1

7K 31 0
                                    

Tangan Bara dilipat ke pinggang, matanya meneliti setiap sudut ruangan yang kini sudah diisi beberapa barang pribadi milik Bara. Ketika ia sudah hampir selesai dengan menata barang milik pribadinya, bisa ia dengar langkah suara yang memasuki ruangan milik mereka.
"Bara? Lu udah selesai loading barang lu? Katanya bakal kemari telat?" Itu suara Talia yang menginterupsi Bara dari kegiatan loading barangnya.
"Gua tiba-tiba selesai cepet dan buru-buru kesini. Takutnya ada callingan lagi." Lengkap Bara.
Mereka telah mengisi ruangan kost yang telah mereka setuju untuk rent 2 hari lalu. Setelah test drive yang Bara dan Talia lakukan di hotel. Tidak mungkin bagi Bara dan Talia melakukannya di tempat mereka masing-masing demi meminimalisir tercampurnya urusan pribadi mereka. Dan tidak mungkin juga mereka akan bermain di hotel setiap waktu mereka ingin, bukan? Makanya, begitu Bara dan Talia menikmati skill masing-masing dan merasa cocok untuk melanjutkan hubungan mereka, maka keduanya setuju untuk mencari kost sebagai tempat dimana mereka bisa bermain.
"Gua gak bakal beresin hari ini juga sih. Gua bawa doang kesini."
Kemarin juga keduanya sudah setuju mengenai perbedaan umur masing-masing. Bara yang sudah menginjak umur 31 merasa terbuka juga dengan Talia yang masih 23 tahnu. Walapun jarak mereka agak jauh, Talia lumayan bisa mengikuti alur berpikir Bara dan tidak kekanakan. Bara merasa perlu menghargai hal itu. Dan Talia suka bagaimana Bara bisa mendominasinya di ranjang. Bisa memerintahnya tanpa merasa direndahkan. Talia pikir permainan mereka akan bisa segila apapun tanpa melanggat batas normal.
"Ya udah terserah lu." Bara menimpali.
Kalau ditanya, kenapa Bara masih ingin hidup bebas seperti ini dikala teman-temannya sudah banyak yang settle down, jawabannya hanya satu. Bara hanya merasa semua tanggung jawab itu belum mau ia pikul sekarang. Justru karena sudah memiliki umur di kepala tiga sehingga Bara bisa lebih bijak dalam peraturan permainan dan kebutuhan dirinya sendiri. Ia tidak ingin settle down dulu, tidak ingin punya hubungan dengan siapapun dulu, tapi ia harus memenuhi kebutuhannya sehingga ia memilih untuk friend with benefit dengan satu wanita tetap sampai jangka waktu yang mereka sepakati bersama. Kapan? Ketika salah satu dari mereka sudah jengah saja.
Kamar kost mereka tipe studio selayaknya apartemen, tapi menurut mereka akan lebih mudah biaya maintenance kost daripada apartemen. Disamping memang banyak biaya akomodasi yang perlu dikeluarkan jika memilih apartemen.
"Gimana test drivenya?" Tanya Bara tiba-tiba
"Gua suka."
"Ada yang kurang?"
"Gak ada Bara."
Bara terkekeh, "Gua suka lu panggil nama gua." Bara menarik tangan Talia untuk mendekat, "Sini sayang." Lalu mencium perlahan bibir Talia.
Talia mengikuti tempo permainan Bara yang lembut. Sisa kumis dan jenggot after shavenya masih terasa bagi Talia.
"I think it's too soon. Gua baru sampe."
"Nothing is too soon." Dan Bara kembali mengklaim apa yang barusan ia mulai.

Bibir Talia begitu plumpy dan membuat Bara gemas sehingga sesekali Bara menggigit bibir Talia

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Bibir Talia begitu plumpy dan membuat Bara gemas sehingga sesekali Bara menggigit bibir Talia.
Suara Bara melembut dan tersirat memendam sesuatu dalam dirinya. "Gua sebenernya waktu itu masih pengin."
"Tapi?" Tanya Talia.
"Tapi gua gak tega aja buat minta nambah. Lu emang gak masalah kalo gua minta tambah?"
"We're here for that."
Bara tertawa. "Gua ngerasa lu partner paling ok selama ini. Lu biasanya kuat berapa, sayang?"
"Paling 3 kali. Sisanya gua udah tepar."
"Pegang punya gua." Bara memerintah.
Talia tentu saja menurut. Dari balik celana jeans Bara, Talia menyentuh gundukan itu.
"Itu yang udah lu perbuat ke gua. Buat inget hari test drive kemarin aja udah bikin gua kenceng gini, Tal."
"Terus lu mau apa, Bara?"
Hening terselip diantara mereka. Bara sengaja mebgulur waktu dan bisa melihat Talia mulai gelisah juga. "Aku mau kamu, Talia."
Oh... Hal ini terulang lagi. Talia mulai tau polanya. Jika Bara sudah mengganti kalimatnya menjadi aku-kamu, disitu Bara sudah mulai terpancing dan ingin sesuatu itu dilakukan lebih lanjut.
"Kamu ngadep tembok, sayang."
Talia menurut lagi. Ia menghadap tembok. Membiarkan dirinya dikejutkan atas apapun yang Bara akan lakukan terhadapnya. Bisa Talia mulai rasakan, tangan Bara yang agak kasar mulai meraba betisnya. Naik ke pahanya dan menyingkap midi skirt yang sedang Talia pakai.
"Kamu gak pernah tau aku selalu keinget betapa ketatnya memekmu kemarin, kan? Selama ini aku menderita nunggu hari ini akan datang. Kamu udah bikin aku terhantui gara-gara perilaku kamu. And now, it's time for you to get the payback."
Jemari Bara masuk ke dalam celana dalam Talia. "Ini yang bikin aku selalu gak fokus beberapa hari ini." Bara merasa agak terusik saat Talia terkejut karena tindakan Bara. "Stand still, Talia. Don't move!"
Bara melanjutkan tindakannya dalam celana Talia. Diluar dugaan tadi Bara menemukan milik Talia sudah lembab. Apakah ia juga sama terangsangnya seperti Bara saat ini? Kalau memang begitu, baguslah.
"Talia! Stand still. Gak perlu bergerak." Tegas Bara.
"Geli Bara." Adu Talia.
"Kontrol diri kamu Talia. This is about us. Kamu udah bikin aku gak bisa fokus beberapa hari ini. This is your payback."
Talia tanpa sengaja mengeluarkan desahan tertahannya.
"Oh yeah, that's good Talia." Jemari Bara makin meraba klitoris Talia. Ia tahu betul betapa Talia mulai menggila jika klitorisnya dimainkan. " Kamu inget tempo hari kamu kumasukkin? Betapa memek kamu nyiksa aku di dalem? Betapa memek kamu megang erat aku di dalem? Hm? Inget gak, sayang?"
Talia mendesah. Semakin gila rasanya saat Bara mengungkit kejadian tempo hari.
"Kamu siksa aku sama memek kencengmu, kamu gak peduli sama sekali dengan apa yang kamu lakuin ke aku? Karena yang tadi aku lihat, kamu kayaknya santai aja setelah apa yang terjadi diantara kita. Sementara aku? Hampir gila rasanya aku ketemu kamu tapi gak bisa sentuh kamu. So i told you, this is your payback."
Bara menyingkap rok Talia, tanpa mau membuka rok dan celana dalam milik gadis itu, Bara melanjutkan aksinya.
"Kenapa sayang? Kenapa Talia?" Tanya Bara menggoda. "Kenapa? Apa rasanga memekmu aku kobelin gini?"
Talia memejamkan matanya. Dan menempelkan keningnya ke tembok. Ini semua sungguh nikmat dan menyiksa disaat yang bersamaan.
"Buka mata kamu, liat aku." Perintah Bara. "Liat mata aku, Talia!" Ulang Bara saat kalimatnya tidak didengar. "Train yourself to not making me saying my order twice." Bara memberi ultimatum. "Lihat aku, lihat mata orang yang lagi sentuh badan kamu. Lihat mata orang yang lagi acak-acak kemaluan kamu. Lihat mata aku yang lagi mainin tangannya di memek basah kamu. Jangan alihin pandangan kamu ke yang lain, jangan tutup mata kamu betapa gak kuatnya kamu apa yang lagi kamu rasain."
"Barrraaaa..." Rintihan Talia. "Geli, Bara."
"Enak?"
"Enak."
"Enak gak Talia? I'm not hear you."
"Enak Bara. Enak banget.."
"Oh god.. I'm not gonna wasting any time for you, Talia. Nungging kamu ke meja!"
Tali melangkah menuju meja makan disamping mereka. Ia segera menungging dan membiarkan Bara mengacak-acak nafsunya.
Dilain sisi, Bara membuka resleting celananya, mengambil penisnya keluar dari boxernya dan mengarahkannya menuju vagina Talia. Ia menyampirkan celana dalam Talia tanpa mau repot membuka semuanya dulu.
"Rasain ini lonte." Bara memasukkan penisnya ke dalam vagina Talia yang basah total. "Ohh Talia, lonte banget kamu.. aku ngewein begini apa rasanya, sayang? Hm? Jawab!"
"Enak Bara." Desahan Talia keluar lagi. Ia benar-benar tidak siap atas serangan Bara yang mendadak. Darahnya serasa naik dan jantungnya berdegup dengan kencang. Talia tidak mengira bahwa hari ini juga mereka akan bermain ulang.
Tangan Talia keduanya mencengkram ujung meja dengan kuat. Semuanya terlalu enak.
"Emut jari gua, Talia." Bara menyodorkan telunjuknya ke mulut Talia. "Ahh. Bangsat. Aku ewe tau rasa kamu Talia. Aku acak-acak memek kamu sampe lemes. Aku bakal bikin kamu tersiksa kayak kamu bikin aku tersiksa kemarin. Ohhhh... Talia... Memek kamu!" Bara meracau saat genjotan demi genjotan ia lakukan pada Talia.
Bara terkekeh saat melihat tubuh Talia melemas. "Udah cum kamu, sayang?"
"Udahhh.. aku gak tahan Bara."
"Bener-bener lonte kamu. Sini ya kamu, bisa-bisanya kamu crot duluan! Enak kontolku?"
"Enak banget."
"Kamu perlu aku kasih pelajaran, ya." Bara melepas penisnya yang berurat dan basah. Masih menegang tanpa merasakan pelesapan yang dari lama ia dambakan dari Talia. "Sini kamu." Bara menarik tangan Talia lalu memgangkatnya dan membantingnya ke kasur.
Talia terkejut saat tubuhnya dibanting. Entah mengapa hal itu membangkitkan nafsu Talia lagi. Nafasnya masih terengah. Dua detik lalu ia merasa lemas dan menyerah dan entah kenapa sekarang ia terangsang lagi begitu Bara membantingnya ke kasur dengan penuh dendam seakan tubuhnya berbicara bahwa ia butuh pelepasan juga.
"Kangkangin kaki kamu!" Perintah Bara.
Talia melakukannya detik itu juga dan terpampanglah vagina basah dan mengkilap sisa kenikmatannya tadi.
Bara berdecih, "Doyan ya kamu aku ngentotin, sayang?"
"Doyan banget..." Manja Talia.
Tanpa menbuang waktu, Bara memasukkan miliknya lagi ke dalam Talia. Memegang kedua pergelangan kaki Talia dan menyatukannya diatas pundak kanan Bara.
"Oh my goddd... Ini memek ketat gua." Bara menyundul lagi penisnya di dalam vagina Talia. Berusaha membawanya hingga mengenai rahim Talia.
"Gua genjot terus memek lu, ya, anjing. Ohhh. Enak banget, bangsat banget lu Talia! Lu apain memek lu sampe gua gak bisa lupa, hah?!!
Talia mulai terangsang kembali atas aksi Bara. "Oh Bara.. mentok banget sayang. Enak banget."
"Apa sayang, kenapa? Kamu minta aku mentokin?"
"Iyaaa.." Talia makin terangsang dengan perilaku Bara yang mesum dan sembrono. Kedua yelapak tangan Talia mengepal sprei yang ia tindih. Rasanya begitu menyenangkan saat Talia diberi servis agak kasar seperti ini.
"Minta mentokin sampe mana, sayang?" Bara bertanya penasaran sambil melihat wajah Talia yang keenakan akan tindakannya.
"Sampe dalem banget, Barraaa.. Oh enak banget ini Bara, jangan berhenti, aku mohon jangan berhenti."
Bara mengganti tempo pergerakannya. Ia berubah dari cepat dan mencelup ke lambat dan menusuk. Bisa ia lihat ekspresi Talia yang terkejut dan keenakan disaat yang sama.
"Enak kamu sayang?"
"Iya Bara. Ampunnn... Oh enak banget kamu. Ampun sayang.. ampun.."
"Kontol siapa yang paling enak?"
"Kontol kamu, Bara."
Bara berhenti bergerak saat ia merasa ia hampir mendapat pelepasannya.
"Kenapa berhenti?" Tanya Talia keheranan.
"Bilang kontolku enak dan bilang apa yang kamu rasain. Kalo kamu berhenti, aku ikut berhenti juga."
"Iya Bara. Kontol kamu enak." Suara Talia mencicit karena ia frustasi sunber kenikmatannya direnggut tiba-tiba.
Bara mulai kembali melakukan ritmenya. Keduanya terengah tapi Bara tetap menunggu kalimat lainnya keluar dari mulut Talia.
"Ohhh.. enak Bara. Memekku keenakan. Ohhh... Ewe terus aku, sayang! Genjot aku. Jangan berhenti sampe kamu puas."
Bara tersenyum miring. Ia suka bagaimana Talia menurutinya. Penisnya terus menggenjot vagina Talia beriringan dengan kalinat kotor Talia.
"Enak Bara ohhh.. aku mau cum sayang. Aku mau sampe, jangan berhenti, please. Aku suka diewe kamu. Ewe aku terus, please. Habisin akuuu... Ohhh aku sampe sayang. Aku mau crot!"
Dan Bara melakukan hentakkan terakhirnya sebelum ia mengeluarkan kenikmatannya di dalam vagina Talia. Empat kali tembakan dan lalu membiarkan dirinya diatas Talia untuk beberapa detik hingga tenaganya kembali.
"Rasain itu sayang." Ujar Bara ketika napasnya sudah mulai normal.

Bara dan TaliaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ