Bagian 17

1.2K 155 20
                                    

Sonia menatap kosong pemandangan di hadapannya. Ruang senyap berdinding biru tua di dalam kantor kepolisian.

Di temani Gio ia mendengarkan setiap kalimat yang berisi penjelasan kronologi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kedua anaknya dengan status sebagai korban.

"Itu tandanya mereka nabrak Fajar sama Senja dari depan, Pak?" cakap Gio menyimpulkan keterangan yang diberikan oleh polisi kepada mereka, menggantikan Sonia yang kembali menangis membayangkan Fajar dan Senja ketika mengalami kejadian tragis tersebut.

"Benar, kami sudah menyelidiki kasusnya, dan keluarga tersangka akan bertanggung jawab atas biaya pengobatan korban kecelakaan ini."

Gio mengangguk kemudian beranjak sambil membantu Sonia berdiri. "Terima kasih, tolong beritahu kami jika ada hal lain yang bersangkutan dengan Fajar dan Senja." Keduanya pun meninggalkan tempat tersebut.

Ddrrttt ... ddrrttt

Gio menghentikan langkahnya, ia merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponselnya yang bergetar tadi. Layar ponselnya menampilkan satu panggilan masuk. "Gio angkat dulu ya, Bun." Sonia tersenyum tipis sambil mengangguk membiarkan Gio pergi.

Mata Sonia tak lepas dari Sonia yang berbicara dengan wajah serius bersama orang diseberangnya, Sonia juga melihat dari mata pemuda itu memancar kekhawatiran yang besar.

Usai memutuskan panggilan, Gio kembali mendekati Sonia. "Bun, kita harus ke rumah sakit sekarang."

🌼

Brak!

Penghuni ruangan yang pintunya di banting dengan keras itu spontan melompat terkejut. Jantungnya hampir turun ke perut jika saja si pelaku kebrutalan tersebut tidak segera tertawa dan meminta maaf.

"Kalau pintunya rusak, kamu harus tanggung jawab!"

Orang tersebut terkekeh lagi sebelum akhirnya menampilkan ekspresi sebal. Membuat si pemilik ruangan sekaligus pemimpin keluarga yang menyinggahi rumah tersebut beranjak menghampirinya.

"Ada hal apa sampai jauh-jauh datang ke sini?" tanya lelaki berusia empat puluh tahunan itu.

Yang lebih muda menghela nafas gusar, ia merogoh saku celananya mengeluarkan benda berbentuk persegi, lalu membuka benda tersebut untuk mengambil selembar foto yang ada di dalamnya kemudian di serahkan kepada pria yang menyandang status sebagai Ayahnya tersebut.

Mata sendu itu terbelalak melihat selembar foto yang ditemukan oleh puteranya.

"Di jalan tadi ada kecelakaan, aku nemuin ini sama dompetnya, mau di balikin tapi udah telat. Polisi sama team medis sudah bawa pergi korban kecelakaan itu."

Flashback on.

Karena kecelakaan tersebut jalan raya seketika mengalami kemacetan yang cukup panjang.

Dari sekian banyaknya korban macet lalu lintas tersebut, ada seseorang yang nampak kesal, bosan bercampur penasaran dengan penyebab kemacetan tersebut. Dia seorang mahasiswa yang baru saja pulang dari kampusnya dan tidak mengetahui apa yang telah terjadi. Pun karena didorong oleh rasa penasaran yang mendominasi, perlahan kakinya keluar dari mobil yang di parkirnya di pinggir jalan, lalu menghampiri kerumunan orang di seberangnya.

Ekor matanya menangkap beberapa unit kendaraan rusak berat teronggok di pinggir jalan. Perasaannya mulai menebak bahwa macet ini disebabkan oleh kecelakaan.

"Oh, God." gumamnya ketika hampir menerobos kerumunan tersebut team medis bersama polisi sudah mengevakuasi korban-korban tersebut lantas pergi bersama ambulan.

[END] To My Star | HeeJayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang