Chapter 7 - Dear Bi, Anak Mami

1.5K 148 8
                                    


Selamat membaca 🌸

"Mami jangan nangis" bisiknya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Mami jangan nangis" bisiknya pelan.

Sebelum aku berbalik, kuhapus air mataku.

Sudah, cukup. Hidupku terlalu menyedihkan jika harus ku sesali dan terus  ku tangisi.

Aku seakan membawa aura kematian di sekelilingku, sehingga semua bersedih dan muram.

Palu sudah di ketuk, dan perpisahanku dengan Aditya sudah di sahkan secara negara .

Hidupku terus berjalan. Dengan atau tanpa Aditya.
Aku sudah memilih jalan.

Aku harus bahagia, dengan atau tanpa Aditya.

" Mami ada Bi , Mami jangan sedih "

Anak baik, bahkan suaranya bergetar menahan kesedihan.
Tapi tetap memberi penghiburan.
Aku meraup oksigen sebanyaknya untuk melegakan sesak dan kesedihan di dadaku.

"Maafkan Mami, nak "

- Karena membuat kalian tak memiliki keluarga utuh - sambungku dalam hati.

Oh Tuhan, hatiku nelangsa sekali .

Anak remaja tanggung yang tinggi itu meraihku dalam pelukan dan mengecup keningku lama. Dia memang sepenyayang itu.

Bilal, nama yang sangat ku suka, ku sematkan untuk anak keduaku dan Aditya. Sahabat Rasulullah SAW yang sangat mencintai dan tergila-gila dengan Rasulullah. Ahli syurga yang tidak tergerus imannya walau di siksa fisik dan hatinya .

"Teman-teman Bi banyak  yang broken home, Mami  -"

Hatiku mencelos mendengarnya. Sungguh

" Tapi mereka tetap bisa bahagia, Mami . Bilal dan Adik-adik juga akan terus bahagia dengan Mami. Jadi anak Sholehnya Mami "

Aku sesenggukan oleh tangisku.
Bahagia, di tengah suramnya hidupku, Allah hibur dengan kebaikan anak-anakku.

Aku memeluknya erat. Ku lantunkan  doa ke Lauh Mahfudz, semoga niatku untuk menyelamatkan imanku , Tuhan restui dan redhai.

Walau banyak kesedihan dan kepedihan waktu mengarungi.

TBC

Rani PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang