24 - Dukungan Penuh Arti

9.7K 972 107
                                    

Kecupan singkat terus mendarat di pipi dan bibir Jevano. Matahari belum sepenuhnya naik membuat suasana pagi masih gelap gulita dengan sepoi-sepoi angin sejuk dari AC dan juga ventilasi kamar. Si pemilik wajah yang dicium oleh Naren pun menggeliat tanda ia sudah bangun.

Ia membuka matanya perlahan, beberapa detik kemudian Jevano tersenyum melihat sambutan rutin setiap pagi selama dua minggu terakhir. Naren terlihat sangat cantik pagi ini, tubuhnya juga sangat wangi sehingga membuat Jevano semakin tergoda untuk terus menatap Naren.

Jevano jadi ingat dengan perkataannya dua minggu lalu, ia menyadari apa yang ia rasakan itu benar adanya. Jevano mulai memiliki rasa sayang kepada Naren. Senyum manis yang berasal dari suaminya itu terus saja terbayang di sela-sela kegiatannya.

Bahkan, saat melakukan olimpiade satu minggu lalu, senyum Naren menjadi penyemangatnya agar bisa menjawab pertanyaan sulit dari panitia sehingga Jevano membawa pulang piala kejuaraan. Padahal saat itu Naren tidak hadir dan hanya mendukung Jevano dari rumah.

"Bangun, daddy Jevan." Bisik Naren.

chuup~

"Tumben bangunnya duluan." Ucap Jevano seraya mengelus dagu sang kekasih.

"Guru privatenya datang pagi. Jadinya, gue harus bangunin lo lebih pagi biar gue ga bangun pagi sendirian!" Ucap Naren dengan logat lucu.

Jevano pun bangun, dirinya terduduk dan kembali menatap Naren yang masih memakai bathrobe sebagai penutup tubuhnya. Pemuda itu sangat bersyukur dengan keputusan yang ia ambil, pasalnya semakin lama tinggal bersama Naren, pemuda itu terus saja berhasil mengambil hati sang dominan. Jevano jadi ingat saat dirinya mengatakan kalau ia tidak siap untuk menikahi Naren. Bisa-bisanya Jevano menolak sebuah berlian berharga.

"Gue udah bikin jadwal check up sama dokter Airin. Sore ini kita ke rumah sakit buat liat kondisi cebong. Sekalian beli kapsul penambah darah yang udah habis." Ujar Jevano dengan mengelus kepala Naren dengan lembut.

"Pulangnya mam mie ayam?"

"Iya, mam mie ayam." Jawab Jevano.

"Oke, teruntuk bapak Jevano Adiputra cepat segera mandi. Karena ini udah jam setengah enam, lo mau berangkat jam berapa coba."

"Kalo telat juga gue ga bakal kena marah."

"Si paling aset sekolah." Jevano tertawa mendengarnya.

Akhirnya setelah beberapa menit berdebat dengan Naren, Jevano pun pergi mandi dan meninggalkan Naren melakukan pekerjaan rumah.



"KAL, LO HARUS LIAT INI ANJIR!" Jessica berlari ke arah Haekal yang masih berada di depan gerbang sekolah. Di sana juga ada Marka yang baru saja mengantar Haekal sampai pintu gerbang.

"Apaan sih?! Heboh banget lo. Masih pagi juga." Ucap Haekal dengan raut wajah yang kesal.

Jessica menyodorkan handphonenya pada Haekal agar pemuda itu membaca berita yang ia temukan pagi tadi saat di rumah. Dengan rasa penasarannya, Haekal pun mengambil benda pipih tersebut dan membaca caption postingan Instagram terbarunya Ica. Rasa emosi yang berapi-api pun mulai muncul di ubun-ubun Haekal. Setahunya, Ica sudah di bantai habis-habisan oleh Naren dua minggu lalu. Ternyata gadis itu tidak ada takutnya dengan ancaman Naren.

 Ternyata gadis itu tidak ada takutnya dengan ancaman Naren

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Crazy Challenge || NOMIN [End] ✓Where stories live. Discover now