15

796 96 8
                                    

Tik... Tik... Tik...

Hari ini Luffy sedang berada di sebuah rumah sakit. Tidak. Dia tidak sendirian. Dia di sini bersama Zoro dan Sanji.

Pria berambut pirang itu berjalan dengan langkah ringan sambil membawa bunga Krisan ungu yang terbungkus dengan rapi di tangannya. Zoro hanya berpakaian seadanya sambil membawa sekantung penuh yang berisi jeruk. Sedangkan Luffy hanya membawa diri sambil bersiul ringan di sepanjang lorong.

Pintu Krisan bernomor seratus dua puluh delapan menjadi tujuan utama mereka. Sanji sebenarnya merasa enggan untuk membuka pintu itu, tetapi Zoro menyikut pria pirang itu.

"Kau takut?" Ucap Zoro.

"Aku..." Sanji membuang muka.

"Tidak apa, Sanji." Luffy menyentuh bahu Sanji, mencoba untuk menenangkan. "Kami di sini, kan?"

"Terima kasih." Sanji tersenyum tipis mendengarnya.

Sebelum ia memberanikan diri untuk memutar kenop pintu, ia mengambil napas panjang dan menenangkan debaran jantungnya. Sanji bahkan berlatih tersenyum dan mengatur raut wajahnya agar tidak terlihat sedih.

"Kau siap?" Zoro bertanya lagi untuk memastikan.

"Iya. Terima kasih." Sanji mulai memutar kenop pintu dan membuka lebar ruangan itu. Di dalam terdapat seorang wanita yang tidak lagi memiliki rambut. Alat infus menempel di berbagai tubuhnya. Wanita itu menoleh dengan terkejut saat melihat keberadaan Sanji. Ia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan berteriak.

"KENAPA KAU ADA DI SINI?" Teriakan yang menyakitkan pendengaran. Tetapi Sanji tidak merasa tersinggung, ia justru tersenyum genit seperti biasanya dan berjalan genit mendekati Nami.

"Tentu saja aku datang untuk memberikan bunga kesukaanmu ini, Nami, pacar tercantikku di dunia ini." Seru Sanji tanpa berpikir panjang.

Zoro juga menaruh sekantung penuh jeruk itu di meja dan berkata. "Aku membawa jeruk, makanan favoritmu. Si alis keriting itu yang merekomendasikan nya."

"Brengsek..." Nami mencaci. Ia hampir menangis sekarang. Sebisa mungkin ia menahan Isak tangisnya. "Sanji kau pria paling brengsek..."

Sanji hanya tersenyum dan duduk di samping kasur Nami. "Hei, kenapa kamu menutupi wajahmu? Aku kan mau melihat wajah pacarku yang cantik ini."

"Jangan menatapku!" Nami memalingkan muka, tangannya menampar pipi Sanji dan mendorongnya untuk menjauh. "Jangan mendekatiku!"

"Siapa yang menyuruhmu untuk datang, dasar sialan? Bukannya aku sudah bilang akan putus denganmu?" Lanjutnya.

Sanji menarik salah satu tangan Nami dan mencium punggung tangannya dengan lembut. "Bellemere menyuruhku untuk datang. Beliau berkata bahwa kamu kesepian, makanya aku datang hari ini bersama si Marimo dan Luffy."

"Pergi!" Kata Nami.

Tetapi Sanji justru mengabaikannya dan mengganti bunga layu. Ia mengambil air segar yang baru dan memasukkan bunga Krisan ungu nya di dalam vas.

"PERGI KUBILANG!" Kali ini Nami memberanikan diri menatap Sanji. Wajahnya yang keriput seperti orang tua yang tidak memiliki sisa rambut di kepalanya. "Aku bukan pacar cantikmu lagi, Sanji... kumohon pergilah..."

Sanji hanya tersenyum lembut dan mencium kening Nami. "Aku mencintaimu, Nami." Ucapnya lembut.

Mendengar itu justru mengundang air mata Nami untuk terjun bebas. Air mata mengalir menyakiti pipinya yang keriput. "Kenapa?" Isaknya terdengar menyakitkan. "Bukankah kau bilang hanya mencintai wanita cantik saja?"

"Aku tidak cantik lagi, Sanji. Kau bilang kepadaku jika kau menyukai rambutku, tetapi aku tidak memilikinya lagi sekarang. Kenapa kau berkata bahwa kau mencintaiku?"

HUJAN || LAWLU ✅Where stories live. Discover now