10 : Keras Kepala

78 10 9
                                    

"Gue di jodohin" ucapan sofia yang baru saja datang langsung membuat Arin dan Julia terkejut.

Ketiganya memang berada di sebuah cafe tempat biasa mereka nongkrong untuk sekedar bertukar cerita tiap harinya.

"What?! Serius lo? Sama siapa?" tanya Arin, dia bahkan hampir menyemburkan minumnya ketika mendengar ucapan sofia tadi.

Sofia menghembuskan nafasnya lelah, "Ga tau, baru di kasih tau tadi makanya gue langsung nyuruh kalian kesini bete di rumah"

"Orang tua lo gila ya, jarang di rumah sekalinya pulang malah langsung jodohin lo" ucap Julia. Yang ikut merasa kesal dengan kedua orang tua Sofia.

"Terus gimana? Lo nolak kan?"

"Ga ada gunanya gue nolak juga mereka bakal tetep jodohin gue"

"Demo dong, masa lo mau aja si di jodohin"

"Mau demo kaya gimana? Bakar rumah gue? Apa kantor bokap gue? Yang ada gue di deportasi ke luar negri" Keluh Sofia, dia meminun jus mangga milik Arin.

Ketiga gadis itu tampak diam dengan pikiran mereka masing-masing, ternyata hidup itu memang rumit. Apalagi sebagai wanita yang punya masalah tentang laki-laki seperti mereka.

"Lo sendiri gimana? Udah ngomong sama dimas?" tanya Sofia, mengalihkan topik pembicaraan.

Kali ini giliran Arin yang menghembuskan nafasnya, "Gue putus sama dimas, lebih tepatnya si di putusin"

Julia sudah tak aneh, dia tau laki-laki akan seperti itu. Mereka tak pernah mau menerima masa lalu dari wanitanya, berbeda dengan wanita yang akan selalu menerima seburuk apapun masa lalu laki-laki yang mereka cintai.

Sofia menepuk punggung sahabatnya dengan lembut, "Ga papa, seengganya lo fau sifat asli dia kaya gimana dari kejadian ini"

"Tapi gue udah terlanjur sayang sama dimas" balas Arin, matanya sudah terasa panas karna air mata.

"Ga ada gunanya nangisin cowok yang ga mau nerima kekurangan lo" saut Julia dan di setujui oleh sofia.

"Mending sekarang lo fokus sama penyembuhan lo dulu, masalah cowok mah banyak. Lo bisa milih kapan-kapan, tapi kesehatan ga bisa lo abaikan gitu aja" Sofia berujar lembut, sisi dewasanya kadang membuat Arin dan Julia merasa tenang berbagai cerita dengan gadis itu.

Arin menatap kedua sahabatnya dengan penuh haru, memang tak salah kenapa dia bisa sangat menyayangi Sofia dan Julia.

"Lo bener, mulai sekarang gue mau berubah! Gue ga mau kejebak sama para cowok lagi, gue mau sehat. Gue mau punya cowok yang tulus sama gue, bukan cuma karna mau tubuh gue" ucap Arin.

Julia dan Sofia mengangguk dengan pandangan lembut, ikut merasa senang jika Arin mau berubah untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.

"Lo jangan khawatir, kita bakal selalu di sisi lo ko rin. Kita berdua bakal terus dukung lo" ujar Julia.

Ketiga gadis itu saling berpelukan, mereka tak butuh menjadi sempurna. Mereka hanya butuh untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing dari mereka.

Karna tak ada manusia yang sempurna bukan?







--tiga srikandi--









Sofia menatap pantulan dirinya di cermin, wajahnya terlihat sangat cantik dengan polesan make up tipis dengan balutan gaun midi dress berwarna navy.

Namun, tak ada senyum manis di bibirnya. Wajahnya terkesan dingin, namun tidak mengurangi kadar kecantikan di wajahnya.

Gio menatap sang kakak dari belakang, laki-laki itu juga terlihat sangat tampan dengan balutan kemeja hitam yang bagian lengannya ia gulung berpadu dengan celana bahan berwarna dark grey.

"Lo ga usah dateng kalo lo ga setuju kak, gue ga mau kakak gue nikah konyol" ucap Gio, anak itu berdiri bersandar di samping meja rias kakaknya.

"Ga papa, cuma kenalan kan? Gue ga mau mereka ribut cuma karna gue ga mau ikut ke acara malam ini" balas Sofia.

"Tapi kalo lo dateng, artinya lo setuju. Lo mau di jodohin sama mereka? Lo  mau nikah konyol? Gue ga rela masa depan lo hancur karna papa"

"Gue bakal urus masalah gue, jangan khawatir"

"Gimana gue ga khawatir, lo kakak gue. Ga rela gue kalo sampe lo menderita sendirian"

"Gue ga menderita, gue baik-baik aja Gio. Udah ya? Gue males ribut, kalo lo keberatan gue ga maksa lo buat ikut. Gue ga mau ada keributan di acara nanti malem"

Gio menatap kakaknya tak percaya, di saat seperti ini pun gadis itu masih dengan sifat keras kepalanya.

"Terserah lo!" setelah itu Gio keluar dari kamar Sofia dengan wajah kesal.

Sofia sendiri hanya bisa menghembuskan nafas berat, dia tak ingin adiknya ikut campur masalah dia. Karna Sofia tau bagaimana keras kepalanya sang papa.

Dia juga tak ingin membuat mama-nya sedih karna keributan yang mungkin akan terjadi jika Gio ikut campur dalam masalah ini.

Biar masalah ini Sofia sendiri yang selesaikan.



--wishnim

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tiga Srikandi || Girl's StoryWhere stories live. Discover now