#2 - Candu

0 1 0
                                    


*****

Berjalan dengan langkah panjangnya sambil menenteng tas punggungnya dengan pandangan lurus kedepan membuat Arfian terlihat bertambah ganteng dan terkesan cool dimata fans perempuannya. Ia termasuk siswa yang famous akan prestasinya di bidang ekstrakulikuler pramuka yang kerap mendapat juara Nasional. Beberapa hari lalu ia dan kelompoknya sempat ke Padang mengikuti perlombaan pramuka dan membawa pulang piala juara 2 Nasional dengan masing-masing anggotanya juga mendapat prestasi di berbagai bidang. Hebat bukan? Begitulah.

"Pian!" Teriak seseorang dari belakang membuat Arfian yang merasa namanya dipanggil menoleh.

Arfian mengembuskan nafasnya. Ia menatap malas orang yang tengah berlari padanya, yang tak lain dan tak bukan adalah Deven, sahabatnya. Arfian dan Deven itu sangat kontras, kalian akan tahu sendiri apa perbedaannya.

"Gue panggil dari parkiran kagak denger lo?" Deven mencebik kesal.

"Gue bukan anak indigo," ucapnya lalu segera pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Deven yang masih bingung. Apa maksud Arfian?

Deven terdiam, ia masih mencerna ucapan Arfian yang tadi, sedangkan Arfian sudah berjalan jauh di depannya.

"Dia nggak dengar gue panggil tadi karena bukan anak indigo, berarti dia ngga bisa lihat setan."

"Lah! Gue setan dong? Heh! Pian!" Teriaknya sembari mengejar Arfian.

See? Arfian yang ketus dan Deven yang lemot, perpaduan yang bagus. Ngomong-ngomong soal dua bocah ini, mereka sudah berteman sejak dari dalam kandungan karena kedua orang tua mereka bestie, dan parahnya kedua orang tau mereka dulunya saling menjodohkan. Jadilah mereka.

"Lo jahat banget, Pi. Melukai hati dedek, akh!" teriaknya sambil memegang dadanya yang tidak sakit. Lebay.

Dan sampailah mereka di ruang kelas IPS 2 yang sudah ricuh pagi-pagi. Seperti julukannya, IPS adalah kelas paling santai, sampai ujian saja banyak yang tidak belajar bahkan belajar dadakan pagi-pagi.

"Morning, teman-teman!" Teriak Deven dengan senyuman lebar, bukannya kesemsem malah membuat siswi-siswi bergidik ngeri.

Arfian menyempatkan untuk membuka ponselnya. Ada beberapa pesan, ia hanya melihat pesan dari telegram milik orang yang baru ia kenal tadi malam, Nevan.

Theoneandonlyepan
Semangat!
Good luck, bro.

Arfian hanya tersenyum, ia tak membalas pesannya karena bel sudah berbunyi. Dengan segera ia mematikan daya ponselnya lalu meletakkan di dalam tas.

*****

Jarum jam menunjukkan pukul 11 siang, siswa SMA Negeri 2 berhamburan keluar setelah melaksanakan ujian kenaikan kelas. Banyak yang mengeluh karena soal begitu sulit menurut mereka, ada juga yang saling tanya jawaban masing-masing. Deven mengeluh, memaki-maki guru yang membuat soal sambil berjalan di sisi Arfian. Cowok itu hanya memutar bola mata malas tanpa berniat membalas ocehan Deven.

"Gila! Bahasa Indonesia satu soal ceritanya kek perjalanan emak gue berangkat sekolah, panjang banget!" Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya heran. Beberapa siswa di sekitar mereka tertawa mendengar ocehannya.

"Menurut lo susah nggak tadi?"

"Susah, tapi gue bisa." Bohong jika ia bilang soal itu mudah, buktinya tadi Arfian melakukan cap-cip-cup memilih mana jawaban yang benar.

Dua bocah ini sama-sama prik, cuma berbeda aliran saja, yang satunya prik versi cool dan yang satu versi premium.

*****

Limerence [On Going]Where stories live. Discover now