SKANDAL ARTIS

57 10 1
                                    

Melihat ruang kerja Cintya sudah tak lagi dipasang garis polisi, Anne merasa penasaran untuk menengok ke dalamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Melihat ruang kerja Cintya sudah tak lagi dipasang garis polisi, Anne merasa penasaran untuk menengok ke dalamnya. Namun, Anne harus menahan hasratnya menyelidiki isi ruangan Cintya saat ini. Karena ia sendiri masih memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.

Anne sudah memesan taxi online, sementara Bu Citra sudah menunggunya di lobby kantor. Baru saja Anne akan berbalik dari ruang kerja Cintya, ia dikejutkan dengan kehadiran Randy yang baru saja keluar dari ruangan itu terburu-buru sampai hampir menabrak Anne.

“Hai,” sapa Randy merasa tak enak karena berpapasan dengan Anne yang hampir ia tabrak barusan.

“Hai, Ran,” sahut Anne tersenyum tipis. Pandangan Anne langsung tertuju pada beberapa berkas yang dibawa Randy, terlihat cukup banyak sampai laki-laki itu terlihat memegangnya begitu erat.

“Udah… sejauh mana kamu penyelidikan kasusnya Pak Denni?” tanya Anne.
Randy mengulum bibirnya, kemudian berjalan beriringan dengan Anne menuju lift, “Aku belum bisa simpulin siapa yang ngelakuin ini ke Cintya. Tapi, aku udah bisa buktiin kalau Pak Denni bukan pelakunya.”

Anne berhenti melangkah ketika dirinya sudah benar-benar berada di depan lift bersama Randy. Anne menahan napasnya, kemudian melirik ke arah Randy yang lurus menatap lift, menunggu pintunya terbuka.

“Dugaan sementara aku, pelakunya itu berkaitan sama kasus terakhir yang ditangani Cintya,” ucap Randy meskipun Anne tak bertanya lebih lanjut. Suaranya memelan, seolah berbisik pada Anne.
Randy mengatakan itu pun bukan tanpa alasan, ia ingin Anne penasaran dan akhirnya ikut campur dalam pencarian pelaku. Meskipun ia tahu Anne yang keras kepala ini akan sulit melanggar prinsipnya sendiri untuk tidak terlibat apapun pada kasus kriminal.

“Mantan klien Cintya yang lagi dihukum sekarang, bangkrut. Dia ga mungkin punya uang untuk bayar seseorang dan mencelakai Cintya. Dari sikap angkuhnya, aku juga yakin Pak Dirga ga punya kaki tangan yang mau nurutin perintahnya berbuat kriminal tanpa imbalan apa pun. Meskipun tempramental, Pak Dirga orang yang bersih, dia gak pernah main tangan, dan gak ada catatan kriminal sekecil apa pun. Dia orang yang terkenal disiplin, catatan pajak teratur, dan gak pernah ada riwayat pelanggaran di jalanan,” oceh Anne tanpa sadar memberikan penjelasan lain untuk pernyataan Randy sebelumnya.

“Kayanya kamu terlalu jauh, Ann. Buat apa juga memeriksa catatan pajak dan riwayat pelanggaran di jalan?” tanya Randy sambil tertawa. Tawa yang entah mengapa Anne artikan sebagai sebuah ejekkan, dan Anne sangat tidak suka diremehkan.

“Orang yang sering melakukan pelanggaran lalu lintas, adalah orang yang menyepelekan aturan. Orang temperamental seperti Pak Dirga sangat memungkinkan untuk berkali-kali menerobos lampu merah atau terlibat percekcokan di jalanan. Tapi enggak ada, artinya dia bisa mengontrol emosinya. Bukannya aku bilang juga dia dikenal orang yang disiplin? Aku yakin, dari pada buang-buang tenaga untuk mencelakai pengacara yang membuatnya dipenjara, dia akan bersikap baik agar cepat keluar dari penjara untuk melanjutkan bisnisnya dan membersihkan namanya,” jelas Anne panjang lebar. Dia kelihatan sangat percaya diri, seolah langsung mematahkan dugaan Randy mengenai pelakunya adalah mantan klien Cintya yang terakhir, yakni Pak Dirga.

Randy tertegun, ia merasa kaget sekaligus terkesan dengan penjelasan Anne yang cepat dan tepat. Ia sedikit curiga kalau gadis ini pun diam-diam sedang menyelidiki kasus Cintya. Namun, kecurigaan itu tak bertahan lama ketika akal sehatnya berpikir kalau Anne hanya memiliki sedikit data mengenai kasus terakhir yang ditangani oleh sahabatnya itu.

Keduanya berjalan masuk ke dalam lift. Randy mulai mecoba mengatur kalimat lagi yang bisa menarik perhatian Anne terhadap kasus ini dan memancingnya.

“Aku memang berpikir kalau ini semua ulah mantan klien Cintya yang dendam. Tapi, aku juga berpikir kemungkinan pelaku nya itu adalah pelaku yang sama, yang membunuh istri Pak Dirga itu. Cintya gagal mengumpulkan bukti yang bisa membebaskan kliennya, tapi aku yakin ada orang lain yang berusaha untuk membuat Pak Dirga adalah pelakunya,” jelas Randy bermaksud memprovokasi pendapat Anne lagi. Namun, gadis itu menyadari kalau ini adalah kali pertamanya mengobrol cukup panjang dengan Randy.

“Hampir mirip sama kasus Cintya saat ini, kan?” tanya Randy menyadarkan Anne dari keterpakuannya beberapa saat. Anne bukannya tak mendengarkan Randy, gadis itu hanya terbawa sedikit suasana saja hingga tak bisa berkata apa-apa.

Randy begitu menunggu tanggapan dari Anne, tetapi gadis itu tetap diam sampai mereka akhirnya keluar dari lift dan berjalan keluar. Namun, tiba-tiba saja Renna dan seorang laki-laki yang berjalan buru-buru bersamanya tak sengaja menabrak bahu Anne sementara dua orang dibelakangnya pun terlihat sangat panik.

Perhatian Anne yang semula tertuju pada keramaian di luar kantor, kini beralih pada laki-laki yang baru saja menabraknya ini.

“Ne, hati-hati dong jalannya!” omel Renna padahal jelas-jelas mereka yang baru saja menabrak Anne. Jika saja perhatian Anne tak tertuju pada gelang yang dipakai laki-laki ini, mungkin Anne sudah membalas ucapan Renna.

“Maaf ya, Mbak,” ujar laki-laki itu dengan panik.
“Aduh, Mas Egi, bukan salah kamu kok. Udah buruan kita ke kantor saya,” ucap Renna berusaha menarik laki-laki itu masuk ke dalam lift. Reflek, pandangan Anne mengikuti arah laki-laki itu berjalan. Ia seperti cukup familier dengan gelang bronze yang dipakai laki-laki itu, tapi entah dimana.

Anne mengingatnya mungkin karena bentuknya yang unik dan jarang dipakai kebanyakan orang, tetapi postur tubuh laki-laki itu seolah mengingatkan Anne pada seseorang, entah siapa.

“Kamu kenal dia, Ne? Atau salah satu fans-nya juga?” tanya Randy menyadari Anne begitu memperhatikan laki-laki itu.
“Oh? Enggak. Aku kenal aja enggak kok. Emang dia artis?” tanya Anne dengan cepat mengembalikan kesadarannya lagi.

“Iya, dia klien barunya Renna. Artis baru sih kayanya, sinetronnya juga masih tayang di TV. Sayangnya, dia dituduh nabrak fans-nya sendiri kemarin,” jelas Randy melanjutkan langkahnya bersama Anne.

“Paling cuma bikin sensasi lagi.”
“Masa sih? Korbannya meninggal, Ne. Kabarnya si artis lagi saling tuduh sama manager-nya sendiri. Orang-orang bahkan nuduh artis itu sengaja nyalahin manager-nya,” sahut Randy seketika membuat rasa penasaran Anne meningkat. Ia ingin tahu kasus apa yang sedang ditangani oleh si sombong Renna. Ia berharap sih, kasus yang rumit agar gadis itu merasakan sekali-sekali susahnya menangani kasus serius.

Anne melangkahkan kakinya menjauh dari keramaian, dan ketika dirinya menepi di sisi lobby, Anne buru-buru mengeluarkan ponsel dari sakunya. Dia begitu penasaran hingga mencari tahu kasus tabrak lari artis itu.

Tak sulit baginya menemukan berita skandal artis terbaru, karena akun-akun gosip memiliki kecepatan informasi yang jauh di atas rata-rata tim FBI. Meskipun, dalam kasus ini, orang-orang pun belum bisa menyimpulkan dengan pasti apakah artis tersebut atau manager nya yang benar-benar menabrak fans malang itu.

Anne membeku seketika ketika dirinya melihat foto korban yang telah meninggal akibat tabrak lari yang dilakukan artis tersebut. Bahkan, ia hampir menjatuhkan ponselnya sendiri begitu membaca kronologi kejadian yang mencakup TKP dan waktu terjadi. Semuanya seolah meyakinkan Anne, bahwa korban meninggal ini adalah orang yang sama dengan wanita yang Anne lihat hologram waktunya kemarin di kafe Angkasa. Wanita yang sempat dia lihat bayangannya sedang ditabrak oleh seorang laki-laki.

Tubuh Anne terhuyung, kedua kakinya seolah lemas. Pikirannya kemarin ternyata salah. Laki-laki yang keluar dari mobil, yang dia pikir akan menolong korban, ternyata mereka malah meninggalkannya hingga wanita ini meninggal. Anne menundukkan kepala, hati dan pikirannya benar-benar berkecamuk kali ini.

FALL INTO YOUR WORLDWhere stories live. Discover now