Halaman 1: Ni-ki, kebun teh, dan sepeda.

104 26 0
                                    

Sunoo melihat lihat sekitar sawah, banyak para petani yang sedang bekerja, sepertinya saat ini mereka sedang panen.

"A' mereka lagi pada ngapain ya?" tanya Ni-ki pada Sunghoon, bocah kelas 10 itu penasaran, melihat banyak sekali orang disana.

"Mereka lagi pada kerja, sekarang emang udah waktunya buat panen." jelas Sunghoon, Ni-ki mengangguk tanda mengerti. Dalam hatinya dia kecewa karena tidak bisa leluasa untuk berfoto di sawah.

"Eh kak tadi Bunda bawa baju ganti gak ya?" Sunoo mengernyitkan dahinya, bingung dan curiga pada Ni-ki.

"Mau ngapain lo?"

"Kepo lo, minjem hp dong! Gue gak bawa hp, mau telepon Ayah." tangan Ni-ki terulur untuk menerima ponsel sang Kakak.

Setelah Sunoo memberikan ponselnya, Ni-ki tersenyum lebar. Dia langsung mencari kontak sang Ayah dan meneleponnya.

"Halo, Ayah."

"Apa, Iki?"

"Teleponnya kasihin ke Bunda dong, Iki mau ngomong penting!"

"Loh? Kenapa gak langsung ke hp Bunda?"

"Yang ketemu duluan kontak Ayah, cepet ih kasihin ke Bundaaa!"

"Aduh, aduh... Iya ini Ayah kasihin."

"Ada apa Iki?"

"Bunda bawa baju ganti gak?"

"Kenapa emangnya?"

"Iki mau nyebur ke sawah!" sahut Ni-ki yang membuat semua orang terkejut.

"HAH? MAU NGAPAIN NYEBUR KE SAWAH?" 

"Mau belajar nanem padi, Bunda!" Sunoo melotot tak percaya, Sunghoon geleng geleng kepala mendengar permintaan ajaib Ni-ki.

"Heh! Bocil, jangan aneh aneh aja deh permintaan lo, pagi mau ngedaki gunung yang lo liat di jalan, sekarang lo mau nanem padi. Gak boleh!" ucap Sunoo menggeplak bahu Ni-ki.

"Ih kok pelit banget."

"Nanti lo malah ngacauin orang lagi kerja."

"Bener kata Kakak, kamu kan gak punya pengalaman buat nanem pagi."

"Hah... Iya sih, yaudah deh gak jadi." Ni-ki pasrah dan menutup panggilan telepon itu secara sepihak. Mungkin sang Bunda di seberang sana sudah kebingungan.

"A' Sunghoon, ada tempat foto yang lain gak? Disini rame ah." ucapnya dengan cemberut.

"Ada kebun teh sih disini, kamu mau kesana?" tanya Sunghoon pada Ni-ki.

"Mau deh mau! Jauh engga?"

Sunghoon berpikir, mengira-ngira jauh atau tidaknya jarak mereka ke kebun teh. "Agak sedikit jauh dari sini."

"Yah... Gimana dong? Nanti Iki gak punya koleksi foto di sini." melihat bocah itu cemberut kembali, Sunghoon tersenyum miring.

"Tenang aja, Aa punya solusinya."

"Seriusan? Pake sepeda?" ucap Sunoo tak percaya, pasalnya dia tidak bisa naik sepeda tapi Sunghoon menyarankan memakai sepeda untuk menempuh perjalanan menuju kebun teh nya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Seriusan? Pake sepeda?" ucap Sunoo tak percaya, pasalnya dia tidak bisa naik sepeda tapi Sunghoon menyarankan memakai sepeda untuk menempuh perjalanan menuju kebun teh nya.

"Iya, emangnya kenapa?" tanya Sunghoon heran.

"Kakak gak bisa naik sepeda, A'." jawab Ni-ki sambil menahan tawanya.

"Pft!" Sunghoon ikut menahan tawanya, mekbuat Sunoo menatapnya kesal.

"Ketawa lo berdua?"

"Ih ada yang marah, Ki." ejek Sunghoon disela sela tawanya.

"Tau ya kak, udah tua padahal masih aja marah terus. Iya gak A'?" timpal Ni-ki, menyenggol lengan Sunghoon dengan lengannya.

"Puas puasin dah tawa lo berdua sebelum gue hajar."

"Serem banget, padahal cantik tapi kok kejam?" ucap Sunghoon dengan nada di buat-buat.

"Iya Kak Sunoo cantik-cantik tapi kejam, jadi cantiknya sayang."

"Ni-ki, lo ngomong sekali lagi gue lempar sepeda ke mulut lo, mau?" ancam Sunoo saat sudah bosan mendengar Ni-ki mengolok-oloknya bersama pemuda yang bernama Sunghoon tersebut.

Padahal mereka berdua baru saja kenal sejam yang lalu, tetapi sudah akrab seperti ini. Kompak sekali mereka mengejeknya.

"TUH KAN KAKAK KEJAM TERUS GAK BOSEN APA??"

"Beneran gue lempar nih sepeda ke mulut lo ya!" Sunoo memegang stang sepeda dan hendak melemparnya ke arah Ni-ki.

"E-EH HEH! YA AMPUN, SUNOO! JANGAN BENERAN DILEMPARNYA, NANTI DISURUH GANTI RUGI." ucap Sunghoon panik setengah mampus karena Sunoo benar benar akan melakukannya.

"Adek siapa sih lo? Ngeselin banget."

"Kakak siapa sih lo? Galak banget, pasti lo dipungut ya? Bunda, Ayah sama gue aja baiknya gak ketolongan."

"TUH KAN! MULAI LAGI LO MAH. GUE ADUIN BUNDA TAU RASA LO!"

"ADUUHHH STOP! KENAPA MALAH RIBUT SIH?" Sunghoon melerai pertengkaran kedua kakak beradik itu dengan prustasi.

"Kakak yang duluan."

"Enak aja lo!"

"UDAH! ASTAGA, UDAH!" Sunghoon menghela napas, capek dia tuh.

"A' Sunghoon kenapa teriak-teriak sih? Berisik tau." ucap Ni-ki sambil memutar bola matanya malas. Membuat Sunghoon ingin sekali memukulnya dengan keras, Sunghoon kan teriak teriak gara-gara kakak beradik itu juga.

"Jadi ke kebun teh nya gak?" tanya Sunghoon sambil menahan rasa ingin memukul bocah ajaib itu.

"YA JADI DONG! AYO!" Ni-ki mengambil sepeda duluan.

"LAH, GUE GIMANA?" tanya Sunoo panik, masa iya dia gak di ajak? Jahat banget.

"Boncengan lah sama a' Sunghoon, gue gak mau boncengin lo, berat banget kayak bawa gajah." jawab Ni-ki yang sudah duduk di atas sepedanya.

"Sialan lo Ni-ki!" Sunoo hendak melangkahkan kakinya untuk memukul sang adik, tetapi di peluk oleh Sunghoon dari samping guna menahannya.

"Udah Sunoo, saya capek." ucap Sunghoon, Sunoo di dalam pelukannya itu terus memberontak.

Sunghoon melepaskan tahanannya, mengambil salah satu sepeda yang ada disana dan menaikinya, "Kamu sama saya aja."

"Huh... Oke." Sunoo naik, setelahnya mereka pergi dengan Sunghoon yang memimpin jalan.

" Sunoo naik, setelahnya mereka pergi dengan Sunghoon yang memimpin jalan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

TBC

Masih nyambung sama halaman satu yang kemarin, makannya aku kasih judul halaman satu juga.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 17, 2022 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

I Married A Boy From The Village?! | SunsunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora