O6.

14 5 1
                                    

Rapat besar sebelum acara pun dilaksanakan hari ini. Little Counselor, Bumi Bersuara, bahkan beberapa anak seni pun ikut berkumpul hari ini. Semua dekor telah ditata dengan rapi nan elok, besok adalah hari pertama acara kami dan kami sedang briefing terakhir sebelum acara.

Setelah rapat ini selesai, aku akan pergi ke toko bunga untuk membeli setangkai bunga Lily. Benar, aku akan mengunjungi kekasihku lagi hari ini.

"Nara!" panggilku saat kami telah selesai dan mengangkut kursi kursi untuk ditumpuk menjadi satu kembali.

"Iya, kak?"

"Saya pulang duluan, ya. Ada janji"

"Oh, iya tidak apa apa, sudah selesai juga"

"Semangat buat besok" ucapku basa basi.

"Kakak juga" ia tersenyum padaku dan melanjutkan pekerjaannya mengangkat kursi kursi.

Aku pergi tanpa membalas senyumannya. Aku menuju parkiran dan langsung menancap gas tepat setelah duduk di bangku sopir. Aku menuju toko bunga langgananku selama beberapa waktu ini. Aku memasuki toko bunga itu diikuti bunyi lonceng yang tergantung di pintunya.

"Eh Adimas, datang lagi"

"Iya, tante, hehehe" ucapku sambil mengedarkan pandangan kepada bunga bunga yang tertata rapi.

"Kayak biasa, Dim? Mau berapa tangkai?"

"Ah, satu aja tante"

"Harga Lily lagi naik naiknya, kalau biasanya kamu beli satu bucket empat ratus ribu, sekarang bisa sampai delapan ratusan, Dim" jelasnya.

"Oh ya?? Awal bulan nanti deh saya beli satu bucket lagi" jawabku sambil tersenyum kecil.

Tak lama menunggu, tante Aurel, pemilik toko bunga ini, memberiku satu rangkaian bunga Lily dengan beberapa bunga lainnya. Aku menerimanya dengan alis berkerut.

"Saya kan cuma-"

"Sudah, anggap saja saya menitip salam padanya" ucapnya. Aku membalasnya dengan senyuman lebar, wanita di depanku saat ini sudah sangat memahami hubunganku dengan Venna, sudah seperti ibu keduaku setelah Mama.

"Sana berangkat, keburu mataharinya habis" aku membalas dengan anggukan dan senyum kecil lalu berlalu pergi.

Aku kembali melajukan mobilku menuju pemakaman. Saat sampai aku sesekali menghirup wangi mawar yang khas, salah satu kesukaan Venna juga selain Lily. Saat dekat dengan tempat Venna, aku melihat serangkaian bunga dengan nuansa putih terletak di atasnya. Aku membaca nama yang tergantung di salah satu tangkainya.

"Reihan. Masih inget lo ternyata, Na" aku terkekeh kecil.

"Tapi tetep gue kan yang menang?"

Seperti biasanya, aku mulai menceritakan keseharianku belakangan. Terlihat seperti orang gila namun memang sudah menjadi kebiasaan bagiku. Tidak peduli dipandang aneh oleh orang orang yang melintas, karena bagiku ini adalah salah satu cara untuk melepas beban.

"Maaf ya, Na. Gue kangen terus sama lo" ucapku di akhir kata. "Gue juga belum bisa buka hati lagi"

Aku berdiri dari tempatku dan berjalan menjauh setelah 'berpamitan' pada Venna. Sepulang dari makam aku langsung pulang ke rumah, karena jujur saja belakangan ini aku jarang mendapat waktu untuk keluarga. Karena semua keperluan acara sudah matang, maka aku akhirnya mendapat waktu berharga itu sebelum kembali ke hari hari yang hectic.

Baru saja aku keluar dari mobil yang sudah terparkir di halaman rumah, bau masakan sudah merebak masuk ke dalam hidungku. Aku tersenyum kecil dan berjalan cepat masuk ke dalam rumah.

HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeong Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon