BAB 5

2.7K 169 0
                                    


1. Telepon aku minimal empat kali dalam sehari (pagi, siang, sore dan malam).
2. Jangan melupakan aku.
3. Buat aku tertawa.
4. Jangan buat aku menunggu terlalu lama sehingga harus membuat list ini lagi.
5. Bilang cinta sama aku setiap hari.
6. Jangan buat aku menangis.
7. Kalau kita bertengkar, kamu yang harus meminta maaf walaupun itu salah aku.
8. Bilang kalau kamu merindukan aku.
9. Jangan buat aku merindukan kamu.
10. Cium aku setiap kali kamu memiliki kesempatan.

Helene menghirup harum tubuh Liam yang berbau maskulin itu dengan dalam. Dia memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Liam. Tangannya membuat lingkaran-lingkaran kecil di atas perut berotot Liam dan bibirnya menyempatkan untuk mencium tangan Liam yang melingkar di lehernya.

"Aku mencintai kamu, Len. Aku merindukan kamu dan aku sangat ingin mencium bibir kamu." Liam membuka suaranya dan mengakui semua perasaan yang dia rasakan kepada gadis yang kini sedang berbaring bersamanya.

Mereka sedang berbaring di atas ranjang Liam dan di dalam apartemen pria itu. Menghabiskan waktu mereka untuk bersenang-senang selama liburan musim panas ini belum berakhir.

"Liam... kenapa kamu mencintai aku?" Helene mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap wajah Liam.

"Itu pertanyaan yang bodoh, Len." Liam tertawa.

"Kenapa bodoh?"

"Sekarang kalau aku balik pertanyaannya kepada kamu, apa yang akan kamu jawab?" Liam memeluk tubuh Helene lebih erat dengan ekspresi tanya di wajahnya.

"Aku mencintai kamu, ya karena aku mencintai kamu."

"Alasannya?" Liam bertanya.

"Kenapa butuh alasan?"

Liam tertawa kecil dan bertanya lagi. "Bodoh tidak pertanyaannya?"

"Jadi maksud kamu aku bodoh?" Helene memberengut dan menyatukan keningnya.

"Bukan begitu maksud aku, Len." Liam mendesah. Sial. Hanya satu kesalahan kecil saja dan mereka sudah akan beradu argumen lagi.

"Tidak. Kamu jelas mengatakan pertanyaan aku bodoh, berarti secara tidak langsung kamu menyebut aku bodoh!"

"Teori macam apa itu?"

"Jangan banyak alasan, Liam!" Helene bangkit dari dada Liam dengan kesal dan keningnya masih terus menyatu.

"Len," panggil Liam.

"Kamu bilang aku bodoh! Memang salah bertanya kenapa kamu mencintai aku?"

"Helene, it's not like that." ketika Helene mulai beranjak dari ranjang Liam, pria itu secepatnya menahan pergelangan tangan Helene dan menarik gadis itu untuk kembali berbaring di atas dadanya.

"Aku mencintai kamu dan kamu bilang aku bodoh, Liam..." suara Helene mulai bergetar dan matanya mulai memanas. Entah kenapa perasaanya menjadi sangat sensitif saat ini.

"Helene. Aku mencintai kamu. Mau kamu bodoh, jelek, gendut, cantik, cerewet, cengeng--" Liam tidak dapat menyelesaikan perkataannya ketika Helene tiba-tiba saja memukul tubuhnya dengan keras sehingga ia meringis.

"Jadi aku gendut, jelek, bodoh, cengeng, dan cerewet?!"

"No, baby. You're perfect." Liam membawa wajah Helene untuk menatap wajahnya. Pria itu dapat melihat raut wajah marah dan tangis yang hampir keluar.

"Tapi tadi kamu bilang aku gend--"

Helene terlalu banyak bicara dan Liam sudah sangat gemas dengan setiap perkataan gadis itu yang terus saja berpikir bahwa dia tidak sempurna. For God Sake! Helene is perfect. Dia adalah gadis pertama yang membuat Liam merasa sangat sempurna.

Liam yang sudah tidak tahan langsung membungkam mulut Helene dengan bibirnya dan menelusupkan lidahnya ke dalam sana. Dia mendorong tengkuk Helene untuk lebih memperdalam ciuman mereka. Meremas pinggang Helene dengan tangan satunya dan terus melumat dengan gairah yang menggebu-gebu.

"Kamu sempurna, Len. Sangat sempurna. Gadis paling sempurna untuk melengkapi hidup aku. So please, please stop thinking like that."

Helene menangis dan dia tidak tahu kenapa. Tapi Liam dengan penuh kelembutan mencium dahinya cukup lama dan berkata.

"I'm sorry. Tolong jangan menangis. Please don't." Liam menghapus air matanya dengan sedih.

"Liam..." Helene tidak tahu kenapa dia merasa sangat cengeng dan bersikap seperti ini kepada Liam.

"Kamu sedang PMS, i got it, babe.." Liam menarik bibir Helene agar terangkat agar gadis itu bisa tersenyum.

"Kamu tahu dari mana?" Helene bertanya ketika dia baru saja mengingat kalau apa yang dikatakan pria itu benar adanya.

"Kamu manja sih." Liam tertawa geli dan menarik pipi Helene.

"Aku manja?"

"Iya, kamu manja dan aku menyukainya."

TBC

Note : Vote dan komennya jangan lupa :)

Love by, Ann.

CHOOSE YOUNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ