BAGIAN 5

6 2 0
                                    

Seorang lelaki mendongak ketika ada beberapa orang yang menghampirinya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Seorang lelaki mendongak ketika ada beberapa orang yang menghampirinya. Ia menutup komik Conan volume 91 miliknya kemudian meletakkannya di laci meja.

"Gua denger-denger, lu dulu kapten basket SMA Sandi Karsa?" tanya seseorang.

"Emang kenapa?" alih-alih menjawab, Langit kembali bertanya dengan sebelah alis terangkat.

Dari sisi lain Indra menjawab "kebetulan banget! tim kita--"

"Gua nggak minat," tolak Langit cepat, bahkan sebelum Indra menyelesaikan perkataannya. Langit sudah tahu arah pembicaraan mereka dan langsung menolak tawaran mereka.

Adrian mendecih, lelaki itu merasa seseorang di hadapannya sedang menyombongkan dirinya.

"Ini kesempatan emas buat lo gabung di tim kita, Lang!" ujar Rehan.

"Kesempatan emas buat gue?" Langit mengulang perkataan Rehan. Lelaki itu mengangguk.

"Gue dilahirin untuk jadi ketua. Kalau kalian ngajak gua join di tim kalian cuma buat jadi anggota, gua nggak ada waktu." Langit menyeringai puas.

"Bukan gua yang dapat kesempatan emas kalau gabung sama kalian. Tapi kalian yang dapat kesempatan emas kalau gua join dan jadi leader di tim kalian. Gua bakal mencetak rekor kejayaan buat sekolah ini." Ujar lelaki itu dengan penuh percaya diri.

Langit kembali membaca komiknya dengan tenang.

"Songong banget, anjing" gumam Adrian dengan emosi memuncak. Lelaki itu hendak melangkah maju namun dicegah oleh para kawannya.

"Udah Yan... tahan... mending kita balik" usul Rehan menepuk bahu Adrian.

Adrian dan kawan-kawannya pun kembali duduk di barisan depan. Lelaki itu terlihat menggerutu dan tak henti-hentinya menatap sinis ke arah Langit dari kejauhan.

Merasa jenuh di kelas, Langit melengang keluar kelas, melewati jejeran geng Adrian yang tengah menatapnya tajam. Apa Langit terlihat peduli? Tentu tidak.

Saat menyusuri beberapa koridor, matanya seperti menangkap siluet gadis. Dengan cepat Langit menghampirinya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


"Boleh minta nomor HP-nya nggak?" mata lelaki itu berbinar penuh harap.

"Boleh Kak... Asalkan kakak beli Boba iced semua variant rasa di menu kami ya, kak" ujar gadis itu sambil mengibaskan rambutnya yang terurai.

"Iya gapapa! Saya order semua," lelaki itu kegirangan seperti mendapat hadiah doorprize. Ia sudah sering mampir di kedai minuman segar dekat kampusnya ini.

"Gila lu, Vir.. secara gak langsung lu morotin dia, anjir" umpat Mira setengah berbisik kepada sahabatnya itu.

"Ini namanya strategi marketing, Mir" Virli kembali berbisik.

Sudah sejak tadi pagi sahabatnya, Mira Lestari, membantunya di kedai. Lelaki di hadapannya adalah pelanggan antrian terakhir karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.20 WIB, yang artinya para kaum Adam ini harus segera melakukan shalat Jum'at.

Virliana Marabella adalah sosok yang terkenal seantero Universitas Gunadarma. Walaupun ia bukan mahasiswi kampus ini, namun semua pasti mengenalnya. Ia hanyalah gadis penjual es boba yang cantiknya seperti Anya Geraldine. Luar biasa.

"Sabar ya Kak.. sisa rasa green tea sama brown sugar, lagi dibikin" ucap Virli lembut.

"Iya," ia mengangguk cepat. "Iyaa saya sabar kok" lelaki itu berucap lembut yang justru malah membuat Mira dan Virli terkikik geli.

Setelah beberapa menit, lelaki itu membawa dua kantong plastik yang masing-masing terdapat lima varian rasa es boba.

"Buset Don! Gua nyuruh lu beli yang rasa brown sugar doang, kenapa malah ngeborong lu, kutil!" ujar kawannya yang sedari tadi menunggu di bawah pohon jambu.

Yang bernama Doni itu menyerahkan uang selembar dua puluh ribuan kepada kawannya, Awan Abhiyaksa Pratama.

"Nih duit lu, kali ini gue yang traktir..  mumpung gua lagi bahagia" ujar Doni dengan wajah berseri.

"Baek bener nih anak bagong, tumben.. ada apa gerangan sih kawan?"

Doni memamerkan robekan kertas kecil yang berisi deretan angka.
"GUA DAPET NOMORNYA VIRLI, WAN!!"

Awan menggelengkan kepalanya. Mau heran, tapi ia Doni Aguetta. Fans Virliana-holic jalur keras.

"Pegangin" titah Doni pada Awan.

Awan pun memegang dua kantong plastik itu sambil meminum Boba miliknya yang sangat nikmat diminum ketika terik matahari seperti berada tepat di atas ubun-ubun, seperti saat ini.

Tak jarang banyak gadis yang lewat menatapnya horor.

Seakan mengerti tatapan mereka, Awan menggeleng cepat sambil berucap, "bukan punya saya! Ini punya teman saya!"

Sementara Doni sibuk mengetik nomor HP Virli untuk disimpan di kontak ponselnya.

"Nomernya bukan nomer W*, wan" ucap Doni.

"Coba telpon biasa" celetuk Awan yang masih setia menyesap es boba miliknya walau yang tersisa hanya tinggal sekumpulan es batu.

Doni memencet tombol dial, kemudian memencet tombol load speaker agar Awan juga bisa ikut mendengarnya.

"Nomor yang Anda masukkan, salah... Mohon perhatikan nomor tujuan anda.." ting ning ning nung nit..

Seketika wajah Dino berubah pias sambil menatap dua kantong plastik es boba dengan tatapan nanar.

"Yang tabah bro... Kalau kata tutup botol frestea mah, 'coba lagi lain kali'"

 Kalau kata tutup botol frestea mah, 'coba lagi lain kali'"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

VIRTUALDonde viven las historias. Descúbrelo ahora