Berangkat

4.5K 491 14
                                    

"Chitt. Turtleneck item gue di mana ya?" Ten memutar bola matanya malas mendengar panggilan suaminya.

"Is that how you call your husband?" Rutuk Ten tidak terima, dibalas oleh kekehan pelan yang lebih tua, berjalan perlahan ke arah pria yang sudah mencibir karena mendengar panggilan yang tidak terlalu disukainya.

"Turtleneck-ku di mana, babe?" Ulang Johnny dengan nada yang berbeda dari sebelumnya. Pria tinggi itu bahkan mengulas senyum melihat Ten, masih memicingkan matanya galak. Alisnya mengerut, pertanda belum sepenuhnya menurunkan emosinya.

"Kan udah dibilang dari semalem buat packing. Oh my god. Johnny Su...mmmpp!" Teriakan Ten terpotong gerakan Johnny yang tiba-tiba memojokkannya ke dinding. Johnny kemudian tersenyum ketika tangan Ten diletakkan di dada bidang sang suami yang berdetak cukup cepat. Tak lama kemudian, lenguhan pelan lolos dari bibir Ten, terlalu menikmati ciuman mereka, hingga kakinya sedikit terasa melemas. Beruntung Johnny memegangi pinggangnya erat, membuat tubuh mereka berdekatan.

"So pretty, Ma cherie." Puji Johnny, memutus ciuman mereka. Tangan besarnya mengusap pipi yang lebih muda, memandangi ekspresi sayu yang terpancar jelas. Mengagumi wajah cantik sang suami di dalam dekapannya.

"Johnny Suh" Desis Ten kesal begitu kesadarannya kembali. "You better continue whatever you start." Ancamnya saat tidak melihat tanda-tanda Johnny akan melanjutkan aksinya tetapi justru memandanginya dari atas hingga ke bawah. Tangan pria itu lalu menutup mata pria tinggi besar yang tertawa terbahak-bahak, kesal setengah mati karena nafsunya yang sudah dibuat naik justru digantung begitu saja.

"Chit. You know I love you, right?"

"I know, Johnny. I know." Gerungnya kesal, memukuli dada sang suami, yang masih memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit sembari tertawa terbahak-bahak dengan reaksi Ten.

"Oh wow... Wow... Wow, wait. Chit." ... Johnny kaget dengan begitu mudahnya Ten tergoda. Pria itu bahkan sanggup membuat Johnny jatuh terduduk ke sofa, dengan tangan yang masih menutup mata Johnny. Posisi Ten yang di atas tubuh Johnny, membuatnya lebih mudah mencium pria yang lebih tua. Ten mencium Johnny dari ujung bibirnya, perlahan berpindah ke tengah, sebelum menggigit bibir pria yang lebih tua. Berusaha mengajaknya beradu lidah.

"Oh, go get a room you two lovebirds!" Teriakan Haechan menggema begitu membuka pintu rumah dan mendapati kedua orang tuanya sedang bercumbu panas. Melirik sekilas ke arah putra bungsunya yang baru saja berteriak, Ten tidak terlalu ambil peduli dan kembali mencium Johnny dengan panas. Jangan tanya posisinya, karena jelas pria mungil itu sudah kembali duduk manis di atas pangkuan Johnny dengan tangan yang melingkar di lehernya. Salahkan Haechan yang terlalu percaya diri membuka pintu rumah orang tuanya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tidak tahu jika pagi mereka dihabiskan dengan adegan tidak senonoh.

What? Alis terangkat Ten menjadi jawaban dari teriakan Haechan, menambahkan seringai mengejek ke arah yang lebih muda tapi tidak berusaha berpindah posisi.

"Aduh, Mama. Chenle, Jisung, tutup mata." Seru Haechan panik, melupakan eksistensi dua sosok mungil yang mengikutinya. Berusaha tetap menjaga kesucian mata kedua putra kembarnya.

"Waaah." Seru Chenle kagum, tepat ketika Ten melepaskan ciumannya dari sang suami tapi masih duduk manis di pangkuan yang lebih tua. Kaki kanannya disilangkan di atas kaki kirinya.

"Hey twins." Balas Ten, tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya antusias kepada sepasang anak kembar yang berjalan sembari menarik koper kecil milik mereka. Bersiap mengikuti kakek mereka pergi.

"Oma kasih Opa kisses ya? Lele juga mau dong"

"No Chenleeee." Cegah Haechan buru-buru karena melihat Chenle yang sudah membanting kopernya dan akan berlari ke arah sang oma, berusaha mendapatkan ciuman di pagi hari dari sang oma.

"Come here." Panggil Ten ke arah Chenle yang masih berusaha melepaskan diri dari pegangan tangan Haechan, mengabaikan Haechan yang berdecak kesal.

"Hello twins!" Sapa Johnny, mengacungkan tangannya untuk mengajak si kembar ber-high five, dan langsung disambut hangat oleh keduanya. Senyuman Chenle sama lebarnya dengan sang kakek, yang mengacak surainya singkat. "Sudah sarapan?"

"Sudah. Papa buatkan sandwich dan susu buat Jisung dan Chenle." Jawab Jisung, disambut anggukan maklum oleh sang kakek. Sudah pasti ayah si kembar akan menyiapkan sarapan pagi yang sederhana dan tidak terlalu berat untuk kedua putranya itu.

"Mark mana?"

"Kenapa Pa?" Sapa sosok yang muncul dari belakang Haechan, mendengar namanya disebut oleh sang ayah mertua.

"Kalian beneran gak mau ikut?" Tanya Johnny ke arah anak dan memantunya, memastikan sekali lagi bahwa keduanya tidak akan ikut perjalanan luar kota Johnny, yang sebenarnya dimaksudkan untuk liburan, tetapi berkedok bekerja. Bekerja yang bagaimana jika pria tinggi itu justru mengajak pasangan dan kedua cucunya? Yang sudah pasti akan menghabiskan waktu mereka untuk berjalan-jalan.

"Gak usah Pa, Mark mau pacaran sama Hyuck aja." Haechan mencibir mendengar jawaban sang suami, yang jelas akan memanfaatkan waktu tanpa putra kembar mereka. Haechan bahkan sudah curiga kalau suaminhya itu sudah merencanakan sesuatu untuk mereka.

"Chenle. Jisung. Ingat ya. Berbicara yang sopan. Meminta sesuatu dengan baik, tidak memaksa, menurut sama Opa." titah Haechan tegas, jemarinya menunjuk bergantian ke arah sosok kembar yang memandanginya serius, juga mengangguk-anggukkan kepala paham. Sudah terlampau hafal dengan nasehat yang diberikan sang mama kepada mereka.

"Dan Oma." Potong Ten cepat, ikut menyebut dirinya sendiri yang juga akan ikut Johnny dan kedua cucu mereka.

"Oh, Mama ikut?" Tanya Haechan, tidak menyangka jika Ten akan ikut. Karena ajakan Johnny beberapa hari silam adalah ingin membawa kedua cucunya untuk ikut dalam perjalanan dinas luar kota. Hal yang sempat dicurigainya mengingat bagaimana pasangan itu hobi menempel satu sama lain.

"Tentu aja. Kan sekalian mau bulan madu, emang kalian doang yang mau pacaran?" Sindir Ten, tertawa mengejek melihat ekspresi kecut di wajah anak bungsunya. Mark sudah meminta ijin kepadanya beberapa waktu lalu, membuat Ten berinisiatif untuk mengajak si kembar pergi supaya anak dan menantunya itu bisa menikmati waktu berduaan.

"Iyaa Mamaaaa. Jangan rindu ya, nanti Lele bawa oleh-oleh banyak buat Mama." sahut Chenle, menepuk-nepuk sekilas tubuh sang mama yang langsung mengusak rambut putranya itu.

"Buat Papa?" Tanya Mark tidak terima saat putranya hanya menyebut nama sang mama. Haechan yang sedang mencoba merapikan pakaian yang dikenakan Jisung, hanya bisa menghela napas lelah mendengar nada kekanakan yang keluar dari bibir sang suami.

"Iya. Buat Mama dan Papa kok. Papa tenang saja." Balas Jisung cepat, menenangkan sang papa sebelum pertanyaannya justru akan menjadi pertengkaran dengan sang kembaran. Entah kenapa, Chenle memang senang sekali mengajak sang papa bertengkar. Meskipun pada akhirnya mereka berdua akan dihadiahi pelototan mata dari Haechan dan mereka berlomba-lomba meredam kemarahan Haechan dengan menciuminya.

"Koper Papa sama Mama mana? Ayo cepet buruan, aku anter ke airport." seru Haechan, matanya mencari-cari di mana Ten meletakkan koper mereka, yang tidak terlihat di manapun di sekitar mereka. Padahal satu jam sebelumnya Haechan sudah mengabari Johnny untuk segera bersiap.

"Idihhh galak" goda Ten dengan senyum tertahan, membiarkan suaminya yang beranjak ke kamar untuk mengambil barang bawaan mereka dan justru menggodai putra bungsunya yang tidak akan ikut pergi dengan mereka.

"Mamaaaa, cepet ih. AAAA MAMAAAAAAA" teriakan Haechan mengiringi tangannya yang mengelap pipinya yang lembab karena ulah sang mama, yang justru semakin tertawa terbahak.

***

Johnny oh Johnny! Where stories live. Discover now