Mahkluk pojok cafe

5.2K 578 34
                                    

Awas!!
Banyak typo jalan²!!!
°
°
°

Saat ini, mereka tengah bercanda ria tanpa menghiraukan tatapan iri dari beberapa pengunjung kafe. Sembari menunggu Edrea yang tengah bersiap di atas panggung kecil yang sudah tersedia di kafe tersebut. Sesuai yang di ucapkan tadi, bahwa gadis itu akan bernyanyi disana.

"Kira-kira Atta bakal nyanyi lagu apa?" tanya Jevran kepada yang lainnya.

"Nggak tahu, lah! Kok, malah nanya sama kita!" sungut A'av dengan kesal.

Jevran pun mendengus kesal. "Ya, santai napa!'' jawabnya.

"Udah diem!" ucap Alvi yang sudah mulai kesal dengan kelakuan mereka berdua.

Mendengar itu langsung membuat mereka terdiam seketika.

"Halo, guys," Edrea menyapa pengunjung kafe. "Kembali lagi bersama gue, udah tahu 'kan siapa gue? Oke, nggak usah basa-basi, disini gue bakal nyanyi lagu yang sempat viral," sahutnya seraya memangku gitar. "Semoga suka dan enjoy," gadis itu mulai memetik senar gitarnya sesuai instrumen.

Edrea menyanyikan lagu yang berjudul Bertahan terluka dari febio arsher. Edrea bernyanyi dengan tenang membuat pengunjung kafe tersebut terhipnotis dan menikmatinya. Begitu pula dengan Tian and the geng yang sama-sama terpukau. Bahkan Jevran sampai melongo di buatnya. Melihat itu, membuat A'av memiliki ide untuk menjahili cowok tersebut dengan memasukkan sambel ke dalam mulut Jevran.

"Anjing! Pedes monyet!" keluh Jevran seraya meminum es cokelat yang ada di dekatnya.

A'av tertawa. "adi yang bener anjing apa monyet, nih?" tanya cowok itu dengan senyum mengejek.

Yang lainnya hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah mereka berdua.

"Jahil banget lo, Av. Kasian tuh, mukanya sampai merah gitu," kata Keanu yang masih memperhatikan Jevran.

"Ya, maaf. Gue 'kan iseng doang," ucap A'av seraya menyodorkan tangannya untuk meminta maaf kepada cowok yang tengah menatapnya dengan sinis.

"Nggak semuanya bisa lo anggap cuma iseng, A'av," timpal Tian menasehati.

Jika Tian sudah berucap, yang lainnya bisa apa? Mendengar itu membuat A'av mengangguk cepat.

"Gue minta maaf, Jev," ujarnya kembali dan langsung di balas oleh cowok itu.

''Kalau gini 'kan adem," celetuk Edrea yang entah sejak kapan sudah turun dari panggung.

Semuanya pun menoleh ke arah gadis itu. "Loh, kok, udahan nyanyinya? Gue aja belum denger tadi," ucap Jevran menuntut penjelasan.

Edrea pun terkekeh geli mendengarnya. "Siapa suruh nggak dengerin pas gue nyanyi," balasnya seraya mengambil ubi goreng yang ada di depannya.

"Lo kenapa diem ae, dah?" tanya Edrea kepada Laras yang tengah melamun.

"Nggak mikirin apa-apa, cuma lagi nyimak kalian aja," jawab Laras seraya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Lo juga, lagi ngeliatin apaan?" tanya Edrea kepada Reza yang selalu memperhatikan ke arah sudut ruangan. Lebih tepatnya di sudut sebelah kanan panggung.

Reza pun tersentak kaget. "Ng-nggak kok, nggak ngeliatin apa-apa," jawabnya dengan gugup.

Karena gadis itu tidak percaya, dia langsung menoleh ke arah yang selalu mencuri perhatian Reza. Edrea menghela nafas. "Ngapain sore-sore gini ada begituan di kafe gue," gumamnya seraya berjalan ke arah sudut ruangan.

Di sana, Edrea melihat satu sosok yang cukup menyeramkan. Dengan leher yang sudah patah dan juga kepala yang sudah hampir terlepas. Seluruh tubuh memiliki luka yang begitu parah, darah yang selalu menetes dari telinga, hidung dan juga mulut, bau anyir yang begitu menyengat dan juga luka di sekujur tubuhnya yg sudah bernanah menghasilkan aroma yang tak sedap.

 EDREA TRANSMIGRASION Where stories live. Discover now