PENANTIAN PANJANG

100 18 3
                                    

Derai air mata dan sorak kekesalan dari para keluarga korban kekejaman Gema dan Guntur yang ternyata memiliki hubungan darah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Derai air mata dan sorak kekesalan dari para keluarga korban kekejaman Gema dan Guntur yang ternyata memiliki hubungan darah.

Aib yang selama ini berusaha ditutup rapat oleh Guntur karena memiliki selingkuhan dan anak yang terbuang, kini terungkap sudah.

Larasati telah tiada, menyusul putranya. Sementara Guntur yang masih diberikan kesempatan hidup, harus menebus segala perbuatannya di penjara. Sehebat apapun pengacara yang berusaha menurunkan masa hukumannya, Guntur terlanjur dijatuhi hukuman berlapis.

Pembunuhan berencana pada Diana dan ayah Miko, penculikan, penghilangan barang bukti, dan menikah tanpa izin atau sepengetahuan istrinya yaitu Liza.
Semua ini, tak luput dari campur tangan Randy yang berani memberikan segala bukti. Semua bukti yang ia temukan di rumah Gema saat itu.

Para keluarga korban Gema, berteriak protes ketika polisi mengabarkan kematian Gema yang lebih dulu dan memberikan hasil penyelidikan. Bahwa Gema memang terbukti sebagai tersangka tunggal pembunuhan.

Meskipun polisi mengungkap motif pembunuhan yang Gema lakukan hanyalah efek dari kelainan atau hobi yang menyimpang, Gema dianggap mendapat kepuasan setelah membunuh korbannya.

Sementara Guntur dijerat hukuman seumur hidup. Hal yang sudah cukup membuat ibunda Diana merasa sangat lega dan menangis haru. Akhirnya, orang yang sudah menghabisi putrinya itu bisa diadili secara hukum di dunia ini.

Begitu juga dengan Inggit, Ibu Miko yang menangis tersedu. Ia senang pelakunya sudah tertangkap, tetapi di sisi lain, hatinya sangat sakit ketika mengetahui motif pembunuhan Guntur pada suaminya itu karena demi menutupi kejahatannya yang membunuh Diana sebelumnya dan berniat untuk melaporkannya kepada polisi.

Di situlah peran Miko untuk menenangkan ibunya. Ia menghabiskan waktunya berdua dengan sang ibu di tempat kelahirannya, kota Semarang. Tempat keluarga membawa jasad ayahnya untuk dimakamkan di sana.

Sementara Anne. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah orang tuanya sejak pulang dari rumah sakit. Di saat seperti ini, ibunya benar-benar merawat Anne dengan baik.

"Meksipun kamu ga terkenal seperti pengacara lain, Papa bangga sama kamu, Ne, hebat kamu!" puji Henri pada Anne yang lengannya masih diperban.

"Ne, ini ibu buatin soto ayam kesukaan kamu," ucap Rita berjalan masuk ke dalam kamar Anne sambil membawakan nampan berisi satu mangkuk soto ayam dan minumnya.

"Kesukaan Anne? Sejak kapan Anne suka soto ayam?" tanya Henri.

"Ye, Papa. Anne tuh sukanya soto ayam tahu. Miko yang bilang sama Mama," sahut Rita sambil memukul lengan suaminya pelan. Lalu, ia menaruh nampan tersebut di meja kecil sebelah Anne berbaring.

"Oh, cowok yang itu. Pinter juga kamu cari cowok, Ne!"

"Apaan sih? Orang cuma temen!" sahut Anne pelan-pelan meraih mangkuk soto ayam nya.

FALL INTO YOUR WORLDWhere stories live. Discover now