1 | Sang pemeran utama

42 7 0
                                    

"Apa alasan Tuhan yang memberikan aku kesempatan untuk hidup di dunia ini?"
- YangJeongin

| Until We Meet Again |

Suara tangisannya yang terdengar sangat keras perlahan memelan menjadi dengkuran tidur. Rasa nyaman yang ia rasakan dalam lengan ibunya membuat ia merasa aman dan menghentikkan tangisannya.

"Jadi, Apa nama yang kamu pilih untuknya?"

Pertanyaan sang istri membuatnya berpikir keras. Ia tahu bahwa istrinya belum siap untuk mengurus seorang anak. Ia mungkin lebih senang akan kelahirannya ketimbang sang istri sendiri.

"Namanya Jeongin. Yang Jeongin. Bagaimana menurutmu?"

"Terserah padamu. Aku lelah, tolong bantu aku."

Sang suami hanya dapat menghembuskan nafas pasrah akan sikap sang istri. Ia akan menerima segala hal yang terjadi dalam hidupnya nanti. Dalam hidup keduanya.

Ia perlahan mendekap tubuh bayi mungil bernama jeongin, memposisikan dirinya senyaman mungkin. Tatapannya tak bisa berbohong ketika melihat wajah mungil itu.

"Tumbuhlah anak ayah. Jadilah anak yang baik dan kamu dapat bahagia nantinya. Aku tidak menyesali kelahiranmu ke dunia ini.  Maaf jika kamu justru terlahir dengan ayah yang buruk sepertiku."

Usapan lembutnya pada puncak kepala Jeongin membuatnya merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Dan itu hanya terjadi selama sesaat..


| Until We Meet Again |


Tidak ada kehidupan sempurna di dunia ini. Bahkan untuk menggunakan kata sempurna saja tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Sempurna dalam keluarga, sempurna dalam hubungan percintaan, juga sempurna pada diri sendiri.

Salah satunya pada kehidupan Jeongin. Dari awal kelahirannya, ia tidak disambut dengan baik. Jeongin bersyukur karena ia masih memiliki ayahnya disana untuk menemaninya.


"Ayah, Ayo temani Jongin bermain!"

"Hahaha.. baiklah. Anak ayah ingin bermain apa?"

"Ayah jadi kuda. Jongin jadi pangerannya!"

"Jadi kuda? Mmm... Ayooo!"


Cuplikan memori indah di masa lalunya berputar sepotong demi sepotong. Jeongin benci dirinya yang sekarang, ia hanya ingin kembali ke masa lalu untuk merasakan suasana itu lagi.

Bukankah terdengar menyenangkan ketika bisa menghabiskan waktu dengan orang yang kamu sayang?


"Yeayyy! Ayah pulang! Ayah membawa pulang apa?"

"Ayah membawakan makanan kesukaanmu. Dimakan ya."

"Akan jongin habiskan yah."

"Hey.. sisakan untuk ibumu ya. Sekarang ibumu ada dimana?"

"Aku tidak bertemu dengan ibu sejak ayah pergi bekerja."

Jawaban jeongin terdengar datar seakan ia sudah cukup mengerti bahwa ibunya tidak menyukai dirinya.


Jeongin mengira itu adalah mimpi buruk terakhirnya di masa kecil. Rupanya ia juga kehilangan sosok yang ia panggil ayah.

Jeongin tak akan pernah melupakan janji manis yang ayahnya ucapkan waktu itu. Janji manis yang kini menjadi sebuah kalimat tak berarti.

"Jeongin. Kamu anak ayah yang baik. Tumbuhlah sehat menjadi anak ayah yang hebat. Ayah janji sama jeongin, kalau ayah tidak akan pergi meninggalkanmu. Kita akan makan makanan kesukaanmu dan merayakan ulang tahunmu setiap tahunnya." 


Jeongin menggenggam erat boneka rubah ditangannya. Tersenyum sendu dengan rasa kecewa mengingat masa masa itu.

"Ayah tidak akan meninggalkanku, tapi nyatanya ayah seperti ibu. Merayakan ulang tahunku setiap tahunnya, tapi hingga  sekarang umurku sudah 16 tahun, kamu tidak pernah mencariku lagi."

"Menjadi dewasa itu tidak menyenangkan ya. Andai aku tahu dari dulu kalau janji-janji manis yang kalian katakan hanya sebuah kalimat penenang bagiku yang masih kecil."


| Until We Meet Again |


Tapi jeongin melupakan kalimat akhir sang ayah padanya. Entah ia lupa atau memang tidak ingin mengingatnya.

"Maaf jika ayah tidak bisa menahan ibumu. Maaf jika suatu saat nanti kamu harus hidup mandiri dan kita tidak akan pernah bertemu lagi. Ayah selalu menjagamu dari sini nak.."


| Menjadi dewasa itu tidak enak ya? |

| Until We Meet Again |

🦁

Until we meet again | Yang Jeongin [ √ ] Where stories live. Discover now