Spoiler

1.2K 92 4
                                    

🍷 KookV 🍷

. . .

A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan hasil dari imajinasi fangirl dg bumbu unsur dramatis di sana sini.

.

.

.

Taehyung tidak tahu bagaimana semuanya bisa berakhir begini. Di malam sebelum pernikahannya digelar, dia justru berbaring di bawah seorang lelaki yang baru saja dikenalnya dalam keadaan telanjang.

Ini karena pengaruh alkohol, demikian logika Taehyung beralasan. Namun, sesungguhnya itu hanya dalih yang dia buat pada diri sendiri. Dia tahu lebih dari siapapun. Alasan sesungguhnya bukan itu. Semua ini karena dia ingin lari dari kenyataan.

Hanya malam ini.

“Malam ini, tenggelamkan aku. Buat aku lupa.”

Satu yang baru Taehyung sadari dan diyakininya, inilah sesuatu yang paling diinginkannya.

.

.

.

Di tengah kekacauan itulah, tiba-tiba sekali sebuah tangan menggenggam lengan Taehyung dan menariknya pergi. Detik berikutnya Taehyung justru dibuat lebih terkejut lagi.

“Jungkook?” Taehyung bertanya-tanya, tapi tetap berlari mengikuti Jungkook entah ke mana. “Apa yang kau lakukan?”

“Membawamu kabur,” Jungkook menjawab, yang kian membuat Taehyung kebingungan. Di belakang, orang-orang yang menyadari kepergian Taehyung pun turut mengejar dan memanggil.

“Kim Taehyung di sebelah sana! Cepat, bawa kameranya!”

“Kim Taehyung!”

Demi Tuhan, sebenarnya skenario apa yang sedang berlangsung sekarang?

. . .

Jungkook membuka pintu mobil, namun Taehyung buru-buru bertanya, “Kita mau ke mana?”

“Sudah kubilang aku akan membawamu kabur. Kesempatanmu hanya sekarang saja.”

.

.

.

“Tinggallah bersamaku, Kim Taehyung. Jadilah kekasihku—kekasih pria pertamaku. Aku ingin mengenalmu secara pribadi, bukan main-main.”

“Kau gila? Kau baru saja membuat kehebohan dengan membawaku kabur dari acara pernikahanku. Sekarang kau mau aku berpacaran denganmu? Apa kau sadar apa yang sedang kau lakukan? Apa yang akan dikatakan media tentangmu?”

“Memangnya apa peduliku dengan mereka?”

“Kau seorang idol, Jeon Jungkook.”

“Aku seorang idol, dan aku juga seorang manusia. Aku punya kehidupan. Aku berhak menjalin hubungan dengan orang yang kucinta.”

Sedetik Taehyung mengerjap. Konsentrasinya sempat buyar sewaktu kata cinta terlontar dari mulut Jungkook.

. . .

“—saat aku bilang ingin mengenalmu, aku sungguh-sungguh ingin melakukannya. Aku mungkin belum mencintaimu, dan kau juga pasti menganggapku asing, tapi aku ingin kita berdua mencoba menumbuhkan perasaan ini bersama.”

“Dan jika tidak berhasil?” Taehyung bertanya.

“Jika tidak berhasil,” Jungkook berkata, “aku janji aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja.”

“Bagaimana jika nanti aku yang meninggalkanmu?”

.

.

.

“Apa kalian tahu apa dampak dari kekacauan ini? Bagaimana kalian akan membereskan ini ke depannya?”

“Apa maksudmu?”

“Taehyung, aku harap kau tidak lupa kalau ayahmu sudah mencalonkan diri untuk pemilihan walikota tahun ini.”

. . .

“Kim Taehyung juga berhak membuat pilihan, dia juga satu dari rakyat Korea Selatan yang berhak bersuara.”

“Dia berhak,” kata Jimin, “tapi dia juga punya tanggung jawab sebagai putra salah satu kandidat calon walikota, sebagai public figure yang dicontoh banyak orang—dia punya citra yang harus dijaganya.”

Kini Jimin kembali memandang Taehyung penuh sesal. “Taehyung, aku tahu ini kedengarannya jahat, tapi semua orang sedang dalam situasi sulit saat ini.”

.

.

.

“Dengar, pernikahan Kim Taehyung dan Park Jiyeon bukan sekadar kerjasama bisnis.”

. . .

“... apa kau menyuruhku memanfaatkan Kim Taehyung untuk menjatuhkan ayahnya sendiri?”

“Terserah kalau kau menyebutnya begitu.”

“Maaf saja, tapi aku bukan bawahanmu, Inspektur.”

“Aku tidak membutuhkan pendapatmu, Jeon Jungkook. Aku sudah bilang aku tidak memberimu pilihan. Aku pasti akan membawa kasus ini ke pengadilan cepat atau lambat dan publik akan segera tahu kebenarannya—dan saat itu terjadi, apa kau pikir Kim Taehyung akan bisa selamat?”

Ketika Min Yoongi menyebut nama Kim Taehyung, Jungkook akhirnya tahu bahwa lelaki tersebut tidak berniat berdiskusi dengannya.

“Kalau kau bersedia bekerjasama denganku, aku akan pastikan Kim Taehyung bersih dari segala tuntutan. Aku bisa jamin orang-orang dari kejaksaan tida akan menyentuhnya.”

Benar, ini bukan diskusi.

.

.

.

“Taehyung, kau tidak mengatakan pada ayah dan ibumu kalau kau selama ini berada di Tokyo. Apa kau juga tidak akan mengatakan soal siapa itu Jungkook, dan soal kalian?”

. . .

“Jawab Papa dengan jujur ... Untuk siapa kau melakukan semua ini?”

Pertanyaan itu, entah mengapa Taehyung merasa menemukan makna lain. Seakan-akan ayahnya memiliki tujuan tertentu untuk menanyakannya.

“Untuk dirimu sendiri, untuk Papa-Mamamu, atau Jeon Jungkook?”

Taehyung masih belum tahu, apakah ayahnya beritanya hanya karena ingin tahu atau ingin mengujinya?

.

.

.

“Aku bersyukur kau ada di sini, Jungkook.”

Lalu, Taehyung mengulas senyum tulus, seiring dengan terucapnya kalimat, “Terima kasih ”

.

.

.

— 🥂 —

Ps.
Chapter terakhir udah aku publish scr free di trakteer, kali aja ada yg pengen intip dulu gimana endingnya

An Empty Glass | KookV [COMPLETE]Where stories live. Discover now