FALLING - 2.b

1.5K 105 12
                                    

Selamat membaca..

.

.

Duduk termangu di meja makan kecil yang hanya terdapat dua bangku kayu berhadapan sambil memerhatikan wanita yang baru dua kali ia temui memasak makan malam untuk mereka berdua. Wanita itu terlihat lebih cantik saat mengenakan pakaian rumahan dengan rambut yang di ikat asal hingga menampilkan leher jenjangnya yang putih mulus. Tangan lentik nya begitu terampil mengiris sayuran dan berbagai macam bumbu yang akan dia gunakan untuk memasak makan makan malam mereka berdua, sebagai ucapan terima kasih karena Barra pernah meminjamkan jaket padanya. Padahal Barra sudah menolak dan mengatakan jika bantuan kecil itu bukan apa-apa. Tetapi wanita itu bersikeras untuk melakukannya. Dan untuk menghargai niat baik tersebut, maka Barra menuruti nya saja dan mengikuti kemauan nya.

Sesekali mata hitam legam milik Barra meneliti rumah kos yang sederhana tapi terlihat sangat rapih. Tak ada sesuatu yang berantakan. Semua terletak pada tempatnya. Barra menyukai tempat ini. Nyaman.

Ini kali pertama Barra datang kemari, meskipun rasanya masih asing tapi dia tetap kerasan dan nyaman. Hiasan-hiasan dinding aestetic mempercantik rumah kos ini.

“Oh ya. Rumah kamu dekat sini?” suara Icha mengentrupsi. Membuat Barra menghentikan kegiatannya meneliti rumah kos tersebut.

Barra menoleh. Matanya terpaku pada wanita yang masih sibuk dengan adonan tepung dan daging ayam. “Nggak.”

“Terus tadi ngapain di sana?” di minimarket maksudnya. Duduk santai dengan pakaian semi formal sambil menghisap rokok. Begitu santai seperti tak memiliki beban.

“Kebetulan lewat dan kehabisan rokok. Jadi mampir.” Sahutnya ringan. “Kamu tinggal sendiri?” sejak tadi Barra tak melihat ada orang lain di sini. Hanya beberapa tetangga kos yang terdengar berlalu lalang di luar. Aneh nya, wanita ini menutup rapat pintu kos tanpa takut jika Barra akan melakukan sesuatu padanya. Padahal mereka hanya  berdua di ruangan yang tak terlalu besar ini.

Icha mengangguk. “Iya. Memang sama siapa?” dia balik bertanya.

Barra ingin sekali bertanya kenapa dia tak memilih tinggal bersama anak dan pria yang berstatus sebagai ayah dari putra nya itu. Tapi pertanyaan itu Barra telan kembali karena merasa itu terlalu privasi. Mereka baru bertemu dua kali. Rasanya sangat tidak sopan jika dia harus menanyakan tentang kehidupan pribadi orang lain.

“Em ada yang bisa aku bantu? Aku bosan.” Barra bangun dari duduk. Melangkah mendekat pada Icha yang masih asik di dapur. Mengabaikan pertanyaan yang Icha berikan padanya beberapa detik lalu.

Icha menggeleng. Mengangkat kepala dan melihat pada Barra yang sudah berdiri di sebelahnya. Sejenak Icha menelan ludah saat melihat tiga kancing kemeja milik Barra yang terbuka. “No. Kamu duduk dan tunggu aja. Sebentar lagi selesai.” Perintahnya. Lebih baik Barra duduk diam di meja makan dari pada harus berada dekat dengan nya. Itu akan membuat nya gerogi.

“Setidaknya kasih aku satu perkejaan—“

Icha menghela nafas merasakan tingkah Barra yang keras kepala. “Tolong ambilkan piring di rak sebelah sana!”.

Dan tanpa kata Barra langsung berjalan menuju rak piring yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kemudian meletakkan piring itu di atas meja dan membantu Icha menyiapkan ayam goreng yang sudah matang.

..

Menikmati makan malam dengan menu nasi putih, cap cai, tumis kangkung dan lauk ayam goreng bersama orang yang tak begitu ia kenal, rupanya tak menciptakan kesan buruk. Malah bisa di bilang menyenangkan. Entah karena menu makanannya atau karena yang menjadi teman makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FALLING [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang