prolog

804 82 9
                                    

"ʜᴀʀᴜs ᴘᴇʀɪɴɢᴋᴀᴛ ᴘᴀʀᴀʀᴇʟ. ɪɴɢᴀᴛ ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴄᴜᴍᴀ ʟɪᴍᴀ ʙᴇsᴀʀ ᴛᴇʀᴜs!"

Kenyataan yang semestinya sedang dipertaruhkan. Kenapa harus terlihat lebih unggul jika ujung-ujungnya ia akan mati. Kehidupan tidak akan kekal abadi, rasa sakit dan kekecewaan akan berakhir dengan sendirinya pula.

Manusia beranggapan kehidupan merupakan segala-galanya, seperti mereka akan hidup selamanya saja.

Apakah harus punya kebanggaan agar dapat di agungkan, rupanya nilai sangat menjamin hidup seseorang lebih baik. Akhlak dan yang lainnya justru terabaikan. Tidak ada yang penting, jika rasa sakit dari bertahan selama ini. Tidak sekalipun di anggap berharga.

Jihoon, tepatnya saat pembagian lapor. Dia berada di urutan pertama. Hingga saat itu kedua orangtuanya membanggakan dengan cara yang istimewa. Ia kira keduanya memang bangga, bukannya untuk diceritakan bahwasanya mereka punya Jihoon.

Di saat seperti itu, Jihoon hanya merasa orangtuanya memperlakukan dengan baik. Jika dia mendapatkan hal-hal yang luar biasa hebatnya. Jika tidak, dia tidak mungkin mendapatkan pengakuan seperti ini.

Ada hal yang paling menyedihkan bagi hidupnya ketika ia bertarung melawan penyakitnya seorang diri. Percuma untuk menceritakan yang dialami, orangtuanya hanya menyuruhnya untuk terus belajar. Saat ada kesempatan untuk mengatakan yang sebenarnya, mereka menolak. Seolah-olah keadaan Jihoon tidaklah penting. Dan memang seperti itu adanya, Jihoon bukan siapa-siapa untuk diperdulikan.

Hingga ada suatu hari yang membuat batinnya tertekan. Dia gagal, tidak ada yang namanya peringkat pararel. Jihoon yang berjuang melawan penyakitnya sendirian, justru merasa tersiksa jika memaksakan diri. Untuknya melakukan hal-hal yang terbaik, agar mendapatkan sebuah pengakuan.

Ini awal mulanya seseorang dipaksa agar terus membanggakan. Yang nantinya akan menyerah karena tidak lagi bisa menahan diri, untuk tetap tinggal lebih lama lagi.

Yang di anggapnya bentuk kebahagiaan, nyatanya membawa pada sebuah rasa sakit yang mendalam. Semakin terjerumus, semakin dalam pula Jihoon tidak bisa keluar dari rasa sakitnya. Kemungkinan cara yang terbaik tetap saja mengakhiri kehidupan yang ada, percuma saja bertahan. Jika berkali-kali tidak di inginkan bertahan.

 Jika berkali-kali tidak di inginkan bertahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ʜᴀᴛᴇ ʜᴏᴘᴇ ᴀɴᴅ sᴀᴅ ᴇɴᴅɪɴɢ[✓] 𝙍𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞Where stories live. Discover now