-SA: Chapter 4-Rife with Rumors-

1 2 0
                                    

          "Kau sudah sadar?" tanya Maguire khawatir. Zhedan beberapa kali mengedipkan kedua kelopak matanya dengan perlahan. "Di mana ini?"

           "Ruang kesehatan. Ahh ... tunggu sebentar, aku akan membuatkan teh untukmu."

          "Ruang kesehatan ... ruang ... kesehatan ...." Zhedan mengingat lagi percakapan Aski dengannya kemarin. 'Kenapa bisa jadi begini?' batin Zhedan heran. Zhedan menurunkan kaki ke lantai, suhu dingin menerpa telapak kakinya yang telanjang. Berjalan perlahan ke arah meja kecil dekat dengan brankar, membuka laci pertama, kedua, dan ketiga bergantian.

          Ketika membuka laci ketiga, ia menemukan sepucuk surat yang sudah lusuh terjepit di antara selah laci, berada agak menjorok ke dalam. Membuatnya tak nampak hanya dengan melihat sekilas saja. Zhedan menarik perlahan, memastikan bahwa kertas itu tidak koyak saat menariknya.

          Belum sempat membuka, Maguire datang dengan tiba-tiba. Membuat Zhedan langsung sigap menyembunyikan kertas tadi di belakang tubuhnya. Meremas dengan asal dan menggenggamnya erat. "Cepat sekali?" tanya Zhedan seraya terkekeh pelan.

          "Kebetulan membuat teh itu mudah. Jadi, aku tidak perlu susah-susah bertanya kepada yang ahli." Maguire meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja. "Minumlah! Jika sudah baikan ... kau boleh pergi ke ruang mu."

          Zhedan mengangguk, mengambil teh itu dengan satu tangan. "Terima kasih, Mag. Merepotkan mu." Maguire tersenyum sebelum berucap, "Seperti siapa saja, kau ini."

          Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum mengantar Zhedan ke ruangannya. Dalam perjalanan, seperti biasa, Zhedan masih menjadi bahan gosip di sana. Sebelum langkah keduanya berbelok, salah seorang laki-laki memanggil Zhedan. "Zhe!"

          Zhedan dan Maguire berhenti. Membalikkan badan guna melihat siapa itu, memerhatikannya yang seolah-olah ingin berbicara empat mata dengan Zhedan. "Bisakah kita berbicara?" Dia melihat ke arah Zhedan sembari sedikit melirik ke arah Maguire.

          Maguire yang mengerti segera tersenyum. "Oke ... aku duluan Zhe. Aku tunggu di dekat tangga, ya!" Maguire segera meninggalkan mereka berdua yang sedang berdiri di lorong. Zhedan menyender pada tembok besi di sana, menunggu laki-laki itu berbicara. "Ku harap kau paham akan kondisi, cepat temukan siapa yang memakai kancing berwarna merah ini. Dia adalah pelaku pembunuhan As," ucapnya seraya menyerahkan sebuah kancing baju berwarna merah menyala.

          Setelah menyerahkan kancing, laki-laki itu segera pergi meninggalkan Zhedan di sana. "Pembunuhan?" gumam Zhedan tak percaya. "Berarti benar yang dikatakan oleh As, maaf ... aku terlambat menyadarinya. Maafkan aku." Zhedan pergi menemui Maguire yang menunggunya di dekat tangga.

          "Bagaimana? Dia berbicara apa?" Maguire jalan berdampingan dengan Zhedan, melewati berbagai belokan sebelum sampai di depan ruang milik Zhedan. Pertanyaannya belum dijawab oleh Zhedan, membuat Maguire ingin tahu. Sehingga, dia berhenti di depan ruang Zhedan sembari memegang tangannya. "Please? Tell me."

          Zhedan menghela nafas sebelum menjawab, "Ayo, masuk! Aku ceritakan di dalam." Ia menarik lengan Maguire dengan lembut masuk ke dalam ruangan. Setelah mengunci pintu dan duduk di sofa, Zhedan mengeluarkan kertas dan kancing yang ia sembunyikan tadi. "Ini."

          "Ini?" tanya Maguire kebingungan. "As tidak bunuh diri, dia dibunuh. Laki-laki tadi punya bukti, yaitu kancing ini ... sedangkan, kertas ini aku temukan di laci ruang kesehatan. Maaf menyembunyikannya darimu."

          "Aku tidak percaya bahwa ada seseorang yang ingin membunuhnya." Maguire menutup mulutnya terkejut. "Bukankah dia orang yang sangat baik dan rendah hati? Aku tidak habis pikir," katanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SPY AGENCYWhere stories live. Discover now