Arc 1: Bagian Kedua

200 44 9
                                    

Gadis muda itu berlari kencang, menghindari para pengejar yang kian dekat untuk mencapainya.

Tak ingin mengalah meski sudah jatuh hingga berpuluh kali juga tersandung batu hingga timbul memar dan luka disepanjang kaki sampai telapak tangannya, gadis itu terus melarikan diri sampai masuk ke dalam Hutan Terlarang guna menghindari pengejaran.

Mikasa, namanya.

Dia melarikan diri karena tak mau dijual pada pedagang budak yang menginginkan gadis muda perawan seperti dirinya untuk dijadikan sebagai barang dagangan.

Mikasa tidak ingin dijual!

Dia adalah manusia, bukan barang yang dapat diperjualbelikan!

Setelah sampai di bagian terdalam Hutan Larangan, Mikasa memelankan langkahnya. Dia menoleh ke belakang untuk memastikan tak ada lagi yang mengejarnya.

Yah, sebenarnya tanpa perlu menoleh pun Mikasa yakin kalau tidak akan ada yang akan bertahan mengejarnya di dalam hutan larangan. Kabar angin yang bertebaran menyatakan bahwa tak seorangpun yang memasuki hutan itu pulang kembali. Menilai dari hal itu pasti orang-orang yang mengejarnya pun memutuskan untuk berhenti dan kembali.

Mikasa pun memasang senyum tipis di wajahnya. Berbanding terbalik dengan tekad suram yang terlukis di matanya.

Dia memang berhasil melarikan diri.

Tapi selanjutnya bagaimana?

Hutan Terlarang adalah wilayah non-manusia, jika Mikasa boleh menyebutnya begitu.

Ada banyak binatang buas yang menjadikan tempat ini sebagai tempat tinggal mereka.

Dan lagi, Mikasa tidak tahu apa-apa saja yang mungkin akan ditemuinya jika ia masuk semakin dalam ke tengah hutan.

Dia juga tak mungkin untuk memutar langkah dan keluar dari hutan ini karena bisa saja para pengejar itu menunggunya di bagian terluar hutan sebab berpikir kalau Mikasa akan segera keluar dari hutan yang dilarang untuk manusia datangi itu.

Mikasa sudah sangat kelelahan karena telah berlari hampir sepanjang hari ditambah ia belum makan apa-apa dari pagi.

Meski cuaca di dalam hutan tidak terik sebab terhalang oleh pohon-pohon yang tinggi, Mikasa dapat merasakan haus di kerongkongannya.

Daerah sekitar Mikasa seolah berputar. Pijakannya tidak sekokoh sebelumnya. Pandangan Mikasa berubah buram dan seketika Mikasa ambruk ke tanah.

Dia jatuh pingsan.

🌙🌙🌙

Mikasa terbangun ketika merasakan sesuatu yang dingin diletakkan di dahinya. Seseorang mengompres kepalanya.

Wajah pertama yang Mikasa temui setelah bangun adalah wajah rupawan milik seorang wanita bermata hijau layaknya permata yang bercampur dengan warna merah darah sebab sekilas Mikasa mendapati adanya kilat merah  yang meriak di dalam matanya.

Wanita itu tersenyum.

"Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Apakah ada yang sakit? Aku sudah membalut luka-lukamu, jika masih ada luka yang lain kau bisa memberitahuku."

Mikasa terkejut dengan pertanyaan beruntun yang ia dapatkan tepat setelah bangun.

Tidak dapat langsung merespon sebab Mikasa langsung lupa dengan seluruh pertanyaan yang dilontarkan padanya sebelumnya, dengan kikuk Mikasa menyahut, "ehh ... ettoo ... anoo ... ini dimana?" Dan dia malah berakhir memberi pertanyaan.

Wanita dengan rambut merah kecoklatan itu sekali lagi tersenyum. Sebuah senyum hangat yang sudah lama tidak Mikasa dapatkan dari orang lain.

"Ahh, maaf. Kau pasti terkejut karena tiba-tiba dibawa kesini. Perkenalkan, aku Isabell Magnolia. Kau bisa memanggilku Isabell," jelas Isabell memulai perkenalan sebelum meneruskan, "dan ini rumahku. Bukan rumahku juga sih, tapi kau bisa saja menganggapnya begitu. Aku tinggal disini bersama tunangan dan juga temanku. Kalau kau mau, kau juga boleh tinggal disini. Aku akan sangat senang jika kau tinggal disini menemaniku karena hanya aku perempuan yang ada disini."

I Wanna be With You (ARC 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang