Ju Ni

1.2K 148 6
                                    


"Taketori?" Boruto membeo. Kata itu terasa familiar baginya.

Pun di lain tempat Hinata memperlebar senyumannya. "Yui-kun benar-benar terlihat berbeda. Karena itu sangat sulit untuk ku kenali."

Yui terkekeh kecil. "Apa aku semakin tampan hm?" Dia mengangkat sebelah alisnya menggoda.

"Um." Hinata mengangguk dengan setitik rona merah tipis.

"Ekhm! Aku masih kebingungan disini jadi, bisakah tolong jelaskan ada apa ini?" Naruto menatap Hinata lalu Yui dengan pandangan menyelidik.

"Clan Taketori dan Hyuga sudah berhubungan baik sejak dulu. Sewaktu ibu masih hidup kami sering berkunjung kesana. Yui-kun adalah putra dari pemimpin clan sebelumnya. Kami sudah mengenal sangat lama. Namun, memang jarang sekali bertemu. Terlebih lagi ketika ibu meninggal dan Hanabi menggantikan 'ku sebagai calon pemimpin clan selanjutnya."

Masih dengan senyuman Hinata menjelaskan.

Namun, Naruto seolah tak mendengarnya sebab pria itu masih memasang wajah masam.

Dia pun menatap Hinata tajam. "Kalian pernah menikah?"

Hinata memiringkan kepalanya bingung. "Y-ya ta-"

"Jadi aku bukan yang pertama?!" Naruto menyela dengan nada menuntut.

"Kuso oyaji, kau sehat 'kan? Sudah dikatakan tadi kalau itu cuman permainan masa kecil." Boruto menatap ayahnya jengah.

"Sayangnya kau memang bukan yang pertama." Yui berujar demikian dengan senyum kemenangan.

Naruto beralih menatap Yui dengan tatapan tajam. Dia menggertakkan giginya.

"Tapi, itu 'kan hanya permainan." Hinata menyela.

"Sayangnya aku menganggap itu serius." Yui menanggapi.

"Hinata sudah menikah denganku. Dan itu bukan sekedar permainan masa kecil. Kami sungguh-sungguh sudah menikah. Bahkan seluruh orang di dunia shinobi mengetahuinya." Naruto berucap dengan tegas.

"Aku tahu. Tanpa perlu kau beritahu pun aku sudah mengetahuinya, dan aku turut senang untuk hal itu." Yui tersenyum tulus sembari memandang Hinata.

Hinata membalas senyum itu tak kalah tulus. Bahkan kedua matanya sedikit menyipit indah.

"Baiklah setidaknya aku senang karena kau baik-baik saja, Hinata." Yui berujar tulus sebelum beralih menatap Naruto.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu sebelum aku pulang."

"Paman sudah mau pulang?" Himawari bertanya dengan pandangan sendunya.

"Kita bisa bertemu lagi nanti. Sesekali kalian bisa pergi untuk mengunjungi paman di desa Hanagakure."

Himawari mengangguk semangat. "Hai, kami akan berkunjung nanti."

"Itu pun jika tou-san mengijinkan." Boruto menambahkan.

"Aku akan ikut juga nanti," ucap Naruto.

"Jika menunggu tou-san libur maka kita harus menunggu sekitar ya, entah berapa lama lagi," sambung Kawaki.

"Akan tou-san usahakan untuk mendapatkan hari libur lagi!" Naruto menatap anak-anaknya dengan tatapan meyakinkan.

"Ya, tapi, itu butuh waktu yang lama." Boruto menambahkan masih dengan tampang datarnya.

"Aku senang berada disini. Tapi, pekerjaan ku sedang menunggu."

Perkataan Yui kembali merebut atensi semua orang.

"Ya adikmu juga." Hanabi menambahkan.

"Aku tidak punya adik. Aku hanya mengarang saja tadi."

"Aku kesal padamu. Tapi, bisakah katakan dengan jelas untuk tujuan apa kau datang kesini?" Naruto mulai memasang tampang serius.

[8] ホリデー {Horidē} ✔Where stories live. Discover now