CHAPTER 3

6.3K 200 3
                                    

Maria sibuk berkutat dengan laptop milik Alice yang ia pimjam untuk mencari informasi tentang musuh Papanya, ia tidak bisa terus diam seperti ini di saat kondisi benar benar hancur, Maria harus bisa mengembalikan nama baik Papanya walau kini mungkin Papanya sudah tidak ada di dunia ini lagi.

"Ayo tidur Maria, ini sudah malam." peringat Alice dengan suara beratnya, gadis itu sudah merasa matanya sangat berat

"Sebentar lagi," balas Maria, membuat Alice bangkit dari tempatnya dan mengalungkan lengannya di leher Alice

"Masih ada hari esok untuk mencari informasi itu." kata Alice, membuat Maria menatap wanitanya

"Tidak. Semakin cepat akan semakin baik, dengan sesegera mungkin aku harus mengungkapkan semua kebenaran itu," jawab Maria tegas, membuat Alice melepas tangannya dari leher Maria dan menjaga jarak

"Mungkin itu yang Maria mau, tapi Alice tau betul Maria hanya ingin semuanya kembali." ujar Alice, membuat Maria menatapnya tajam

Maria tidak habis pikir Alice bisa mengatakan hal itu padanya, padahal akhir akhir ini mereka sudah sangat dekat, bahkan sangat sering mereka menghabiskan waktu di ranjang hal itu membuat Maria berpikir Alice akan mendukung misinya, tapi kenyataannya tidak begitu.

"Aku akan mengundurkan diri besok." Perkataan Maria membuat Alice mendekatinya dan menggenggam tanganya

"Tidak, Maria tidak bisa melakukan itu. Maaf Alice hanya takut jika kehidupan Maria kembali kita tidak bisa bersama lagi." Maria tidak tega melihat Alice bersedih, akhirnya Maria memeluk Alice

"Stt. Jangan pernah katakan itu, aku akan selalu ada untuk mu walau semuanya kembali," balas Maria meyakinkan Alice

"Tapi Alice tetap merasa cemas, karena jika semuanya kembali maka Alice tidak ada apa apanya di banding Maria." Maria hanya mengecup puncak kepala Alice tanpa menjawab

Maria membawa Alice ke tempat tidurnya, meminta wanitanya untuk cepat tidur karena besok ia harus pergi ke sekolah. Setelah melihat Alice benar benar terlelap Maria bangkit dari tempatnya berjalan ke arah pintu keluar. Namun, saat tangannya menarik kenop pintu alangkah terkejutnya Maria saat tiba tiba Reghita Mama Alice ada di sana.

"Selamat malam Bu, saya permisi pergi ke kamar saya." Maria berbasa basi sesopan mungkin agar Reghita tidak mencurigainya

"Tunggu Maria saya perlu bicara dengan mu." kata Reghita membawa Maria ke ruang tamu, mereka duduk berhadapan di sana

"Apa saya membuat kesalahan?" tanya Maria, karena tidak biasanya Reghita memanggil dan ingin bicara dengannya

"Tidak. Kerja mu bagus Maria, bahkan selama Alice bersama mu dia tidak pernah mengeluh apapun berbeda saat ia bersama suster lain," jawab Reghita, akhirnya Maria merasa lega

"Saya hanya ingin memberi mu uang untuk memenuhi kebutuhan vitamin Alice seperti sudah habis dan pastikan dia selalu dalam kondisi baik."lanjutnya menyodorkan amplop coklat berisi uang pada Maria

"Saya akan menjalani semua perintah dengan baik, kalau begitu saya pamit ke kamar." setelah mengambil amplop itu Alice berlalu ke kamarnya

...

Begitu pagi tiba Maria langsung di sibukan dengan kegiatannya mengurus semua persiapan Alice yang akan berangkat sekolah, Maria tengah menata rambut Alice di depan cermin, setelah selesai Maria menghela nafas dan tersenyum pada Alice yang tampak sangat cantik.

"Sudah beres, kamu sangat cantik." ujar Maria, membuat Alice bangkit dan mengecup bibir Maria sekilas, setelahnya mengambil ransel sekolahnya

"Setelah mengantar mu ke sekolah aku harus membeli beberapa kebutuhan mu yang habis, yang paling penting aku harus membeli vitamin untuk mu." kata Maria, membuat Alice mengangguk dan tersenyum

"Ya sudah ayo berangkat." ajak Maria, keduanya berjalan keluar dari kamar Alice

Mereka pergi di antar bersama sopir, sedangkan Reghita sudah pergi sejak pagi buta. Menjadi single Mom memang tidak mudah untuk Reghita, karena itu ia seringkali pergi pagi dan pulang malam sama tidak punya waktu untuk Alice, dan mungkin itu salah satu alasan Reghita menghadirkan seorang Suster untuk Alice. Begitu keduanya masuk ke dalam mobil, mobil melaju pergi menuju high school tempat Alice sekolah.

"Jaga diri mu selama berada di sekolah Nona Alice." perintah Maria berkata formal, karena ada sopir di sana

"Siap Suster Maria," balas Alice, sebelum akhirnya keluar dari mobil dan masuk ke area sekolah

"Pak saya turun di persimpangan jalan saja, ada kebutuhan Non Alice yang Ibu Reghita minta saya membelinya." pinta Maria pada sopir pribadi Reghita

"Apa tidak perlu saya yang antar Suster?" tanyanyah

"Tidak perlu pak," balas Maria singkat

Begitu sampai di persimpangan mobil berhenti Maria turun di sana, menunggu mobil sopir melaju jauh barulah ia menyebrang jalan raya, Maria masuk ke area gang sempit perkampungan melihat banyak anak kecil bermain bola atau memainkan lompat karet, membuat Maria tersenyum melihat mereka, sampai langkah kakinya tiba di depan pintu kayu, tangan Maria mengetuknya tidak lama seorang pria berperawakan tinggi, berbadan kurus sangat berbeda saat terakhir kali bertemu Maria, pria yang dulunya tinggi besar berpakaian rapih, kini kurus dan berantakan.

"Kita tidak ada lagi urusan." kata pria itu yang mendak bergegas menutup pintu, tapi beruntunnya Maria berhasil menahannya

"Ku mohon tidak ada lagi orang yang bisa membantu diri ku selain anda." Maria merasa buntu, dan ia hanya punya satu harapan pada orang yang kini ada di hadapannya

"Saya tidak ingin terlibat lagi akan hal apapun." tekan pria itu membuat Maria menatap penuh kekecewaan

"Kali ini saja, aku tidak akan membuat mu terjebak dalam situasi sulit lagi, hanya butuh informasi." Maria benar benar memohon pada pria itu

Akhirnya pria itu membiarkan Maria masuk ke dalam rumahnya, Maria melihat isi rumah yang sangat berantakan, dan tampaknya tidak ada orang lain selain pria itu yang tinggal di rumah ini. Pria itu membawa Maria masuk ke dalam ruangan yang terkunci, dan ternyata di dalam sana banyak buku dan kertas yang berantakan.

"Hanya ini yang tersisa." Kata Gathan, asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Papa Maria semasa hidup

"Terimakasih Ghat kau masih bersedia membantu ku." Maria mengambil beberapa selempang kertas yang berserakan

"Aku hanya masih tidak percaya Tuan melakukan hal kejih," jawab Ghatan membuat Maria merasa lega, karena masih ada orang yang berpikir sama dengannya

"Aku lebih yakin Papa ku tidak akan melakukan hal seperti itu." tegas Maria

Maria mulai mencari beberapa informasi dari berbagai berkas penting Papanya yang di sembunyikan Ghatan, pria itu juga mengumpulkan beberapa koran berisi berita tentang Papanya, bahkan beberapa print artikel, Maria tidak tau apa maksud dari Ghatan mengumpulkan semua itu, tapi Maria merasa beruntung.

"Secandal apa ini?" tanya Maria, saat melihat sobekan kertas berisi Secandal yang tidak terduga

"Dulu saat kala anda masih remaja Nyonya Hana pernah terjebak Secandal dengan seorang pengusaha yang ternyata musuh besar Tuan Rechad." jelas Ghatan, membuat Maria langsung memasukan koran itu ke sakunya

"Apa anda tau sesuatu tentang Secandal itu?" tanya Maria

...

Makasih yang udah setia nunggu cerita ini

LOVE MY BABBY SISTER {GxG}Where stories live. Discover now