Bagian 1

2.7K 344 11
                                    

Bunyi bising yang disebabkan oleh benda jatuh menjadi backsound kamar bernuansa abu milik pemuda yang sibuk menggeledah seluruh sudut ruangan sambil mendumal.

"Anjir lah, kemana sih?" ia berdecak kesal lantaran tidak kunjung berhasil mencari pick gitar miliknya.

Merasa perjuangannya mencari benda tersebut di dalam kamar berujung sia-sia, Fajar berjalan keluar kamar. Tujuannya sekarang hanya lantai bawah, menemui ibu ataupun adiknya.

Kaki panjang itu menuruni anak tangga dengan setengah berlari.

"Anja!!! Liat pick gitar gue nggak?"

Masih di undakan anak tangga, Fajar sudah berteriak menanyakan barangnya yang hilang tanpa jejak kepada sang adik yang tengah duduk bersila di atas sofa ruang tamu bersama gitar di pangkuannya.

"Barang punya siapa?" Senja balas bertanya tanpa mengalihkan atensinya dari gitar.

"Gue."

"Kenapa nanyanya sama gue?"

"Siapa tau liat? Lo kan juga punya gitar, siapa tau lo yang pake?" sahut Fajar sambil menuruni anak tangga kemudian berjalan ke arah meja televisi.

"Dih, nuduh. Gue punya pick sendiri ya lagipun gue nggak liat pick punya lo."

Fajar yang tengah menggeledah meja televisi pun menoleh dengan tatapan datar. "Gue nggak nuduh, jelek. Bantu cari!"

"Ogah!"

"Anja..."

"Males Fajarr..."

"Kapan rajinnya sih lo, Ja? Males terus."

"Kapan-kapan."

"Adik anj- LAH ITU PICKNYA SAMA LO BANGSATTTT!!!" Fajar spontan berteriak kesal ketika netranya menangkap benda yang sejak tadi dia cari, berada di tangan sang adik.

"Bundaaaaa Fajar ngomong kasar tuh!!!"

"Fajar, jaga bicaranya!" dari arah dapur Sonia ikut menyahut penuh peringatan untuk si sulung.

"Maaf Bunda.." jawab Fajar terdengar malas-malasan.

Senja menahan tawanya melihat sang kakak terkena omelan ibu mereka. "Pfftt-berisik sih lo!"

Amarah Fajar kian meluap ketika Senja mencibirnya dengan ekspresi menyebalkan. "GUE MAU PAKE ANJA!!" teriaknya meledak-ledak. Bahkan jika mau tahu, di dapur sana Sonia tersentak kaget karenanya.

"Bentar dulu, tanggung dua bait lagi beres." Senja menyahut penuh ketenangan, tidak seperti sang kakak yang mungkin saja bisa langsung menelan Senja detik itu juga.

"Dua bait lubang hidung lo ada dua! Balikin!" ujar Fajar galak.

"Bentar ya Kakak ku sayang, sepuluh menit lagi." Senja mencoba bernegosiasi dengan wajah yang di buat seimut mungkin, bertujuan ingin melemahkan hati sang kakak agar mau memberinya akses memakai benda itu sepuas dia.

"Kagak-kagak! Siniin anjir!"

Namun naas. Ekspektasinya terlalu tinggi, hingga mendapati realita yang menghantam keras dirinya. Fajar merebut paksa benda tersebut dari genggaman Senja.

"AAAAAA ... BUNDA, FAJAR NGELAKUIN KDRT TUH!!!"

Teriakan membahana penuh dramatis milik Senja memenuhi seluruh sudut rumah saat Fajar tidak sengaja memukul lengannya hingga membiru.

🌼

"Makanya jadi Adik tuh ngalah sama Kakaknya!"

"Dimana-mana Kakak yang ngalah sama Adik!"

"Mana ada teori kayak begitu!" sahut Fajar tidak terima, padahal memang kebanyakan seperti itu.

Sonia menghela nafas untuk kesekian kali mendengarkan perdebatan kedua anaknya yang tak selesai-selesai sejak tiga puluh menit yang lalu.

Jika saja ia memiliki kekuatan magic, ingin rasanya Sonia mengubah Fajar dan Senja menjadi bocah kecil yang imut nan menggemaskan seperti dulu lagi.

"Ya ada lah! Lo nya aja kurang wawasan!"

"Berisik lo! Tuh liat Bunda, kenapa diam aja dari tadi?" bisik Fajar usai mengobati luka memar di lengan Senja.

Senja sendiri langsung mengalihkan atensinya pada sang ibu yang menatap kosong lantai.

"Bun?"

Satu kali tidak menjawab.

"Bunda..?"

Dua kali tidak menjawab.

Oke, kali ini Senja akan mengeluarkan jurus andalannya.

"BUNDA! MASAKAN GOSONG!!!"

"YA AMPUN! BUNDA LUPA!!!"

Senja tersenyum bangga melihat hasil dari jurus andalannya tersebut.

"Kan, berhasil." Katanya menyombongkan diri.

Fajar merotasikan matanya malas. "Iya berhasil, tapi abis ini lo bakal di cincang sama Bun-"

"PERMESTA SENJA!"

"Nah kan, apa gue bilang!" sahut Fajar seraya bangkit dari posisi duduknya. "Selamat mendengarkan khutbah Bunda, Adikku sayang..."

Fajar berlari kecil ke kamarnya sambil cekikikan menggoda sang adik yang menatapnya galak meski terlihat jelas raut waswas nan ketakutan di wajahnya. Dari jauh Senja mengaacungkan jari tengahnya untuk Fajar sebelum berlari kecil menghampiri Sonia di dapur untuk sekedar meminta maaf atas kenakalannya.

- t b c -

[END] To My Star | HeeJayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang