The Wind Blows to Us

102 5 1
                                    

Hari ini Rama memastikan sendiri penampakan gadis simpanan itu. saat ini ia sedang menyantap makan siangnya sendirian di Bon Goût Restaurant sambil menatap tajam wanita di meja seberang.

Cantik. Tentu saja

Wanita berambut sebahu dengan mata bulat namun sayu. Jika ditakar mungkin umurnya baru 20-an, yang jelas lebih muda dari Rama. Tumben sekali selera ayah seperti ini, pikir Rama.

Dari yang sudah-sudah, selingkuhan ayahnya lebih mirip tante-tante meski umurnya masih belia. Dengan riasan bold dan pakaian branded hasil dari kerja menguras dompet ayahnya.

Tapi ia akui seleranya ini lebih cantik dan lebih mending dari pada selingkuhan lainnya. Tapi kemudian Rama terkekeh sejenak. Tentu saja tidak ada yang lebih mending, selingkuhan manapun sama hinanya.

Rama tentu saja tidak suka ayahnya berselingkuh. Ketika ia tahu pertama kali, rasa bencinya terhadap ayahnya menjadi berkali-kali lipat lebih besar. hubungannya dengan ayahnya memang tidak pernah baik sejak dulu, seperti ada tembok yang menghalangi mereka untuk saling peduli dan mempedulikan. Tapi perselingkuhan tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, ibunya pun pada akhirnya tidak peduli. Dan Rama sendiri juga tahu diri, ia tidak lebih baik dari ayahnya. Ia sama brengseknya.

Alih-alih kembali ke kantornya, Rama memilih pergi ke rooftop untuk menyesap rokoknya.

Rama menghembuskan asap rokok entah untuk keberapa kalinya. Diatap ini adalah tempat favoritnya untuk merokok. Karena jarang ada yang datang kesini kecuali teknisi atau office boy yang datang untuk bersih-bersih. Itupun tidak di jam makan siang, di saat matahari terik tepat diatas ubun-ubun. Karena itulah saat siang hari tempat ini bisa ia nikmati sendirian. Tapi meski tempat terbuka ini panas, angin yang datang berhembus kencang. Membuat rasa panas itu sedikit tergantikan dengan sejuknya angin.

Tiba-tiba matanya menangkap sebuah gerakan dari arah kanannya, agak jauh dari tempatnya. Tapi maatanya tiba-tiba membulat, ketika memastikan seorang wanita bangkit berdiri di atas pagar beton.

Lantas matanya membulat ketika menyadari sepasang sepatu heels ada di bawahnya. Sementara wanita itu masih berdiri dengan tenang, rambut hitamnya melambai-lambai tertiup angin.

Untuk sepersekian detik Rama membeku. Kilatan masa lalu tiba-tiba muncul dikepalanya. Sepasang sepatu kets di bawah bagar beton, rambut panjangnya yang tertiup angin, langit biru tanpa awan. Semuanya membawanya ke memori yang ia coba lupakan selama bertahun-tahun. Hingga rokok di tangannya tanpa sadar jatuh.

Rama spontan berlari kearah gadis itu.

Suara sepatu bertemu dengan lantai beton membuat gadis itu menoleh ke belakang. Belum sadar dengan apa yang terjadi, Rama menarik tangan sang gadis hingga membuat keseimbangannya hilang.

Mereka jatuh dengan posisi Rama menahan gadis itu di pelukannya. Entah dari mana dan apa identitas gadis itu. Rama tetap memeluknya dengan erat sambil menutup mata. Setidaknya ia yakin telah menyelamatkan satu nyawa.

"To-tolong lepaskan, sesak!" Ucap sang gadis.

Rama lalu melepaskan pelukannya. Namun masih memegang tangannya untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba gadis itu berlari ke pagar lagi.

"Hey! Lo gila ya!" Rama kemudian berteriak melampiaskan emosinya ketika gadis itu sudah duduk dengan benar. Tapi yang membuat Rama makin kesal, gadis itu malah menjawabnya dengan ekspresi bingung. "Kalo lo mau bunuh diri setidaknya jangan di gedung gue!"

Gadis itu makin bingung lagi. "Siapa yang mau bunuh diri?" tanyanya dengan santai.

"Ya Elo laah!"

"Enggak, saya ga mau bunuh diri kok." Jawab gadis itu sambil menggeleng polos.

"Trus lo ngapain berdiri di pagar kaya gitu?!" Tanya Rama masih dengan nada tinggi.

"Saya mau turun."

"Turun ke neraka maksud lo?!" Sahut Rama. "Kalo ada masalah di bicarain baik-baik mbak, kalo ga bisa cari tenaga professional kek. Jangan malah bunuh diri. Lo kira hidup lo cuma milik lo doang."

"Mas ini ngomong apa sih? Siapa yang mau bunuh diri. Saya tadi Cuma duduk-duduk cari angin disitu. Berdiri bentar trus mau balik turun."

"Duduk-duduk di pagar rooftop lantai 10?! Malaikat maut juga udah siap-siap jemput mbak itu mah."

"Saya malah pernah di lantai 15, ga seserem itu kok"

Rama malas berdebat. Setelah dia kena mental breakdown karena nyaris melihat adegan bunuh diri live, dan dengan segala daya upaya menyelamatkannya. Alih-alih mendapatkan terimakasih justru mendapatkan perdebatan yang tidak penting.

"Lain kali jangan bikin orang jantungan dong" Nada bicara Rama sudah normal.

Gadis itu masih menatapnya dengan lekat. Rama merasa ada sesuatu yang hendak ia utarakan.

"Mas ngikutin saya ya??" Ucap Gadis itu.

Seketika membuat Rama juga terdiam. Menatap netra coklat gadis ini, lalu baru sadar bahwa gadis ini adalah gadis yang baru saja ia lihat di Restoran. Si jalang selingkuhan ayahnya itu. 

LILACWhere stories live. Discover now