16. Sweet Smile

52 16 1
                                    

❝ Dahulu, aku berpikir bahwa kamu adalah jalan terbaik yang ku tempuh, rupanya memaksa untuk bersama mu, hanya membuat ku tersesat, lalu jatuh. ❞

— Kang Na, 2018

________________________________

Happy Reading!









Tirai-tirai itu berterbangan, di hembuskan oleh angin yang menyelinap dari luar jendela.

Mentari yang sebelumnya bersembunyi di balik awan, kini berani mengintip. Sinarnya menembus di sela jendela yang tak tertutup. Membuat tidur ku yang lelap, menjadi terusik.

Aku membuka kedua mata ku, menyesuaikan pandangan dengan cahaya ruangan yang begitu menyilaukan.

Sayup-sayup ku pandangi tirai-tirai yang menghalangi pandangan ku.

Juga, selimut yang entah berasal dari mana— telah menyelimuti tubuh ku. Aku merasa hangat, bahkan sepertinya aku telah memakai pakaian yang berbeda, tak sama seperti sebelumnya karena pakaian ku pasti masih basah. Ya, aku dapat merasakan nya walau masih berbaring.

Ruangan ini terlihat asing. Aku belum pernah berada di sini, sepertinya aku berada di bangsal UKS.

Srakkk!

Tirai yang bergeser di hadapan ku, membuat kelopak mata ku mengerjap.

Terkejut, saat seseorang muncul di hadapan ku dengan wajah nya yang memar dan pakaian nya yang berantakan.

Ah, bahkan seragam sekolah yang dikenakan nya pun sudah tidak tertata rapih.

Tidak, dia bukan orang asing, aku sangat mengenal nya. Dia kerap sekali muncul di sekitarku, bahkan aku masih mengingat dengan benar kapan terakhir kali aku berhubungan dengan nya.

Dia, Na Jaemin.

Lelaki itu berdiri di hadapan ku dengan kedua mata nya yang terlihat khawatir.

Kemudian, ku dengar nafasnya tersenggal.

Lalu ia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, di hadapan ku. Membuat ku sekali lagi— mengerjapkan mata terkejut.

"Gue kira lo belum sadar," suara itu terdengar seperti helaan nafas.

Aku yang semula kebingungan, kini mulai tertarik 'mengapa Jaemin bisa terluka dan berada di hadapan ku. Lalu ku coba untuk duduk. Dan ku rasakan tak ada lagi rasa pusing di kepalaku, namun aku masih merasakan denyutan tajam yang bersarang di kedua pelipis ku.

"Lo masih pusing?" suara Jaemin kembali menyeruak.

Aku menoleh padanya, lantas menggeleng. Membuat nya tersenyum tipis, "baguslah."

Dia menundukkan kepalanya, tangan kekar nya mengusap sedikit darah yang keluar dari bibirnya. Ya, bagian itu lah yang terluka paling parah.

Aku meringis kecil. Melihat Jaemin terluka membuat ku ikut merasakan rasa sakit itu.

Aku mendekat kearah nya, lantas duduk di hadapan nya. Dan Jaemin yang menyadari pergerakan ku, kemudian mendongak.

"Kenapa?" suara nya terdengar tertahan.

Sepertinya luka di bibirnya terasa sakit jika digunakan untuk berbicara.

Aku hanya diam tak bergeming.

Lebih tepatnya tak tahu bagaimana cara menanyakan keadaan nya.

"Oh, lo mau tanya kenapa gue kaya gini?" suara Jaemin yang agak tersendat, sempat membuat ku terkejut, bagaimana dia bisa membaca isi pikiran ku?

✔|| With Na : Na Jaemin, 2018Where stories live. Discover now