Mami

12 7 9
                                    

16 Juni 2022

Derick membulatkan mata melihat seorang wanita bersandar pada mobil mewah di depan kampus. Derick segera menghampiri wanita yang mencuri perhatian banyak mahasiswa itu.

“Kenapa sampai datang ke sini?” Derick melotot pada wanita di depannya.

“Tidak bolehkah?” Wanita itu lalu mengisyaratkan sopir untuk berlalu.

“Hei ...!” Derick mencoba menahan sopir untuk melaju, tetapi terlambat. Ia menoleh, menyipitkan mata pada wanita cantik yang membuka kedua tangannya.

“Oh, ayolah ...! Bahkan aku tidak disambut dengan pelukan?” Wanita itu mencebik.

“Apa yang Mami lakukan di sini?”

“Mami lagi punya waktu luang. Jadi, Mami putuskan untuk menghabiskan waktu sama kamu.” Wanita yang dipanggil ‘mami’ itu menggandeng lengan Derick. “Di mana mobilmu? Ayo makan bareng.”

Derick menghela napas. Ia tahu sudah jadi pusat perhatian sedari tadi. Ditambah wanita dengan rambut panjang dan terlihat elegan menggandeng lengannya saat berjalan menuju mobil.

“Mami, kenapa enggak telpon dulu, sih?”

“Mami harus buat janji dulu, kalo mau ngajak kamu jalan? Biasanya kamu yang merengek minta ketemu. Atau kamu mau ketemu kalo lagi butuh aja?” Wanita itu berbicara cuek sambil melirik Derick.

Derick menghentikan langkah, matanya melebar. Ia melirik sekitar saat mendengar bisik-bisik para mahasiswa yang mendengar ucapan wanita yang masih menggandeng lengannya.

Mami ikut menghentikan langkah, ia memicingkan mata melihat ekspresi Derick. “Kenapa? Kamu takut, mereka anggap kamu Sugar Baby?”

Derick semakin melebarkan mata. Sudah cukup selama ini ia menjadi topik pembicaraan karena selalu menolak mahasiswi yang mendekatinya. Dengan label Sugar Baby, tidak terbayang bagaimana nasibnya nanti. Selama ini Derick dikenal sebagai anak Broken Home yang pendiam. Meskipun berwajah tampan, Derick lebih suka menyendiri jika teman akrabnya tidak ada bersamanya.

“Bukannya bener? Mobil, biaya kuliah, baju, jam tangan mahal, bahkan uang jajan kamu, semua dari Mami. Terus, kalo Mami mau ketemu kamu, harus buat janji dulu?!” Mami berbicara cukup keras, membuat orang yang sebelumnya pura-pura tidak memperhatikan ikut menoleh.

“Mam!” Derick melepaskan lengan wanita yang masih terlihat cantik meski sudah memasuki usia pertengahan 40.

"Pantas enggak pernah pacaran, dia mainnya sama ‘mami’."

Derick menoleh mendengar kalimat itu terucap dari rombongan mahasiswi yang baru saja lewat.

Mami terkekeh. “Enggak usah dengerin omongan orang.” Mami kembali meraih tangan Derick. Kali ini telapak tangan, lalu menggenggam, dan mengayunkannya.

“Yuk. Mami rindu jalan sama kamu.” Mami menarik tangan Derick menuju mobil pemuda itu yang sudah berjarak beberapa meter dari mereka berdiri.

Derick menghela napas, ia tidak bisa menghentikan keinginan mami. Ia mengikuti langkah wanita itu, lalu membukakan pintu sebelum berjalan ke sisi pengemudi.

Derick masih bisa melihat pandangan para mahasiswa mengikuti mobilnya keluar area kampus.

“Mami jangan gitu lagi. Jangan datang ke kampus kalo bukan masalah mendesak.”

“Loh, kenapa?”

“Mami enggak tahu apa, dipandangi sama para mahasiswa? Kalo mau cari papi baru, cari yang seumuran Mami aja. Jangan berondong seumuran Derick.”

“Berondong, kan lucu.” Mami berkomentar dengan cuek.

“Mami!!” Derick cemberut.

Mami terkekeh. “Yah, anak Mami ngambek.” Mami mencolek dagu Derick.

“Iish.” Derick mencebik sambil menjauhkan tangan mami darinya.

Mami tertawa lepas melihat tingkah Derick. Ia senang bisa melihat tingkah lucu Derick. Mami sedikit menyesal karena tidak punya banyak waktu bersama anak semata wayangnya itu. Sebagai Single Mom,  ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja.

Short Story' DwisurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang