Under the moonlight

313 51 5
                                    

Jaechan terbangun dengan seluruh badannya terasa remuk dan ia terjengit karena seoham tidur di sebelahnya. Ia memikirkan kilas balik tadi malam dan semua ini terjadi karena ia terlalu banyak minum.

Dengan perlahan jaechan menapakkan kaki di lantai agar tidak membangunkan seoham dan mengecek hp-nya.

"12 panggilan tak terjawab dari yoon... Kenapa dia terus saja mengkhawatirkanku" dengus jaechan

Jaechan mengetik satu demi satu huruf untuk meyakinkan yoon bahwa ia tidak apa apa.

"arghh!" Jaechan memandangi pergelangan tangannya

"Keknya efek obat pereda nyerinya udah hilang"

Jaechan melipat baju lengan panjangnya keatas dan melihat dengan tatapan menyedihkan. Ia meneliti beberapa luka goresan baru yang ia lakukan kemarin.

"Gue denger semuanya..."

Jaechan bermonolog sendiri sembari memastikan seoham masih tertidur.

"Bahkan ucapan wondae gak berefek ke kalian.. bener kata ayah, andai aja gue gak pernah lahir, gue gak ada bakat, gue cuma seseorang yang gak berguna, gue gak pantas dapat semua ini"

Tepat setelah itu mental jaechan runtuh seketika dan ia berlari ke kamar mandi milik seoham untuk menuntaskan dendamnya, walaupun kali ini ia tidak bisa berteriak seperti di rumahnya sendiri.

Dibenturkan kepalanya ke jendela namun yang ia rasakan di hatinya jauh lebih parah. Tak cukup sekali, namun hingga belasan kali membuat jaechan hanya terduduk lesu di lantai kamar mandi dingin. Dahinya sudah lebam. Setelah 1 jam disana, barulah suara ketukan pintu datang dari arah luar.

"Chan??? Lo di dalem???"

"Y-ya.. bentar"

Jaechan keluar melupakan matanya yang sembab

"Tunggu, lo kenapa?" Seoham menahan kedua pundak jaechan dan menelisik mukanya dengan detil namun jaechan menghindar. Seoham ingin tetap menahannya, kali ini ia memegang lengan jaechan. Tentu saja luka yang masih setengah basah membuat jaechan kesakitan.

Karena ia tau apa kemungkinan terburuk dari reaksi jaechan, seoham mendudukkan jaechan ke kasur kembali dan membuka lengan bajunya dengan cepat. Seoham membulatkan mulutnya sebagai reaksi akan goresan goresan di lengan jaechan, lalu ia menatap jaechan penuh arti.

"Kenapa..."

Hanya satu kata namun jaechan mulai meneteskan satu demi satu air mata, refleks seoham langsung memeluk pemuda ringkih itu.

"It's must be so hard for you... It's ok" seoham menenangkan jaechan sembari mengelus-elus punggungnya dan membiarkannya menangis di pundaknya.

"Gue minta maaf, hari itu."

"Gak- gausah dipikirin" seoham mengusap air mata jaechan yang tengah sesenggukan. Posisinya kini seoham tengah berlutut di depan jaechan yang duduk di kasur miliknya.

"Tapi gue keterlaluan, sama lo sama sooyoung sama yang lain juga. gue beneran gatau mau apa sekarang"

"Gapapa, lo gaperlu nemu jawabannya sekarang..." Tutur seoham sambil mengambilkan tisu untuk jaechan.

"Sudah ya nangisnya?? Masih lanjut?? Gapapa lanjut aja sampai lega.. ini tisunya kalau kurang"

Dalam pandangan jaechan, seoham terlihat sangat tampan kali ini. Entah kenapa ia merasa aman ketika berada di dekatnya, namun rasa bersalah akan hari itu terus menghantuinya. Ia menatap lukanya kembali namun terkesiap ketika seoham tiba-tiba menciumnya.

"Biasanya gini kalo ada orang berdarah hehehe" gurau seoham ingin memperbaiki mood jaechan dan mengalihkan perhatiannya.

Jaechan kini sudah merasa lega dan seoham lanjut membersihkan diri, ia keluar dan melihat sooyoung sudah mempersiapkan makanan sembari menggerutu.

Spoiled Brats [SUAMCHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang