#3 Shoot: Server One Down

14 1 3
                                    

Setelah itu aku bangun dari tidur. Sejenak aku mengingat kembali apa yang terjadi kemarin. Hingga aku mendengar seseorang mengetuk kamarku pelan.

" Esa. Kamu gapapa?" tanya Lee Gun Ho dengan muka khawatirnya.

" Ada apa?" tanyaku

" Kamu kemarin setelah aku telepon, tidak menjawab panggilanku lagi setelahnya. Aku sudah mengetuk pintu kamarmu semalam. Callista sedang ada urusan dengan keluarganya di daerah Tangerang. Jadi kemarin hanya ada aku dan kamu di apartemen. Aku tidak berani masuk ke kamarmu. Aku pikir lebih baik pagi aku coba panggil kamu lagi" jelas Lee Gun Ho.

" Iya aku kemarin merasa lelah Gun Ho. Sehingga tertidur pulas rasanya." kataku seadanya dengan masih menguap.

" Sa. Aku mau tanya soal kemarin.." kata Lee Gun Ho mengehela nafas kemudian memberi jeda pada perkataannya.

" Aku yakin kemarin yang menyebabkan Papamu jatuh bukan kamu. Tetapi jujur kita saat ini tidak bisa membuktikan apa-apa. Jadi aku rasa untuk sekarang lebih baik kamu jaga jarak sama Tante Kanaya dan Kerza." kata Lee Gun Ho dengan muka bersalahnya.

" Tetapi aku tetap harus membuktikan diriku tak bersalah Gun Ho. Apapun yang terjadi aku harus melindungi Papa dan Mama dari Kerza." kataku tegas memendam rasa marah.

" Bagaimana kalau aku saja yang masuk ke dalam perusahaan. Tapi ada yang harus kita bahas lebih lanjut. Kita harus meminimalisir pertemuan kita dan telepon juga. Karena aku yakin Kerza akan curiga kalau aku berpura-pura memusuhimu tanpa ada tindakan nyata yang mendukung" kata Lee Gun Ho.

" Acting untuk menjebak? " tanyaku dengan senyum sinisku.

" Yup. Kita berkomunikasi melalui Callista kita akan menjalankan besok." kata Lee Gun Ho.

" Tapi Gun Ho rasanya akan susah mengelabuhinya. Aku rasa aku tetap harus berpura-pura mencari cara masuk ke UNITEC dan mendekati Mama Kanaya untuk menjadi bukti kalau aku merasa aku tidak salah. Karena itu adalah sifatku. Aku yakin Kerza akan merasa aneh kalau aku tidak bertindak demikian." kataku sambil berpikir.

" Masuk akal juga. Okey kita jalankan planmu dulu terus aku jalan." katanya.

Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Mama untuk menanyakan kabar Mama dan sejauh mana perkembangan Papa setelah jatuh kemarin. Sesampainya di sana aku sempat mendengar keributan di dalam rumah.

" Mama ga percaya Kerza. Khaesa tidak mungkin menyebabkan Papa seperti ini. Apa yang menyebabkan dia bisa melakukan ini?" tanya Mama kepada Kerza.

" Mama lupa bagaimana Papa memperlakukan Khaesa dan aku? Papa selalu memarahi Khaesa, selalu menyindir dan membuat sakit hati Khaesa. Jadi hal seperti ini.. tidak mungkin tidak terjadi Ma." jawab Kerza mencoba memberi alasan yang masuk akal untuk memfitnah Khaesa.

Aku mendengar ini semua sudah tidak tahan lagi. Akhirnya aku masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk dan langsung aku berkata.

" Kerza kamu ini tidak tahu malu ya. Cukup kamu fitnah aku di depan semua orang di kantor. Bahkan di depan Mama kamu masih tidak tahu malu ya" kataku murka.

"Ma bukan aku yang membuat Papa jatuh di kantor kemarin tapi Kerza yang membuat papa seperti ini. Karena Kak Erza sudah menyalahgunakan kepercayaan Papa di kantor. "Kataku yang ingin menjelaskannya

"Cukup Esa ,Mama pikir kamu bakal berubah setelah 6 tahun pergi tapi sama aja selalu membuat keluarga kita kena masalah. Mama sudah tidak ingin mendengar penjelasanmu lagi mulai sekarang jangan pernah kamu ijakkan kaki di rumah ini lagi. Jangan pernah kamu hubungi keluarga Mama lagi. "Kata Mama yang Marah

' Sudah kuduga, Ma. Mama tidak akan percaya padaku. Erza kamu sangat pintar dalam mengarang cerita. Tidak apa. Nanti akan ada saatnya bagimu untuk merasakan apa yang aku rasakan selama ini.' kataku dalam hati.

Future of LifeWhere stories live. Discover now