One

49 8 5
                                    

Vroom

Tampak sebuah mobil sport, memasuki area parkiran universitas ternama.

Memarkirkan dengan rapi, dan keluarlah dua orang pria dengan kadar ketampanan bak dewa.

Membuat tatapan memuja dari para siswa perempuan yang lewat maupun sengaja menunggu kedatangan mereka berdua.

Mereka berdua adalah heaven twins. Para mahasiswi yang memberikan julukan mereka karena wajah tampan bak blasteran surga.

Eric dan Jeno, kembar dari keluarga terpandang Djunanda. Eric pemuda tampan yang selalu ramah menyapa, bahkan membuat sebagian gadis salah tingkah karena senyuman manisnya.

Jeno berbeda dengan saudara kembarnya, Jeno adalah sosok pendiam. Namun tetap saja karena wajahnya dia tetap menjadi primadona sekolah. Hanya dengan senyuman matanya yang terkadang dia tampilkan hanya kepada beberapa orang terdekatnya, itu bisa memikat para gadis yang melihatnya, meski Jeno tak memberikan senyuman itu pada mereka, namun mereka selalu berhasil terpikat oleh senyuman Jeno.

Kembar itu berjalan memasuki lobi piket kampus. Dengan tatapan iri juga memuja yang mengiringi langkah mereka.

"Woi Jono!" Teriak salah satu mahasiswa, Haikal, mendekati keduanya.

"Haikal, sudah gue bilang untuk jangan memangil namanya seperti itu. Itu terdengar katrok." Tegur Eric.

"Oh ya, lupa Bro." Ucap Haikal dengan senyum tengilnya.

Mereka melanjutkan perjalanan.

"Gue denger nanti bakal ada anak akselerasi dari univ sebelah,"

"Kata sapa lu, Kal?" Tany Eric.

"Kata sih, Mina dan kawan-kawan."

"Jangan dekat dengan mereka, kau jadi ikut bergosip." Tegur Jeno.

"Hehe."

"Kantin yok, lapar ni." Ajak Eric.

Mereka bertiga sudah berada di kantin, berjalan ke arah bangku yang sudah berisi dua orang.

"Oi Jeman, Reyhan. Udah disini aja Lo berdua." Tegur Haikal.

Mereka berdua hanya menatap malas ke arah Haikal.

Akhirnya mereka bertiga ikutan duduk dan memesan seperti biasa.

"Gue dengar ada murid pindahan ya?"

"Rey, Lo jangan ngikut ngegosip bareng si Haikal. Gila Lo lama-lama." Tegur Jeman.

"Gue gak ngegosip ya, sialan. Gue gak sengaja denger dari anak kelas pas kena jadwal geografi kemarin." Bela Reyhan.

"Iya, cewe kalau gak salah. Boleh ni,"

"Jangan sok ganteng Lo, masih gantengan gue." Pede Eric menjitak kepala Haikal pelan.

"Silahkan di nikmati, Den."

Makanan datang dan mereka makan dengan santai, kecuali si Haikal yang rusuh.

...

Bel masuk berbunyi, mereka mengikuti pelajaran pada jadwal mereka masing-masing.

Haikal adalah anak seni, otomatis dirinya bisa melihat anak baru yang bertukar dengan pelajar disini.

Beberapa jam mereka semua berada pada kelas yang memusingkan dan membingungkan.

Pelajaran pun selesai. Karena pagi itu mereka berempat minus Eric mendapatkan satu mata pelajaran, alhasil kini mereka berada di kantin menunggu kelas Eric selesai.

"Ceweknya sekelas sama gue." Ujar Haikal.

Membuat ketiganya menatap ke arah Haikal.

"Cewe, beneran?" Tanya Jeman.

"Iya, namanya Karina, cantik dan sempurna. Kalau menurut gue sih."

"Karina ya." Gumam Jeno.

"Iya, Jen Lo tau?"

"Sebentar, Karina yang pernah nolak Lo dan kembaran Lo itu, bilang kalau apa yang tebak salah." Ucap Reyhan.

"Sayangnya bener, Rey." Balas Haikal.

"Tapi Karina gak tahu kalau kalian berdua di univ sini, dia aja kaget lihat gue." Lanjut Haikal.

Mereka bertiga membahas kedatangan Karina tanpa menghiraukan seringai tipis yang Jeno keluarkan.

"Gak bakal gue lepas lagi." Ucapnya kecil.

.
.
.

Jeno kini berada di apartemennya bersama Eric.

"Lo udah dengar?" Tanya Jeno.

"Gadis itu kembali ya."

"Apa yang harus kita lakukan? Menyatakan seperti dulu. Menculiknya lalu..."

"Jangan bodoh, biarkan dia tenang untuk beberapa hari." Ucap Jeno tenang.

"Jangan memperlihatkan wajah kita berdua padanya, dia bisa kabur. Kita harus bersembunyi layaknya rubah dan pada waktu yang tepat kita akan mendapatkannya layaknya bajak laut dan harta karungnya." Lanjut Jeno dengan smirk.

**Sampai di sini dulu...

(Maaf ya nda bisa menggambarkan bagaimana univ nya. Gomenasai, Mianhamida.)

Twins Obsession Where stories live. Discover now