8

932 106 4
                                    

Tik... Tik... Tik...

"Jadi, di mana tempat hangat itu?" Law mulai merasa resah.

Mereka sudah berjalan jauh. Hampir setengah jam telah berlalu, namun mereka belum juga sampai di tempat hangat yang di maksud.

"Sabar, dong!" Luffy mengerucutkan bibirnya. "Tempatnya memang agak jauh, tetapi setelah sampai kau tidak akan menyesalinya!"

Law tidak menjawab apa pun. Ia hanya menatap lurus sambil mengantongi kedua tangannya di kantung mantelnya. Genggamannya kepada payung birunya semakin erat ketika angin sepoi-sepoi tiba-tiba mengguncang, mencoba untuk menerbangkan dua payung itu.

Luffy hampir kelelahan dibuatnya, ia agak terengah-engah saat berusaha mengendalikan payung merahnya.

"Wo-wow..." Ucap Luffy. Untung saja Law dengan sigap langsung membantu Luffy yang mungil itu.

"Hati-hati!" Tegas Law saat berhasil mengendalikan payung merah Luffy.

"Hampir saja!" Luffy terkekeh pelan, ia menoleh kepada Law dan tersenyum. "Terima kasih telah menolongku, Torao!"

Law tidak menjawab, ia melirik kepada tangan Luffy yang hampir membiru. Ada suara helaan napas terdengar setelahnya. Law lalu merampas tangan kanan Luffy dengan paksa dan memasukkannya ke dalam kantung mantelnya. Ia menggenggam tangan dingin itu dengan erat, seolah sedang membagikan kehangatan.

"Bagaimana perasaanmu?" Law bertanya tepat di telinga Luffy. Suara hujan membuat suaranya bertabrakan, jadi Law mendekatkan bibirnya ke telinga Luffy.

Hampir saja jantung Luffy berhenti berdetak. Ada siluet merah di telinganya. Luffy hanya menunduk salah tingkah. "Pe-perasaan apa maksudmu?" Tanya nya balik.

"Apa sudah cukup hangat?" Law memperjelas kata-katanya. Ia lalu berhenti melangkah dan mengambil tangan kiri Luffy dan memasukkannya ke kantung mantelnya. "Apa masih dingin?"

Luffy menatap Law sebentar sebelum akhirnya ia terkekeh geli. "Kau itu bodoh ya, Torao?"

Law mengerutkan keningnya heran. Ia tidak menjawab ejekan itu, namun Law mengeluarkan kedua tangan Luffy yang masih membeku dari kantung mantelnya. Lalu Law meniup kedua tangan Luffy, berharap dapat menghangatkan.

"Apa sudah hangat?" Law melirik kepada Luffy.

Lirikan yang menusuk membuat jantung Luffy berdebar-debar. Seluruh tubuhnya tiba-tiba berubah menjadi kaku dalam sekejap. Bahkan bibirnya ikut membeku karenanya.

Law bahkan tidak menyadarinya, ia masih sibuk membuat kedua tangan Luffy menjadi hangat. Setelah menggenggam erat kedua tangan Luffy, Law tiba-tiba memberikan kecupan singkat di sana. Meninggalkan kesan lembut dan menyetrum yang hampir membuat Luffy jantungan. Tetapi Law tetap pada ekspresi datarnya sambil melirik kepada Luffy untuk meminta jawaban.

"Apa sudah hangat?"

Pertanyaan yang sangat tidak adil keluar dari bibir Law begitu saja. Luffy tidak mampu menahan perasaannya lagi. Seluruh wajahnya berubah menjadi merah, jantungnya semakin berdebar seakan dapat meledak kapan pun, ia pun membuang muka dengan kasar.

"Su-sudah hangat..." Jawab Luffy gugup.

Law kemudian menghela napas lega, ia lalu melepaskan kedua tangan Luffy, tetapi masih menggenggam tangan kanan pria mungil itu dan memasukkannya ke dalam kantung mantelnya.

"Lebih baik kita berjalan seperti ini dulu," kata Law datar.

"Kenapa?" Luffy tidak bisa menahan kegugupannya.

Law menoleh. "Aku khawatir jika tanganmu akan membeku lagi." Jelasnya. "Kau tidak menyukai hujan, ya?"

Luffy bingung harus menjawab apa. Jantungnya terus berdebar dan Luffy tidak mau sampai Law mengetahui suara debaran itu. Tetapi di sisi lain, Luffy harus menjawab pertanyaan itu seperti orang normal yang seolah tidak terjadi apa pun.

HUJAN || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang