dua: pulang.

84 16 0
                                    

mata kuliah hukum tata negara itu melelahkan.

tungkai milik galen menapaki paving block di parkiran dengan begitu lesu, bagai daksa tanpa nyawa. terdapat ipad di genggamannya. barang yang selalu ia gunakan untuk kuliah karena seluruh catatan dan tugasnya ada di sana. sedangkan di sepasang rungunya juga sudah ada earphone yang kini menggemakan melodi lagu dari ponselnya.

semangatnya sudah hirap di atmosfer, sehingga ia harus mengisi kembali dengan nada-nada indah kesukaannya.

kini ia sudah di parkiran, berjalan menuju mobil. jujur, rasanya sedikit tidak adil. mengingat parkiran fakultas hukum berada cukup jauh dari kelas hari ini yang ia ambil.

ketika ia sudah sampai dan ingin membuka pintu mobil, galen tak sengaja melirik benda asing yang tertempel di kaca pintu pengemudi.

kali ini sticky notes berwarna biru laut.

pemuda berdarah belanda itu sempat diam, hanya untuk menatap eksistensi kertas tersebut. dan pada detik ke sepuluh, ia tersadar lalu kemudian membaca tulisan yang ada di sana.

untuk galen.
kalau bukan galen, mohon jangan dibaca note di belakang ini, ya.

galen tersenyum simpul kala membacanya. duh, si pengirim anonim ini benar-benar menyita atensinya.

ia lalu melepas sticky note paling pertama untuk melihat catatan lain yang tertempel di belakangnya.

halo, selamat sore. bisa saya request lagu is there someone else - the weeknd buat dinyanyiin di radio besok pagi, galen?

lagi dan lagi. pengirimnya kembali meminta lagu lain untuknya hari ini. lagu baru yang akan menjadi penutup siaran radionya besok pagi.

entah kenapa, setiap pilihan lagu terdapat magnet tersendiri bagi si pemuda.

terkadang ia sering berpikir bahwa makna dari lagu-lagu tersebut terasa personal bagi si pengirimnya. entah memberikan kode untuk siapa, tapi galen akan senang hati menyanyikannya.

galen menoleh ke kiri dan ke kanan. mencari bukti kuat mengenai persona si pemilik tulis tangan.

kebetulan, terdapat dua pemudi yang kini duduk di bawah pohon dan bercanda tawa. mungkin mereka tau sesuatu, batinnya berkata. sehingga galen pun mulai melangkahkan kaki, menghampiri mereka.

"hai, kalian liat siapa yang nempel ini gak?" galen bertanya kepada winona dan yiza—adik tingkat di fakultasnya. sticky notes itu ia bawa dan tunjukkan kepada mereka.

namun winona menggelengkan kepala, kemudian menjawab, "nggak, kak galen. sebelum kami datang, sticky notes itu udah ada di kaca mobil kakak."

"yaudah, deh." desah kecewa tak sengaja terlepas dari bilabial si pemuda blesteran.

"emangnya itu apa, kak?" winona bertanya.

galen lalu menunjukkan tulisan tangan rapi dengan tinta hitam di atas sticky note di tangannya. "ini ada yang request lagu buat besok gue nyanyiin. dan biasanya emang gua turutin, sih. mungkin besok juga."

"wah, keren! besok pagi aku bakal hidupin radio kampus. mau denger suara kak galen yang legendaris," pujinya.

galen tertawa karena adik tingkatnya. "makasih, ya, winona. gue balik ke mobil dulu, deh. mau pulang."

baru saja galen akan beranjak masuk ke dalam mobilnya, ia harus mengurungkan niat tersebut karena tiba-tiba yiza menyodorkan hal menarik di genggaman sang hawa.

"met, mau es krim gak?" yiza menawarkan kantung putih berisi lima es krim berbagai rasa di dalamnya.

dan met untuk jamet, tentu saja.

awalnya galen tergoda. ya, siapa yang tidak ingin mendapat es krim di kala energi sudah habis akibat mendengar materi dari dosen yang begitu lama? sudah banyak, gratis pula.

namun dua detik sebelum ia mengambil kantung plastik itu dari genggaman yiza, ia bertanya dengan curiga, "lah, tumben banget lo baik ke gue, za?"

"emang gatau diuntung, ya, lo!" amuk yiza yang hampir saja akan menampar pipi galen dengan es krim jika tidak ditahan oleh winona.

galen terkekeh geli melihat sepupu dari keluarga ibundanya itu memaki dirinya. rasanya ada kepuasan sendiri saja melihat singa mengaum karena tabiatnya yang cenderung biasa.

ia lalu meraih kantung plastik itu sehingga berpindah ke genggamnya. sekarang ia memegang kantung es krim dan kunci mobil di tangan kanan, kemudian ada ipad yang dipeluk di tangan kirinya.

"makasih es krimnya, ona." galen tersenyum, yang dibalas senyum dan anggukan juga oleh winona.

"tapi yang ngasih lo es krim, kan, gue!?" protes yiza, tidak terima.

pemuda berdarah belanda itu merotasikan netra. "gue maunya bilang makasih sama winona, bukan sama lo, cil," balasnya dengan nada yang mengesalkan sepanjang masa.

"STOP PANGGIL GUE BOCIL!"

belum sempat yiza menendang tungkai si anak adam, galen sudah berlari masuk ke dalam mobilnya. ia mengudarakan kotak tawanya sembari melambaikan tangan, hanya untuk memberikan kesan jengkel bagi yiza.

sedangkan winona yang menonton pertunjukan persepupuan itu kini hanya terkekeh sambil mengusap punggung yiza. menenangkan sahabatnya agar tidak lagi mencak-mencak karena sang pemuda.

"coba aja dia bukan sepupu gue, pasti udah gue kasih bogem mentah ke muka sok gantengnya," sesal yiza sambil merotasikan netranya. astaga, bahkan ia mulai tak sudi wajah kakak sepupunya itu terlintas di dalam kepala.

"tapi, kan, kak galen emang ganteng, za."

tidak salah, karena winona memang mengucapkan fakta.

"lo jangan belain dia, deh!" yiza melipat tangannya di depan dada, tidak terima dengan penuturan winona yang lalu. kenapa sahabatnya jadi membela si sepupu nyebelin dengan asma galen van dijk itu!?

kemudian yiza lanjut menggerutu mengenai sosok galen.

respons winona? ia sudah biasa. kupingnya sudah sering mendengar sambatan yiza mengenai galen yang selalu menjahilinya. apalagi yiza adalah salah satu contoh orang bersumbu pendek karena cepat sekali meledak-ledak amarahnya.

kala yiza masih mengomeli tingkah laku si surai legam, winona teringat akan sticky notes yang ditanyakan galen lalu.

dengan segera ia membuka ponselnya, meluncur ke aplikasi line, dan mengirimkan pesan pada seseorang penting.

winona
| done kak
| kak galen sih bilang lagunya bakal dia nyanyiin besok pagi
| es krimnya juga udah diterima sama beliau ya :D

nyatanya, memang bukanlah yiza dan winona yang membeli sekantung es krim barusan. mereka diberikan oleh manusia baik—yang sebenarnya punya maksud tersirat—namun identitasnya harus dirahasiakan.

tetapi yang pasti, ia adalah pengirim yang sama dengan sticky notes yang mulai sering terpatri di kehidupan galen van dijk.

satu senyum simpul pun terlukis pada paras rupawan seorang figur yang telah menerima pesan dari winona.

siapa? hanya semesta yang tahu personanya.

#.

beribu maaf dari khia kepada para pembaca baik karena tak sempat mempublikasikan bagan ini di hari-hari sebelumnya. minta maaf sekali, ya?

salam hangat, khia. ♡

redaksi pagi, jaemle.Where stories live. Discover now