BAB 52

141 15 1
                                    

Davinna berteriak sangat kencang dari dalam kamar dan mengunci dirinya sendiri. Ia tidak memperdulikan ketukan pintu dari luar yang memaksa untuk masuk. Ia membenci dirinya sendiri.  Jika waktu bisa diulang, Davinna berharap dia tidak akan pergi ke Rumah Liam untuk memberitahukan bahwa Aiden Martin baru saja melamarnya dan mereka akan bertunangan.  Ya, seharusnya dia tidak datang malam itu. Ia sangat bodoh dan ceroboh. Ketika pria itu memaksanya dan melemparnya  ke atas ranjang besar, aroma alkohol menguak masuk ke indra penciumannya. 

"Please, don't!" Davinna mendorong tubuh besar itu yang berusaha mengambil alih atas tubuhnya dengan keras. "Wake up, Fabient!" Ia berteriak dan menampar pipi pria itu dengan kencang dan terus mundur hingga tidak ada ruang lagi dibelakangnya. "Please don't do this to me!" Davinna terisak tangis dan ia merasakan tubuhnya bergetar ketakutan. 

"I'm gonna marry Aiden, Fabient! Stop!" Davinna berseru namun tubuh kuat pria itu mengurungnya dibawah kuasanya. Merobek kamejanya dan meletakan kedua tangannya ke atas kepala sehingga ia tidak bisa melakukan perlawanan sama sekali.

Ia seharusnya bertemu dengan Liam Argent malam itu dan memberitahukan bahwa ia dan Aiden akan menikah dua bulan lagi. Tetapi nasib naas yang membuatnya trauma seumur hidup membawanya untuk  menemukan Fabient--saudara tiri Liam Argent yang psikopat dan tidak mempunyai hati. Ketika Fabient merusak dirinya malam itu, Davinna tahu bahwa dia sudah membuat semuanya berantakan pun ketika dua minggu kemudian ia mengetahui dirinya hamil, ia mengunci dirinya sendiri dan mengutuk dirinya yang tidak berguna.

"Vin, buka pintunya!" Liam berteriak dari luar sembari terus menggedor-gedor. 

Ia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Merasa hina karena sudah disentuh pria brengsek--Fabient malam itu. 

"Buka pintunya, Davinna Kinsey!" Aiden dengan gusar terus melakukan hal yang sama dengan Liam sehingga ia tidak bisa menahan dirinya sendiri, "Buka pintunya atau aku akan mendobraknya!" seru Aiden dari luar.

"NO. JANGAN ADA YANG MASUK!"  Davinna melempar semua benda yang ada diatas meja riasnya dan memukul perutnya. Ia tidak ingin hamil dengan pria yang melecehkan dirinya malam itu. Ia harus menggugurkannya demi Aiden. Aiden pasti akan sangat membenci dirinya jika pria itu tahu. Pikirnya. Ya, ia harus menggugurkannya. Hari ini. Saat ini juga. 

"Apa maksud kamu jangan  masuk?"

"Buka pintunya, Davinna Kinsey!"

"I'm gonna kill myself if you dare to open the door!"

"What the fuck are you talking about, Davinna?!" 

Impiannya untuk membangun keluarga harmonis bersama dengan Aiden Martin runtuh seketika. Davinna Kinsey menangis sejadi-jadinya. Kini ia hanya perempuan hina dan kotor. Aiden akan membenci dirinya terlebih dengan janin yang ada diperutnya.

"I'm gonna kill myself..." 

Davinna menemukan gunting yang berserakan dilantai bersama dengan barang-barang yang baru saja ia jatuhkan tadi. Ia mengambilnya dengan isak tangis yang tidak bisa ia tahan. Dengan tangan yang bergemetar, Davinna mengarahkan gunting itu ke perutnya. 

"I'm sorry, Aiden..." ia terisak dan sebelum ujung tajam gunting itu menyentuh perutnya, Aiden sudah mendobrak pintunya dan berlari ke arahnya. 

"Aiden?" matanya menatap pria itu. Terlihat rapuh dan putus asa. Davinna menjatuhkan guntingnya ke lantai dan ia menatap Aiden dan Liam yang berlari ke arahnya sebelum ia kehilangan kesadaran. "Aiden..."

...

...


"Please, Liam..." Davinna berlutut dengan mata berkaca-kaca. Bermohon kepada Liam agar pria itu mendengarkannya. "I know you love Helene so much but i need you."

"..."

Davinna menggigit bibirnya dan melihat ke arah pintu. "Aiden akan datang sebentar lagi dan aku tidak ingin dia tahu. Please, Liam i need you."

"I have someone that i need to marry, Vin. Are you losing your mind?"

Davinna membuang napasnya denga  frustasi dan berdiri untuk menatap mata pria itu. Ia memegang bahu Liam dan kembali memohon, "Please." bibirnya bergetar dan wanita itu kembali melanjutkan, "You just need to make him go. Buat Aiden pergi. Buat dia percaya kalau kamu masih sakit dan buat dia pergi. Jauh dari sini...jauh dari Paris."

Liam tidak mengerti apapun yang wanita itu katakan karena semuanya terasa tidak masuk akal baginya. "Aku tidak mengerti. Aiden melamarmu, you love him and so does he. But why?"

Davinna menggigit bibirnya. Ia harus mengatakan alasannya agar Liam mau membantunya.

"I'm pregnant," ucap Davinna dan napasnya tercekat ketika mengatakannya. Ia melihat kembali ke arah pintu memastikan Aiden belum masuk. "Your brother, Fabient, he raped me that night after Aiden proposed me."

Liam kehilangan kata-katanya. Ia menegang. "What the fuck did you just say?"

"I'm pregnant, Liam."

"I'm carrying your brother's child."

"..."

Davinna menitikan air matanya dan menggigit bibirnya, menahan untuk tidak pecah dalam tangisnya. "He's an evil, Liam. You know how cruel he is."

"..."

"He did rape you, Vin?" Liam bertanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Davinna Kinsey mengangguk dan ia melihat Liam Argent mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. 

"So i'm begging you to help me until  to keep this child alive and tell no one about this or i'll kill myself."

...

...


TBC

Note : thank you for being patient. Brb to write another chapter! love yall!

Love by, Ann

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang