new year's eve; jaenori

574 36 0
                                    

New York, 2018 New Year's Eve

Jean menata pigura yang sudah ada di buffet ruang tengahnya. Kiel, pacarnya sejak tiga bulan terakhir pindah ke apartemennya untuk tinggal bersama. Sehingga Jean harus memberi ruang untuk barang barang Kiel diantara barangnya.

"Tired?"

"Not really, mau makan?" Tanya Kiel, "I will cook for you, as a gift."

"Gift for what..?"

"For letting me moving in to your apartment."

Jean tertawa kecil, "bukannya aku ya, yang minta duluan?"

"Still, I'm grateful for it." Kata Kiel kemudian memeluk bahu Jean, menumpukan dagunya ke bahu Jean.

"You know that you are very very clingy, right?"

Kiel tertawa, mengeratkan pelukannya. "I am fully aware of that," katanya. "Kamu lanjut ya, aku bikin makan malam dulu."

Jean mengangguk kemudian mengurai pelukan keduanya. Kembali melanjutkan pekerjaannya yang belum rampung — menata pajangan diatas buffet.

Karena keduanya sama sama sibuk (Jean adalah model yang mulai naik karier-nya, sementara Kiel adalah pekerja disebuah label musik terkenal. Mereka sama sibuknya) maka di malam tahun baru inilah keduanya akhirnya memiliki waktu luang untuk mengerjakan segala keperluan pindahan Kiel. Mulai dari mengangkut pakaian, barang-barang pribadi, menyortir barang yang akan dijual, dipakai, ataupun disingkirkan.

Jean juga baru saja menyelesaikan pemotretannya dengan salah satu label pakaian untuk koleksi tahun baru. Dan jujur saja itu sangat melelahkan, seingatnya ada hampir 20 outfit yang harus ia pakai bergantian untuk katalog sekaligus publikasi label tersebut.

Lagipula, menghabiskan malam tahun baru bersama orang tercinta tanpa melakukan apapun juga tidak masalah kan?

"Jean?"

"Eh, iya?"

"Makan dulu, udah selesai."

Jean mengangguk kemudian menyusul Kiel yang ada di mini pantry-nya. Di atas counter top sudah tersaji dua piring penne bolognese dan dua gelas wine. Juga lilin aromaterapi yang entah didapat darimana.

"Is this counted as candle light dinner?"

"Depends on where you stand." Balas Kiel sambil tersenyum, mendorong Jean untuk duduk di stool yang ada. Jean tersenyum lebar menatap makanan yang tersaji didepannya. Restoran bintang lima pun kalah telak.

"Let's pray for the coming year."

Jean dan Kiel kompak memejamkan mata, bibir mereka terkatup tapi hati berbisik keras mendoakan satu sama lain. Mereka membuka mata begitu selesai berdoa, kemudian mulai menyuap penne buatan Kiel.

"Kamu aslinya lulusan culinary ya?" Tanya Jean asal.

Kiel terkekeh, "masakanku biasa aja ah."

"Biasa aja apanya? Ini enak banget, Kiel! Kamu harus ajarin aku habis ini."

"Nanti aku ajarin kalau kamu udah habisin makanannya."

Lima belas menit kemudian lebih tenang, keduanya menghabiskan makanan di piring masing masing. Beberapa kali saling adu tatap dan tersenyum. Jean berani sumpah belum ada yang pernah memperlakukannya selembut ini.

"Cuci piringnya bareng ya?" Ajak Jean, yang diiyakan oleh Kiel. Dan disinilah mereka sekarang, berdiri bersebelahan didepan kitchen sink, tangan mereka sibuk meratakan busa sabun ke piring dan alat masak yang Kiel gunakan.

"Sekarang kita mau ngapain?"

Jean melirik jam, hampir tengah malam — hampir tahun baru. "Aku... punya satu keinginan yang selalu impikan." Kiel menunjukkan wajah ingin tahu, "can we... slow dancing? Until midnight?"

Kiel tertawa kencang, "tentu saja, Jean." Kiel mengutak-atik speaker bergaya vintage yang ada di dekat pantry, nada lembut gitar akustik dan bass mengalun di udara. Kiel menarik Jean untuk dirangkul.

Jean melingkarkan lengannya memeluk leher Kiel, sementara Kiel merengkuh hangat pinggang Jean yang terasa begitu pas di telapak tangannya. Kaki-kaki mereka bergerak pelan ke kiri dan ke kanan. Saling menyelami mata satu sama lain.

"You know what," Kiel menaikkan sebelah alisnya, "No one has ever be this romantic to me. No one."

Kiel tersenyum, "good thing I did you right."

"Kiel?"

Kiel menggumam pelan.

"Have you ever kiss someone?"

Kiel kali ini menggeleng.

"Can I be your first kiss?"

"...Yes."

Jean ghosts his lips againts Kiel's, then clashed it together. No nipping, no tongue, just their lips touching. A simple kiss, the innocent one. They pull apart afterwards, meeting each others eyes. And Jean bravely kisses Kiel on the lips, again. This time, it is more passionate. They adjust to get the right position, couple times nibbling their lips.

Napas mereka sedikit terengah saat ciuman manis itu terurai. Kiel membiarkan keningnya bersentuhan dengan Jean, merasakan hangatnya deru napas yang lebih muda. Smile flashes on their face.

"Thank you."

"Me too." Bisik Jean, "Shall we go to bed? I'm kinda sleepy."

They lay on the bed, hugging under the blanket. Waiting for new year fireworks to bloom in the night sky. Jean menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Kiel, tempat favoritnya. Jean baru sadar kalau diluar hujan.

He never felt this happy, and this complete in his entire life. Jean is beyond grateful that Kiel is his.

"Jean?"

"Hm?"

"Aku kira udah tidur," bisik Kiel, mengeratkan pelukannya pada Jean. Sesekali memainkan dan mengusap surai legam itu. "Ngantuk?"

Jean mengangguk malas, "hujan."

Kiel mengintip jendela, ya memang hujan tidak terlalu deras.

"Jean,"

"Ya?"

"Can I kiss you again?"

Jean mengangguk, membiarkan Kiel menangkup rahangnya. Memberi kecupan ringan, he pulls away and whisper, "happy new year, Love."

Jean tersenyum lebar, "happy new year."

; antologiWhere stories live. Discover now