Berlin, House of Aegis, 2077

411 25 5
                                    

| 22 tahun sebelumnya...

Chris membiarkan langkah kakinya menuntun ke suara tangis seorang bocah, tidak, ada dua orang disana

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Chris membiarkan langkah kakinya menuntun ke suara tangis seorang bocah, tidak, ada dua orang disana. Dan tangisan itu semakin cempreng, ragu apakah sebaiknya pergi saja.

Akhirnya Chris menemukan di ujung koridor penyimpanan. Dua bocah laki-laki bertubuh kurus menangis sambil memeluk lutut. Pakaian mereka serba putih persis yang dikenakan Chris. Dan kulit mereka sawo matang akibat banyak terkena sinar matahari. Chris sempat berpikir kalau mereka kembar.

Anyway, Itu Felix dan Han.

Chris hanya berdiri tak jauh dari mereka sebelum salah satu mendongak mendapatinya.  

"Apa?" hardik Han keras dan serak, ternyata sudah tidak ramah sejak kecil. Felix mendongak kebingungan masih terisak. Disitulah Chris tahu mereka bukan kembar.

Chris memberanikan diri mendekati keduanya, "Kalian saling mengenal?"

Felix dan Han saling pandang kemudian menggeleng.

"Ow,.. lalu kenapa kalian menangis seperti tadi? Kalian baik-baik saja kan?"

Alis mata Han seketika menukik tajam, "Kau sendiri memangnya tidak sedih? Keluargamu? Teman? Kau selamat sendirian kan?"

Chris tertegun, kemudian menggeleng pelan, "aku tidak mengingat apapun."

Ditengah pergumulan diri, tangan kurus Felix meraih tangan Chris dan satunya untuk Han. Walau wajahnya berantakan karena air mata dan ingus, percayalah, Felix adalah anak laki-laki pertama yang membuat Chris merasakan kemurnian dan ketulusan dari seorang manusia. 

"Kita bisa menangis bersama.." Felix menarik ingus cukup panjang, "Namaku Felix, Lee Felix."

Han mengerjap beberapa kali, "aku Han Jisung." 

Cukup lama untuk Chris menimang apakah dia harus memegang tangan Han atau tidak. Tapi tetap saja dia lakukan. 

"Aku Chan."

Dan benar saja, ketiganya jadi menangis sekarang. Setidaknya kali ini ada Chris yang menenangkan Felix untuk tidak menangis histeris seperti tadi.

"Seharusnya dia lewat sini, ah! kita menemukannya, maksudku mereka." itu dua lelaki dewasa berdiri tak jauh di belokan koridor, tampak khawatir dan satunya tampak lega. Seungcheol dan Jeonghan.

"Lihat mereka, sudah menemukan sebelum kita pertemukan." keduanya mendekati ketiga bocah, berjongkok untuk menyamakan tinggi. 

"Hey.. apa kalian tersesat?"

Tiga bocah itu seketika menoleh, melihat Jeonghan yang tersenyum bak malaikat membuat mereka jatuh terpana. Dan saat Seungcheol muncul...

"Menakutkan, ugh.." Felix bersembunyi dibalik Chris. Walau itu tak berarti apa-apa karena Chris juga bukanlah bocah besar.

"tak perlu, nak." Jeonghan mengulurkan tangan untuk mengelus kepala Felix, dan satunya lagi pada Han. "Kalian aman disini, percayalah." 

Afeksi itu membuat Felix dan Han melupakan sesi mari menangis bersama tadi. 

"Kau pasti Han Jisung." mata Han dan Seungcheol bertemu, koneksi yang membuat mereka tahu kalau mereka bisa menjadi teman dekat. Dan Seongcheol bisa melihat potensi besar yang pemimpin mereka katakan. 

"Dan peri kecil ini pasti Lee Felix." Jeonghan menggelitik telinga Felix. Cukup menghibur.

"Kami turut sedih atas kehilangan kalian." ucap Seungcheol menghapus jejak air mata di pipi tembam Han, "Tapi kalian harus segera bangkit atau tenggelam dalam kesengsaraan." 

"Gunakan kata-kata sederhana, Cheol." Jeonghan mendesah pelan, namun bagaimana lagi partnernya memang sangat serius.

"Boys, mau kan jadi anak kuat? Seperti superhero."

Felix masih memiringkan kepala saat Han mengangguk sekali bak anak manis yang penurut. Terdengar keren Felix juga menganggukkan kepala. Sedang Chris.. dia masih mencerna sekaligus mempelajari ekspresi dua teman barunya.

"Anak pintar." Seungcheol menepuk lembut kepala Han dan Felix, "Terimakasih sudah menemukan mereka Chan."  

"Kenalkan aku Jeonghan, dan yang disampingku ini Seungcheol. Untuk formalitas kalian harus memanggil kami Sir selama disini." Jeonghan memberikan senyuman terhangat yang pernah ada. Ketiga bocah itu terpana lagi. Seungcheol disampingnya ikut tersenyum. 

"Selama datang di Aegis Academy, tim 999. Semoga kita bisa menjadi tim yang hebat."



So, let me explain something...

Aegis Academy (AA), Akademi perlindungan dan pengawasan, tempat anak-anak survivor ditempah menjadi ilmuwan. Sebut saja penjara elit neo futurisik. Terisolasi dari lingkungan sosial dan zaman untuk fokus mempelajari ilmu genetika, bioteknologi, dan humaniora. Jika sudah lulus mereka akan memasuki jenjang lebih tinggi, Aegis Institute (AI).

Mengalami pelatihan dan dokrin amat keras, tentu saja masih terjadi, otoritas melakukannya setelah menyelamatkan anak-anak malang ini dari bencana alam besar yang menenggelamkan daratan Asia Timur. Tidak banyak yang selamat.

Chris berumur tujuh tahun dan dua tahun lebih tua dibanding si kembar September. Kebetulan yang lucu karena tanggal lahir Han dan Felix hanya berjarak sehari. Mereka juga sering disebut kembar sehari. Disini mereka dididik dan dibesarkan oleh dua mentor, Seungcheol dan Jeonghan. Pasangan yang diam-diam menjalin hubungan seperti suami istri. Padahal jika ditilik mereka sangat serasi, Ayah dan Ibu.

Terlepas dari bidang penelitian dan potensi yang di miliki, tim 999 selalu menjadi unggulan di mata akademi. Semacam produk. Tapi tak ada yang sempurna bukan? Di dunia ini semua harus seimbang, dimana ada kesempurnaan disitu juga ada kecacatan. Ketika kebohongan tampak tipis menyerupai kejujuran. Ketiganya pun, faktanya mengambil banyak kecacatan moralitas. Terlebih pada satu dari ketiganya. Menyalah-gunakan.

I hope you ready for it.

I hope you ready for it

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
clone [chanjilix]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora