12

149 15 0
                                    





















Disebuah apartment kecil dengan pencahayaan minim terdapat dua orang lelaki yang tengah duduk berhadapan dengan kaleng-kaleng bir yang berserakan di atas meja.

“Seo Jaehwan. Itu namaku. Aku bersedia menampungmu di sini dengan syarat kau harus membantuku.” lelaki dengan tato ular dijari tengah tersebut memberikan sebuah penawaran pada orang yang duduk di depannya.

Lelaki di hadapannya tersebut tak langsung menjawab. Sosoknya masih sibuk memasukkan berbagai makanan yang ada, terlihat begitu kelaparan dan menjijikkan. Ditambah dengan wajahnya yang babak belur, juga darah yang mengering disudut bibir.

“Kenapa aku harus membantumu? Apakah karena kau sudah menolongku. Tidak, aku tidak mau. Aku hanya akan memakan semua ini dan langsung pergi.” Ucap lelaki tersebut.

“Kim Seokjin.” Satu nama yang terucap dari bibir Jaehwan membuat orang di depannya langsung menghentikkan kegiatannya memasukkan makanan ke dalam mulut. Dibantingnya sumpit ke atas meja hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Siapa kau, Seo Jaehwan?”

“Aku?” Tanya Jaehwan sambil menunjuk dirinya sendiri, “Aku hanya orang yang sangat tidak menyukai Kim Seokjin dan pasangannya. Aku ingin dia menderita. Bukankah tujuan kita sama?”

“Bagaimana kau bisa berpikir bahwa aku mau membantumu? Kita bahkan tidak saling kenal.”

“Chow Yong. Kau adalah seorang Manajer keuangan di perusahaan cabang, lebih tepatnya di Hongkong. Kau melakukan korupsi dengan mengambil uang perusahaan. Kim Seokjin mengetahui itu, semua hartamu habis diambil olehnya, kau dipukuli dan dibuang. Tidakkah kau ingin balas dendam?” lelaki yang ternyata adalah Chow Yong tersebut menampakkan wajah terkejut ketika Jaehwan membeberkan siapa dirinya, “Kau tidak perlu tau darimana aku mendapatkan semua informasi itu. Kau cukup mengatakan ya atau tidak atas tawaranku.”

“Aku sangat ingin mencekiknya sampai mati. Tapi tidak mudah berurusan dengan Kim Seokjin.” Chow Yong berbicara dengan matanya yang dipenuhi oleh kilatan emosi. Sangat kentara seberapa benci lelaki itu terhadapa Kim Seokjin.

Jaehwan kembali mengambil sekaleng bir dan meminumnya, “Memang tidak mudah. Tapi bukan berarti tak ada celah.”

“Bagaimana?” Pertanyaan dari lawan bicaranya membuat Jaehwa tersenyum puas.

“Jadi, kau setuju?” tak ada jawaban, Chow Yong hanya kembali memasukkan makanan ke dalam bulutnya yang masih tersisan setengah. “Kau hanya perlu mengikuti setiap rencanaku. Aku bekerja di perusahaannya sebagai cleaning service, semua terasa mudah.”

“Aku melakukan ini bukan untuk membantumu, Seo Jaehwan. Tapi karena dendamku pada Kim Seokjin.”

















Siang ini Yoongi sedang sibuk memasukkan berbagai macam makanan ke dalam kotak makan dibantu oleh bibi Song. Tadi pagi dirinya sudah berjanji pada sang suami akan membawakan makan siang ke kantor.

“Bi, aku langsung berangkat, ya. Terima kasih karena sudah membantuku.” Ujar Yoongi setelah memasukkan makanan kekotak terakhir.

“Sudah menjadi tugas saya, Tuan Yoongi.”

Setelahnya Yoongi berjalan keluar dari dapur menuju garasi untuk mengeluarkan salah satu mobil. Sebenarnya ada supir, tapi sepertinya hari ini Yoongi sedang ingin berkendara seorang diri. Lagipula kantor suaminya tak terlalu jauh, mungkin hanya empat puluh lima menit perjalanan jika jalanan tidak macet.

Namun perkiraannya salah, Yoongi perlu waktu lima puluh lima menit untuk sampai di Kantor Seokjin karena jalanan sedikit macet, sedikit yang Yoongi ketahui tadi ada kecelakaan lalu lintas membuat perjalanannya sedikit terhambat.
Dengan terburu-buru Yoongi keluar dari mobil dan langsung memasuki lift yang akan membawanya ke ruangan sang suami. Yoongi berharap Seokjin belum keluar untuk makan siang.

AU TE AMO (YoonJin)Where stories live. Discover now