25 | Bad lier

766 128 15
                                    

Di dalam mobil Jia masih terdiam menatap lurus pintu bangunan sebuah sekolah elit di depan sana. Mobil Jia sudah terparkir dari tiga puluh menit yang lalu. Tidak cukup yakin untuk menemui seseorang yang namanya akhir-akhir ini berusaha mendobrak ketentramannya.

Jia mencoba menata ketenangan dan keyakinan, setelah benar-benar yakin barulah ia bergerak membuka pintu mobil lantas turun dan berjalan mendekati pintu bangunan tersebut, bertepatan murid-murid sekolah dasar keluar karena sudah saatnya jam pulang.

Langkah kaki yang terbalut sepatu tanpa hak itu melambat, tungkai Jia seakan kehilangan kecepatan. Seakan tak mampu bergerak lagi kala atensinya melekat pada gadis kecil yang sedang ia cari. Dengan seragam sekolah serta tas yang menggantung di punggungnya, Nayun berjalan ke arah tempat duduk di sebrang kiri pintu keluar. Wajahnya murung tidak seperti anak-anak lain yang memilik seri kebahagiaan di wajahnya.

Kedua tangan Jia meremas buku paket milik Nayun yang sengaja ia bawa. Sekalian mencoba mencari tahu sebenarnya siapa itu Nayun. Mengapa Taehyung mencoba menutupi soal anak itu darinya. Jia bertanya-tanya apa alasan Taehyung sampai harus membohonginya mengenai asal-usul anak itu.

Tangan Jia menarik tali tas yang merosot di sisi pundaknya sembari terus memperhatikan Nayun dari jarak yang tidak jauh.

Jia menyugar rambutnya ke belakang, menghirup napas dalam-dalam lantas membuangnya dalam sekali hembus. Haruskah Jia melangkah ke sana dan menanyakan tentang kedekatan anak itu dengan Taehyung secara langsung? Ah, yang benar saja. Bagaimana kalau Jia salah mengambil tindakan dan Taehyung mengetahuinya lantas ia marah karena merasa tak dihargai?

Ah, masa bodoh. Salah pria itu yang membuat Jia sampai di tempat ini.

Yang Jia lakukan sekarang berbeda dengan apa yang ada dalam pikirannya, Jia berakhir mengambil tindak berniat mendekati anak itu. Tidak memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya, yang terpenting sekarang adalah mencoba. Seseorang tidak akan mengerti hasil yang akan ia dapatkan jika belum mencoba.

"Sayangku, maaf Mama terlambat." Suara seorang wanita yang berlari kecil mendahului Jia sambil membentangkan tangan ke arah Nayun membuat Jia menoleh mengikuti gerak wanita itu dan setelah Jia sadar siapa wanita yang kini memeluk Nayun ia pun cepat-cepat membawa langkahnya mundur.

"Ayah tidak ikut? Kemarin kan sudah berjanji untuk menjemput Nayun berdua?" Nayun berucap lesu, wajahnya terlihat semakin ditekuk.

Dengan jarak beberapa meter Jia masih dapat menangkap pembicaraan mereka samar-samar. Jia mendengar jelas Nayun menyebut Han Kyung dengan sebutan Eomma.

Berarti Nayun adalah anak Han Kyung?

Jia membekap mulutnya, tidak menyangka. Jika benar begitu, artinya Taehyung dekat dengan anak dari mantan kekasihnya? Sampai rela berbohong? Untuk apa?

***

"Kau yakin dia anak yang bersama Taehyung waktu itu?" Jia menghimpit ponselnya di antara pundak dan telinga selagi melipat pakaian.

"Benar. Mataku masih sehat kalau tidak percaya sekarang kita ke dokter mata, supaya kau percaya mataku ini sehat." Nari merepet di seberang sana lantaran Jia sudah mengulangi pertanyaan yang sama sebanyak empat kali setelah ia mengirimkan foto Nayun kepada Nari.

"Ya ya, ya sudah aku akan menyelesaikan pekerjaanku."

"Tunggu dulu. Di foto itu keponakan kalian, kan?"

"Bukan. Dia anak teman suamiku," bohong Jia agar mempersingkat obrolan mereka. Jujur Jia sudah kehilangan minat untuk mengobrol lebih panjang.

Setelah mengakhiri panggilan Jia memasukan pakaian yang sudah rapih ke lemari kemudian berlanjut merapikan tirai dan membersihkan meja kerja Taehyung. Menata satu bersatu map-map yang berantakan karena tadi pagi pria itu amat tergesa-gesa, katanya ada sedikit problem pada salah satu lahan pembangunan.

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang