Chapter 3 - Kisah Sedih

1.7K 153 7
                                    

🌹 Barang siapa yang memenuhi hatinya dengan keredhoan terhadap takdir, maka Allah akan penuhi  dadanya dengan kekayaan, keamanan dan kecukupan ( As-Syafiie ) 🌹

Selamat membaca 🌸

"Megan hamil "

Aku menjerit. Melemparnya dengan semua barang yang ada didekatku.

Dia tidak mengaduh hari itu, mungkin kewarasan yang tersisa di dirinya mulai menyadari kenapa aku semakin hari semakin menjadi gila .

Jangan ditanya bagaimana hatiku dan kesedihanku.

Duniaku runtuh.

Seumur hidup aku tidak pernah merasakan kesakitan seperti itu, sampai berharap Tuhan cabut saja sisa nyawaku.

Harapan hidupku tercabut. Aku hilang arah. Dan tidak bisa tidak, aku menyalahkan Tuhan, seolah aku tak pantas menerima ujian sebesar ini dalam hidupku.

" Dia juga istriku ! "

Aku tersungkur, dengan kesedihan merobek dada, ketika suaranya melambung tinggi mengabaikan kesedihanku.

Ah, ya.

Aku sudah sering membacanya.

Suami akan berubah jika ada istri kedua.

Tapi, lagi-lagi aku menyangkal kenyataan didepan mataku.

Aku sampai ditahap delusi.

Bungkam.

Dan menganggap semua hanya mimpi, lalu melanjutkan hari seolah Aditya tidak punya wanita lain.

Tapi hanya Tuhan yang tahu, hatiku tercabik setiap dia meminta haknya padaku.

Tak dapat tidak, aku muak dengan semua sentuhannya yang tidak hanya aku saja yang memilikinya.

" Dia juga istriku "
Jawabannya terhadap air mataku.

Aku meringkuk kehilangan jati diri.

Menarik diri dari semua lingkup pertemanan. Merasakan diri tak berguna dan dicampakkan.

Sementara kulihat senyumnya yang tiada lagi sungkan mengumbar kebahagiaan dilayar ponselnya.

Hatiku teremat.
Aku patah hati .

Tapi aku tidak bergeming seolah menjadi manusia bodoh.

Mengharap semua akan kembali seperti dulu, walau tidak tau caranya.

" Dia melahirkan "
Dia ulurkan tangan mengajakku mengambil bayinya.
Aku seperti orang bodoh mengikutinya .

Dan ketika dia keluar dengan bayi merah dalam dekapannya, aku dihantam kenyataan, semua tak lagi sama.
Aku kembali menjerit.
Memukulnya sekuat tenaga.

Aditya hanya diam, memeluk erat bayinya, sambil menatapku .

Apa dia sekarang sudah tau kesedihanku ?
Tuhan, sakit sekali hatiku.

Malam itu seakan Tuhan berbelas kasihan padaku dengan mengangkat kebodohanku.

Aku bersimbah air mata di depan mushaf Al Quran, mengiba hiburan pada Tuhan

Lalu sebersit tanya hinggap dalam hatiku : " sanggupkah kesakitan seperti ini kau tanggung seumur hidupmu ? "

Kukumpulkan kewarasanku.

" Fi, aku mau konsultasi "

Di sebrang sana Fifi terdiam.

"Aku mau konsul" ulangku, takut Fifi tidak mendengar ucapanku.

"Aku sudah menunggumu" gumamnya, gemetar.

Aku menangis. Terisak dengan keras.

Aku tau, bahwa Fifi tau semuanya, serapat apapun aku mendekap lukaku sendirian.

Fifi terisak tak kalah keras.

Malam itu, sesudah kelahiran bayinya dengan wanita lain, 29 September 3 tahun yang lalu, aku mengambil keputusan berani, dengan mencari kewarasanku yang semakin tipis ditelan ketaatan yang tidak masuk akal . Aku ingin berpisah dengan Aditya.

Tuhan dan sahabat, adalah penolongku

TBC

Rani PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang