Pulau Harapan [M] 🔞

1.9K 182 10
                                    

A/n: surprise ~~~
Enjoy!
.
.
.

"Kak, pacar lo dateng tuh." Ujar Yeri sambil lalu di depan pintu kamar Irene yang memang terbuka lebar karena dia baru saja selesai membersihkan kamarnya.

"Pacar siapa, anjir?" Irene mengernyit heran. Pasalnya dia belum bercerita apapun dengan adiknya itu. Yeri hanya tau dia pergi menemui mantannya waktu itu. Dia keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar adiknya. "De!" Irene menggedor pintu kamar Yeri.

"Berisik lo, Kak!" Yeri membuka pintu kamarnya dan langsung menyemprot sang kakak. "Ketok pelan-pelan kan bisa. Nggak usah gedor-gedor!"

Irene mengabaikan omelan adiknya, "Pacar apaan?" Tanyanya langsung.

"Pacar lo. Seulgi di bawah tuh."

"Hah?"

"Sana turun. Kasian diem di teras depan doang anak orang. Nggak gue suruh masuk tadi." Cengir Yeri tanpa dosa.

"Kok?"

"Kak, apaan sih lo? Jadi planga-plongo! Udah cepetan turun gih." Yeri mendorong kakaknya, "Gue mau tidur siang. Lo kalo keluar sama pacar lo, baliknya beliin gue makan ya." Dia lalu menutup pintu kamar dan menguncinya, meninggalkan Irene yang masih belum sepenuhnya sadar.

Irene mengerjapkan matanya, "Apa sih?" Dia menggerutu sendiri. Seingatnya dia tidak ada janji apapun dengan Seulgi. Bagaimana bisa pacarnya itu tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa pemberitahuan terlebih dulu? "Ah paling gue dikerjain Yeri kaya biasa." Celetuknya.

Dia kembali ke kamarnya dan ketika baru saja dia ingin merebahkan dirinya di Kasur, telepon genggamnya berbunyi nyaring. Nama Seulgi terpampang di layar HPnya. "Napa lo?"

"Rumah lo berapa tingkat sih? Lama amat turunnya." Gerutu Seulgi sebal.

"Hah? Kenapa dah?"

"Dih, emang ade lo nggak bilang gue ada di bawah?"

"Lah, beneran?"

"Ya bener! Cepetan turun. Gerah woy! Aus pula!"

"Bohong lo ya?"

"Astaga, Irene! Mau video call apa lo turun ke sini?"

"Iya ya udah bentar gue turun."

"Buruan!"

"Sabar, bawel!"

"Nggak usah pake dandan!"

"Nggak dandan juga gue udah cakep. Mau pake BH dulu!" Irene langsung mematikan sambungan telepon sehabis dia berkata itu. Buru-buru dia ganti baju karena yang tadi pasti sudah penuh keringat, soalnya dia habis beres-beres kamar. "Anjir! Gue belum mandi!" Dia mencium tubuhnya, "Nggak bau lah ya. Bodo amat deh. Siapa suruh dateng kaya jaelangkung?"

Akhirnya Irene turun juga menghampiri pacarnya di teras depan. "Gi," Panggilnya.

"Nah nongol juga." Ujar Seulgi sambil menghela napas lega. "Bagi minum dong, Rene. Aus nih gue." Todongnya langsung.

"Masuk dulu sini," Undang Irene. "Kasian kepanasan di luar."

"Iya. Meleleh gue bentar lagi." Celetuk Seulgi asal, membuat Irene tertawa.

Irene mengajak Seulgi masuk ke dalam rumahnya dan kemudian mempersilakan pacarnya duduk di ruang tamu. Dia segera pergi ke dapur, membuatkan minuman untuk Seulgi. Dia kembali dengan membawa nampan berisi minuman dan juga makanan ringan.

Seulgi meneguk jus jeruk dengan senang hati. Dinginnya sukses mengusir gerah, hingga tanpa sadar isinya sudah tandas setengah gelas. "Aus amat, Kak. Abis nyangkul?" Goda Irene.

NebengersWhere stories live. Discover now