29. DADAKAN

385 37 2
                                    

Jay mengerucutkan bibirnya, kesal dengan acara dadakan Ziyan dan Rumi yang mengajak nya pulang kampung.

Tetapi Jay menjaga sikap, Bapak Saka ikut dengan mereka, karena Ziyan berkenan melamar Jay, jadi dia membawa Bapak sebagai pendamping nya.

Sampai di Bandara Juanda, Surabaya. Jemputan mereka sudah menunggu dengan dua mobil, mereka menyerahkan satu kunci kepada Ziyan sesuai apa yang di inginkan Ziyan, dia ingin mengemudi sendiri ke kampung Jay.

"Sudah bilang keluarga desa kan Jay?" tanya Bapak Saka, dia menepuk-nepuk pantat Rumi yang terlelap di pangkuannya.

Jay gelagapan, masih grogi dengan calon mertuanya, "Sudah Pak,"

Bapak Saka mengangguk, dia menatap anaknya yang sedang fokus mengemudi.

"Kamu menikah bukan hanya untuk Rumi kan? Ziyan?" Saka serius dengan ucapannya, dia tidak bisa mengizinkan anaknya jika hanya menikah demi Rumi saja.

Ziyan mengangkat alisnya, wajahnya terlihat tidak suka dengan ucapan Bapak Saka.

"Jika menikah hanya untuk mengurus dokumen Rumi, jangan pernah menikah,"

"Biarkan Rumi seperti ini, daripada pernikahan mu terisi dengan keegoisan yang hanya menguntungkan rasa ingin,"

Jay menunduk takut, ucapan Bapak Saka membuatnya khawatir dan ketakutan dengan hal yang dinamakan pernikahan itu.

Ziyan melihat Jay disampingnya, "Saya menikah bukan karena itu saja Pak, pengurusan dokumen Rumi adalah hal yang wajar Kami urus, karena Rumi adalah anak Kami,"

"Lalu Kamu menikah karena apa? Cinta? Itu tidak pernah cukup Ziyan, Jay kenapa Kamu mau menikah dengan Ziyan?"

Jay kaget, apa jawaban yang tepat jika ada pertanyaan seperti itu? Jay tidak ingin muluk-muluk menjawabnya, tapi apa? Dan kenapa dia mau menikah dengan Ziyan?

Karena dia mencintainya? Tentu bukan, kalau sepihak mana bisa Jay di tahap akan menikah.

Karena Jay merasa Ziyan adalah laki-laki yang pas? Bukan juga, Jay merasa kalimat ini terkesan jika Jay banyak menemui pria lain di luar sana.

"Karena Mas Ziyan memilih Saya," jawaban Jay membuat Saka tertawa lebar, hal ini menyebabkan Rumi terbangun dan merengek.

"Benar saja, ucapanmu ada benarnya," Bapak Saka masih tertawa, dia menuntun Rumi yang mau ke pangkuan Mama nya.

"Pernikahan bukan sekedar cinta, Kamu harus memperhatikan mental istri dan anak-anakmu nanti, cinta dan uangmu bukan jaminan istri dan anak-anakmu bahagia, karena pernikahan itu antara dua orang, maka selalu diskusikan apapun dengan istrimu, jangan minta mau nya sendiri, dengarkan apa yang istrimu ceritakan, jangan pernah mengabaikan keluhannya."

"Berikan kesempatan istrimu marah, dan yang Aku khawatir kan, jangan pernah memaksa jika istrimu menolak, dengarkan alasannya, Kamu pemaksa, lihat saja bibir Jay dari tadi mengerucut tidak suka,"

"Pak," Ziyan mengusap kasar wajahnya, dia senang Bapak nya mengkhawatirkan dirinya yang akan memasuki jenjang pernikahan, akan tetapi dia tidak suka jika dirinya dikatakan pemaksa.

Ziyan tidak pernah merasa dirinya adalah pemaksa.

"Mas Ziyan pemaksa, masa gak terima," gumam Jay pada Ziyan, Bapak Saka lagi-lagi tertawa mendengar ucapan Jay.

"Perceraian,"

Satu ucapan Bapak Saka membuat sepasang kekasih di depannya menegang kaku.

"Perceraian itu sudah umum sekarang, hanya karena pertengkaran sepele dan percekcokan dimana tidak ada yang mau mengalah, jangan isi rumah tangga kalian dengan siapa menang siapa kalah, kalau kalian saling mencintai jawabannya adalah saling mengerti," gumam Bapak Saka, kalimat ini sangat dia hafal, kalimat mendiang istrinya yang di ucapkan ketika mereka masih muda.

I AM WHAT HE REALLY WANTSWhere stories live. Discover now