15. Suddenly

429 58 5
                                    

"Off Jumpol mama gak mau tau pokoknya dua Minggu lagi kamu harus siap menikahi Namtan," ujar Mamanya ikut duduk di hadapan putranya yang tengah menyantap sarapannya.

"Iya ma Off udah siap nikahin Namtan kok," sahutnya membuat mamanya terkejut mendengar ucapan putranya.

"Mama gak salah dengar kan?" Gam menatap putra satu-satunya dengan senang.

"Tidak ma, lihat saja nanti." Off beranjak dan membawa piring kotornya ke dapur.

Gam tersenyum bahagia. "Akhirnya mama akan memiliki menantu sebaik Namtan," ucapnya kemudian beranjak meninggalkan ruang makan menuju kamarnya.

"Cih baik dari mananya," decihnya kemudian segera berlalu meninggalkan rumahnya ke rumah sakit. "Biar aku tunjukan sekalian besok sebaik apa gadis kesayangannya."

...

Gun terbangun dari tidur nyenyak nya. Kepalanya masih terasa berat dan pening. "Phi Gun sudah bangun?" teriak Pim dari balik pintu kamarnya.

"Sudah Pim," sahut Gun parau. "Kenapa aku masih mengenakan baju kemarin," gumamnya saat melihat kemeja yang sama dengan hari kemarin ia pakai.

Cklek.
Pim membuka pintu yang tidak terkunci. "Phi Gun mandi sana," ujar Pim berdiri dan melipat tangannya di hadapan Gun.

"Kamu tidak berangkat Pim?"

Pim menggeleng. "Sekarang kan hari Sabtu, buat apa Pim berangkat ke sekolah."

Gun mengerjapkan matanya yang masih berat. "Apa yang terjadi padaku semalam Pim?"

Pim menghela nafas panjang kemudian duduk di tepian ranjang. "Phi Gun semalam mabuk berat, untung ada phi Off yang mengantarmu dan membopongmu sampai kamar," jelasnya membuat Gun menatap Pim tidak percaya.

"Bagaimana bisa aku mabuk?" tanya Gun pada Pim.

Pim tergelak mendengar pertanyaan kakaknya. "Mana Pim tau phi," sahutnya kemudian tangannya mulai merapikan tempat tidur milik Gun yang berantakan. "Sudahlah phi sana pergi mandi, aku akan memberesi tempat tidurmu."

Gun beranjak dari duduknya menuju kamar mandi. "Siaal apa yang kulakukan semalam yaa." Gun menatap pantulan dirinya di cermin, berharap semalam ia tidak berbuat yang aneh-aneh pada Off. Otaknya berusaha keras mengingat kejadian semalam. "Siaaal otak Gun tidak bisa mengingatnya." Ia menepuk kepalanya sendiri berharap ingatannya muncul di otaknya. Benar saja detik berikutnya otak Gun seolah mengingat sesuatu samar-samar. Jemarinya terangkat dan menyentuh bibirnya. "J-jangan-jangan..." Gun menggelengkan kepalanya berusaha menepis ingatannya. "Lupakan lupakan lupakaaaan," teriak Gun dalam hatinya. "Apa yang Gun lakukan pada phi Off?" Gun menepuk kedua pipinya untuk menyadarkan nya. "Siaal Gun kenapa juga harus mabuk si," rutuknya saat sekelebat wajah Off terlintas di benaknya.

"Phi Off atau aku mulai menyuk-" racau Gun tidak jelas saat matanya masih tertutup.

"Jangan-jangan mulut ini mengatakannya." Gun menyentuh bibirnya dan mengumpatnya dengan kesal. "Mulut sialan, apa yang kamu katakan semalam, hmm."

Cup.
"Sesuatu yang lembut apa ini phi?" tanya Gun saat bibirnya merasakan sesuatu yang lembut mendarat sekilas di bibirnya. Tanpa ia sadari tangannya melingkari leher Off yang baru saja mencuri ciuman dari Gun.

"Gun?" Off menatap lekat wajah Gun yang berada sangat dekat dengan wajahnya. Bibirnya yang ia kerucutkan membuat debaran jantung Off semakin menjadi. Ia menelan ludahnya kasar, berusaha menetralkan debaran jantungnya.

Gun mendekatkan wajahnya di perpotongan leher Off kemudian mengendusnya. Ujung bibirnya terangkat mencetak sebuah senyum yang memperlihatkan lesung pipinya. "Harum," ucapnya kemudian kembali mengendus sepanjang leher Off sampai membuat empunya meremang, namun ada perasaan bahagia yang membuncah dari dalam hatinya.

Limited Edition (END)Where stories live. Discover now