak mereka juga berada dalam satu circle yang sama.

"Gosip dari mana lagi lu dapet?" Sahut Leon.

"Nyokab gue kan deket sama manager operasionalnya Bon Goût Restaurant, katanya dia di ganti sama bokapnya Rama." Jelasnya. "Sama mbak-mbak yang masih muda gitu. Yang masih belum punya pengalaman"

Rama hanya terdiam. Dia bukannya tidak tahu tentang kabar ini. Beberapa kali ia mendengar kabar yang sama dari karyawan perusahaannya. Ini bukan yang pertama kalinya ayahnya tersandung skandal perselingkuhan. Tapi mengambil keputusan gegabah seperti itu cukup membuat Rama kecewa. Merekrut orang yang belum berpengalaman menjadi manager operasional sebuah restoran mewah dengan omset puluhan juta sehari, tentu keputusan yang sangat riskan.

Meski begitu Rama juga belum memastikan kabar burung itu. Meski restoran itu teletak satu gedung dengannya, ia belum menyempatkan mampir untuk melihat wujud seperti apa simpanan ayahnya itu.

"Tapi kabarnya itu mbak-mbak itu cantik banget. Masih seumuran kita."

"Gile, selera bokap lu ga main-main ya, Ram" Canda Leon.

"Bacot lu pada." Sahut Rama.

"Jangan gitu dong, Ram. Lo emang ga penasaran? Atau lo udah ketemu sama orangnya?"

"Ga tertarik gue sama gituan." Balas Rama cuek. "Kaya bokap lo pada ga punya simpanan aja." Ejeknya lagi.

LILACМесто, где живут истории. Откройте их для себя