▫️1▫️

80 13 1
                                    

Orang-orang yang berlalu lalang memandang heran pada sosok tinggi yang barusan berteriak histeris, saat melihat wajah sang pemuda tidak ada yang tidak memerah malu dan terpana baik pria maupun wanita. Wajah bersih tanpa noda, hidung mancung tak terhalang, netra bersih meski pun terlihat kelam namun justru menambah kesan misterius yang berbahaya, perumpamaan yang cocok untuk dikatakan obsidian langka, surai halus dan bersinar bagai sutra paling indah didunia. Tubuh proposional, tinggi serta atletis, jika dia berada di Korea cukup yakin banyak yang akan memberikannya julukan “Genius Face”.

“Aa..ano..apa anda baik-baik saja Tuan?” Tanya seorang gadis remaja yang kebetulan lewat disana.

Yukina yang mendengarnya menolehkan wajahnya ke asal suara dan lagi-lagi harus menahan teriakan di hati.

“A..ah..” Yukina bingung mau ngomong apa.

“Ehem! Aku baik-baik saja nona” Ujar sang pemuda dengan senyuman kecil+suara baritone dalam, yang tidak sadar bahwa itu membuat sekeliling berkyaa-kyaa ria. Bahkan nenek-nenek lewat sekali pun.

“Aaa..aa..itu ano..emm..” sang gadis tidak mampu berkata apa pun saking salah tingkah dan hanya bisa menatap tanah tempatnya berpijak.

“Hinaaa!!!!” teriak sebuah suara yang membuyarkan keadaan hening itu.

Yukina yang melirik sekilas pada gadis yang baru saja berteriak itu, kembali panik dan untung saja dia menemukan sebuah masker di salah satu sakunya dan segera menggunakannya.

“Emma?”

“Kemana saja kau? Aku mencarimu sejak tadi? Eh, siapa ini? Kenalanmu Hina?” Tanya gadis yang kita ketahui bernama Emma yang kaget melihat seorang pria dewasa dengan tubuh yang tinggi itu.

Astaga tinggi sekali, lebih tinggi dari Draken kah?” pikir Emma takjub.

 “Bukan, tadi aku bertanya padanya karena berteriak. Tapi katanya tidak apa-apa? Dan Tuan kenapa anda menggunakan masker?” Tanya Hina

“Maaf, system imunku buruk jadinya mudah sekali flu. Karena tidak ada apa-apa, jadi aku harus pergi, maaf membuatmu khawatir, kalau begitu sampai jumpa.” Ujar MC kita berusaha menyamarkan suaranya sebisa mungkin agar puan cantik blonde itu tidak curiga padanya. Yukina berjalan meninggalkan mereka berdua menuju sebuah mobil mewah yang tidak jauh dari sana ngak tahu sejak kapan ada disana.

“Tuan!” panggil Emma tiba-tiba.

Yukina merasakan keringat dinginnya mengucur semakin deras mendengar teriakan gadis itu, menolehkan wajahnya kebelakang.

“Ya?”

“Tuan, maaf tapi berapa tinggimu?” lah kukira mau tanya apa, percuma udah panic attack.

‘System berapa tinggiku?’

[Menjawab tuan rumah 203 cm]

‘Widihh tinggi banget dah’

“203 cm, memangnya kenapa?” jawabnya

Emma dan Hinata yang mendengarnya membola kaget tanpa ditutupi sama sekali.

Astaga wajah mereka lucu sekali! Pengen gigit!” Yukina gemes sendiri dibuatnya.

“Ti..tinggi nyaa…Kalau Mikey tahu dia bakalan nangis dipojokan?!” Ujar Emma antusias.

Yukina ingin tersedak mendengarnya.

“Tidak hanya Mikey-kun tapi Takemichi-kun juga bakalan nangis Emma!” Ujar Hina tidak kalah antusiasnya.

“Baiklah karena sudah tidak ada lagi, aku permisi dulu gadis-gadis, semoga kita bisa bertemu lagi..kumohon tidak dalam waktu dekat” kalimat terakhir tentu saja hanya dalam hati.

A Supporter In The World Of Tokyo Revengers Where stories live. Discover now