Chapter 5

119 21 14
                                    

Rukongai Barat, Distrik 1

"Lihatlah, Hime-sama! Kau cantik sekali!" Aino memuji Sakura dengan tulus saat melihat sosok nona muda sekaligus sahabatnya di depan cermin. "Kita keluar bersama-sama, ya?"

Sakura tersenyum. "Terima kasih sudah mau repot-repot mengurusi penampilanku," katanya sembari memegangi rambutnya yang baru saja dirapikan oleh Aino. "Kalau tidak ada kau, aku tidak tahu harus bagaimana."

"Hmmm?" Aino tersenyum penuh arti. Diambilnya sebuah hiasan rambut dari laci, dan dipasangkannya hiasan rambut itu ke rambut nona mudanya.

Hiasan bunga Wisteria merah itu amat pantas bersanding dengan rambut Sakura yang warnanya pucat. Kimono merah mudanya juga cocok disandingkan dengan hiasan rambut itu. Sangat cocok untuk dipakai di malam hari.

"Kau pasti akan menjadi gadis tercantik malam ini, Hime-sama. Tenanglah. Jangan terlalu khawatir," katanya sembari menyisiri rambut Sakura yang sudah agak panjang itu, dan membentuknya menjadi sanggulan kecil.

"Apa benar begitu?"

Aino kembali tersenyum lembut, menenangkan sahabatnya. "Ya. Kita tidak akan tahu kalau belum mencoba melihat bagaimana reaksi orang-orang."

Sakura mengangguk pelan dan berdiri. Di luar, sudah terdengar keramaian dari orang-orang yang sudah ada di tempat perayaan. Bunyi kuda bersahut-sahutan dengan anak-anak yang bersorak riang menyambut acara itu. Terdengar menyenangkan. Mereka berdua keluar dan disambut oleh keramaian festival.

"Ayo," kata Aino, "Tsukishima-san mungkin sudah menunggumu di sana. Setelah ada sedikit sambutan, acara akan segera dimulai."

Shiba Kukaku mendekati Sakura, dan menyikutnya. "Bagaimana? Otakmu sudah benar-benar sehat, kan?" ejeknya.

Sakura hanya tertawa kecil. "Ya, aku sudah waras. Dan berhenti memanggilku sakit otak, Kukaku-san."

Kukaku kembali tertawa mengejek.

Di tengah lapangan barat, tempat di mana biasanya para Shinigami muda berlatih atau berpatroli, kini ada semacam tungku besar. Tapi tidak, tungku itu bukan untuk dibakar, melainkan diisi dengan kembang api saja. Kembang api spesial buatan Keluarga Shiba. Karena itu, di sana diletakkan kembang api berwarna-warni.

Sebagai penerangan, lilin-lilin mungil diletakkan di mana-mana, berwarna merah, oranye, dan ungu. Lilin-lilin itu diletakkan beralaskan mangkuk berisi air yang berbau harum. Cahayanya kecil temaram sehingga tampak cantik. Ada juga lampion-lampion yang bergelantungan dengan warna-warna semarak. Kepala desa berdiri di atas tangga batu, bersebelahan dengan istrinya. Setelah sedikit memberikan sambutan, acara itu pun dimulai. Sepertinya tak terlihat lagi ekspresi kesusahan dalam benak anak-anak yang ada di sana. Mereka semua tertawa, bergembira, dan berlarian.

Sakura menoleh ke sekelilingnya. Ia tersenyum saat melihat Ginjou dengan Giriko yang entah kenapa bisa berada di situ. "Hai, kalian," sapanya, "Kalian juga menikmati perayaan ini?"

"Sakura-san!" Kutsuzawa Giriko menjawab riang. "Ya, begitulah. Senang juga, karena baru saja kemarin ada pesta minum sake di Kediaman Shiba, sekarang sudah ada perayaan lagi. Tidak semewah kemarin, sih," dia tertawa. "Tapi tidak apa-apa. Menyenangkan juga dan cukup lumayan untuk melepas penat."

Sakura juga tertawa mendengarnya. "Yaaa, ini kan tidak sering diadakan. Bersenang-senanglah kalian." Ia mengangguk memberi salam, dan bermaksud berbalik pergi saat panggilan Hinamori Momo mengagetkannya.

"Sakura-san!"

"Ya?" Sakura menghentikan langkahnya dan menoleh. "Ah, Momo-chan dan Shinji-kun?"

Shinji memalingkan wajah. "Aku ada di sini karena dipaksa oleh Momo." Katanya seakan-akan mengklarifikasi sesuatu dan langsung ditanggapi dengan pukulan keras di bahu oleh Momo. Sakura tertawa geli mendengarnya.

HAKUJITSU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang