31. Converse High (part 2)

19 5 3
                                    

"Rae?!"

"Kak Namjoon?!"

Mereka bertanya secara bersamaan. Rasanya Rae sedang bermimpi. Apa coba kemungkinannya dia bisa bertemu dengan Namjoon di tempat tinggal Hoseok. Kenapa?

Namjoon juga sepertinya menanyakan hal yang sama di dalam benaknya. Apa yang dilakukan Rae, rekan kerjanya, di rumah Hoseok, sahabatnya? Mereka sama sekali tidak ada hubungan, kan? Kalaupun iya, seharusnya Namjoon mengetahuinya, kan?

Kebingungan mereka berdua yang sepertinya tidak berakhir dipecahkan oleh suara Hoseok yang akhirnya menghampiri mereka berdua dengan santainya.

"Hai, Joon, kenalin ini Rae," ungkapnya ceria belum melihat keadaan kedua orang yang masih berdiri kaku di antara pintu. "Rae, ini sahabat aku, Namjoon yang kerjanya di gedung HYB juga, sama kayak kamu," lanjutnya lagi.

Baru tersadarkan oleh Hoseok kecanggungan di antara Rae dan Namjoon saat mereka hanya diam saja saling bertatap-tatapan.

"Kenapa?" tanya Hoseok yang bingung dengan sikap kedua temannya.

"Hoba, kita udah kenal deket," jelas Namjoon kemudian memanggil Hoseok dengan panggilan lain.

"Heh?!" Hoseok terkejut.

"Kak Namjoon itu atasan aku, Hobi," jelas Rae kemudian, sudah mulai tersadarkan kalau dia tidak bermimpi saat ini.

"HEEEHH??!!" Hoseok berseru semakin keras. Dia menutup mulutnya kebingungan sambil menatap mata Rae dan mata Namjoon bergantian, menunggu penjelasan mereka lebih lanjut, tetapi mereka diam saja, seperti masih merasa aneh kenapa keduanya dipertemukan di tempat ini. Sampai akhirnya Hoseok mendapatkan jawaban dengan sendirinya.

Mereka berdua bekerja di gedung yang sama, Namjoon merupakan CEO MonStudio, Rae kerja di bidang produksi, Namjoon merupakan atasan Rae. Rae merupakan salah satu tim produksi dari MonStudio.

"Ohh.." ungkap Hoseok kemudian, dia akhirnya memahaminya. Suaranya yang sebelumnya bergema di seluruh ruangan, sekarang terdengar pelan sekali. Tubuhnya layu, perasaan kecewa pada dirinya sendiri sekarang muncul begitu saja. "Koordinator tim produksi yang suka kamu certain itu Rae," ungkapnya kepada Namjoon dengan suara pelan. Nada yang keluar dari mulut Hoseok adalah sebuah pernyataan, bukan pertanyaan.

Namjoon menundukan kepalanya malu, dia memang sering menceritakan Rae kepada sahabatnya. Dia hanya berharap Rae tidak mendengar ungkapan Hoseok barusan. Hanya saja Rae mendengarnya dengan sangat jelas, tetapi dia tidak terlalu memikirkannya, mungkin memang Namjoon sering menceritakan karyawan yang lainnya juga, kan?

Padahal tidak, Hoseok yang mengetahuinya, Namjoon hanya menceritakan tentang koordinator tim produksinya saja. Namjoon tidak pernah menyebutkan nama panggilannya, dia selalu menceritakan Rae dengan nama keluarganya, yaitu Lee.

Namjoon secara tidak sadar sering menceritakan interaksinya dengan Lee kepada Hoseok. Bagaimana sibuknya Lee hari itu, bagaimana ide-ide cemerlang Lee yang selalu membantu pekerjaan Namjoon menjadi lebih mudah, bagaimana berbakatnya Lee dalam pekerjaannya, dan bagaimana Lee memiliki minat yang sama dengan Namjoon dalam dunia kesenian.

"Aku boleh masuk gak nih?" Namjoon bertanya dan memecah pikiran Hoseok.

"Ya masuk lah," jawab Hoseok kemudian sambil mengikuti Nanjoon yang berjalan ke arah ruang makan. Rae hanya bisa mengikuti mereka berdua.

Tentu saja Hoseok menyadari perasaan Namjoon yang tertarik kepada Rae, walaupun Namjoon tidak pernah mengucapkannya secara langsung tetapi Hoseok mengetahuinya. Dia sudah lama kenal Namjoon, dia tahu sifat sahabatnya itu ketika dia menyukai seseorang.

Maka dari itulah kenapa Hoseok sekarang berwajah murung. Bagaimana bisa dia bilang kepada sahabatnya tentang hubungannya dengan Rae? Bagaimana perasaan kecewa sahabatnya jika dia tahu? Hoseok tidak tega, tetapi dia juga tidak bisa merahasiakan sesuatu dari sahabatnya. Dia berada dalam sebuah dilema yang besar.

7 Men in Her LifeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora