Eleven : Ketetapan hati pangeran

95 11 0
                                    


"OH BAGINDA!!!"

Seorang laki-laki terlonjak kaget dan langsung mengalihkan pandangannya kearah pintu yang terbuka menampilkan sosok sang istri yang terengah menatap kesal kearahnya.

"Ada apa, wahai ratuku? kenapa engkau berlari-lari seperti itu? kemarilah, duduk di sampingku."

Walau masih dengan raut kesalnya, ratu Seulgi tetap datang menuju sang suami setelah menyuruh pengawal yang berada didepan kamarnya untuk menutup pintu.

"Apa-apaan itu, raja?! kenapa kau tidak membicarakan hal itu terlebih dahulu bersamaku?"

Raja Jaehyun mengernyit heran, "Hal apa yang kau maksudkan itu, hm? duduklah dulu-"

"Kau ... akan mengunjungi para pangeran di perguruannya besok, bukan?" Raja Jaehyun terdiam sebentar sebelum mengangguk mengiyakan, lalu setelahnya kembali diam menunggu kalimat yang akan dikatakan oleh sang istri.

"Kalau begitu, aku ingin ikut! bolehkah?"

"Ah ... aku pikir apa. Hahaha ...."

"Bagaimana, baginda? apakah boleh?" Sang ratu menatap penuh harap kepada sang raja; suaminya.

Raja Jaehyun tersenyum,"Tentu."
_____

"Aku pikir kau bercanda, hyung. Benarkah Baginda raja akan mengunjungi kita? aku ... sedikit ragu akan itu. Bukankah terdengar mustahil? pasti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada kita bertiga."

"Apa maksudmu, pangeran Sungchan? kenapa kau seperti berprasangka buruk kepada baginda raja yang notabennya adalah ayah kita? berpikirlah positif, mungkin ibu ratu merindukan kita dan meminta baginda raja untuk berkunjung kesini."

"Tapi pangeran Sungchan benar adanya, pangeran mahkota. Apakah kau tidak ingat bagaimana kerasnya baginda raja mendidik kita di istana? mungkin memang benar pemikiran mu jika bisa saja ibu ratu merindukan kita. Tapi apakah kau yakin murni hanya itu saja? sedangkan seperti yang kita tahu, para pangeran yang berguru tidak diperbolehkan bertemu dengan orang tuanya sebelum menguasai bidang ilmu yang dipelajari."

Minhyung menurunkan busur panahnya, lalu beralih menatap kedua adiknya dan menunduk lantas mulai terdiam. Benar juga apa yang dikatakan adiknya itu. Mungkinkah ada sesuatu yang penting hingga raja datang kemari? tapi hal penting apakah itu?

Ia memejamkan matanya, lalu kembali menatap kedua adiknya yang juga terdiam dengan pikirannya masing-masing. Melihat Jeno dan Sungchan yang seperti memiliki begitu banyak beban pikiran, Minhyung memutuskan untuk menyudahi pembahasan itu dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"Pangeran Sungchan, bagaimana latihan pedangmu?" Minhyung bertanya lalu setelahnya mengajak adiknya itu duduk di sebuah batu berukuran panjang yang berada dibawah pohon cemara tidak jauh dari mereka berada.

"Ah aku? semuanya berjalan baik, pangeran mahkota." Tangan Sungchan tergerak, memukul pelan lengan Jeno sebelum mengikuti titah Minhyung untuk duduk disebelahnya.

Jeno mendengus, lantas ikut duduk disebelah kiri Minhyung. Minhyung yang melihat kedua adiknya hanya menggeleng, lalu menyandarkan busurnya pada pohon dibelakangnya.

"Baiklah. Lalu bagaimana dengan dirimu, pangeran Jeno?" Yang ditanya hanya mengangguk, namun tidak menjawab apapun bahkan mengalihkan pandangannya.

"Apakah pangeran Jeno sedang merajuk? oh bagaimana ini, ya dewa?" ucap Sungchan dengan nada mengejeknya.

Yang tertua menghela nafasnya lelah, lalu berdiri dan berjongkok tepat didepan Jeno yang sedang mengerucutkan bibirnya.
Dalam hati Minhyung tertawa gemas, karena jarang sekali melihat adiknya yang satu itu merajuk seperti ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Always love you {Markren}Where stories live. Discover now