QUATRE

78 8 0
                                    

Hi!
Happy reading
Don't be a silent readers!
Help to Vote and Comments
Thank you♡

-
-
-
-

Kayden POV

Kini, tampak seorang remaja laki-laki sedang memandang langit-langit ruangan serba putih itu dengan raut datarnya. Pikirannya berkecamuk akan memikirkan suatu hal.

Berulangkali remaja itu menghela napas panjangnya, memikirkan keadaan sang adik yang sangat mengkhawatirkan hingga berakhir tak sadarkan diri.

Benar itu Kayden, dia panik melihat sang adik jatuh tak sadarkan diri dengan kondisi babak belur seperti tadi.

Namun, ada satu hal yang menyita pikirannya, sebuah panggilan yang sudah lama tak ia dengar tetapi tadi sore ia kembali mendengar kembali panggilan itu iya benar kata Abang itu yang membuatnya termangu didepan pintu kamar sang adik hingga berakhir sang adik tak sadarkan diri.

Sudah hampir delapan tahun panggilan itu tak terdengar namun tadi ia kembali mendengarnya tapi dengan suara yang begitu sendu dan senyuman lirih itu.

Hatinya resah dan senang bersamaan, resah akan lirihan itu dan senang akan panggilan yang didambakannya kembali terdengar lagi.

Kayden beranjak dari duduknya dan menuju brangkar seorang remaja laki-laki itu.

Dia duduk di bangku samping remaja yang sedang terbaring tak sdarkan diri itu. Tangannya mengelus tangan pucat memar itu.

"Iya ini Abang Eden, cepet bangun". Lirihan batin Kayden menyuarakan dengan sendu akan kepulihan sang adik.

Sudah hampir tiga jam remaja yang ditatapnya sendu ini tidak sadar, setelah jatuh tak sadarkan diri, dia segera membawa Jayden menuju rumah sakit tanpa memikirkan hal lainnya, dia sangat mengkhawatirkan kondisi Jayden.

Resah itulah perasaannya, setelah tiga belum ada tanda-tanda bahwa Jayden akan sadar.

Kayden menelungkupkan kepalanya di sela-sela tangan ia dan Jayden. Memikirkan kondisi adiknya selama ini membuat tugasnya sebagai sang kakak seperti tak da gunanya. Saat sang adik yang harusnya ia lindungi tetapi malah disakiti seperti ini. Dia mampu tapi seperti ada pembatas besar yang menghalanginya saat ingin membantu adiknya.

Lenguhan seseorang terdengar, buru-buru Kayden mengangkat kepalanya dan rupanya Jayden sudah sadarkan diri.

"Jayden?! Gapapa? Ada yang sakit? Tunggu Abang panggilin dokter dulu". Suara serak yang tiada berhenti mempertanyakan keadaannya itu menyita perhatian Jayden.

"Keluar!". Dengan wajah datar Jayden berucap pada Kayden.

Kayden terdiam beberapa saat dan dengan sendu ia memulai percakapan kembali

"Eden, Abang...". Kalimat yang akan disampaikan Kayden terputus akan teriakan Jayden.

"KELUAR GUE BILANG KELUAR!". Teriak keras Jayden.

"Kenapa? Kenapa lagi Eden?". Pertanyaan lirih itu dipertanyakan Kayden.

Jayden tampak terdiam dan entah apa yang dipikirkannya

"Keluar! Lo ga dibutuhin disini!". Sentak Jayden

Kayden hanya memandang sendu adiknya dan mengelus surai coklat sang adik. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia pun keluar dari ruangan itu dengan berat hati.

"Gue gatau apa maksud semua ini, gue juga bingung sama takdir hidup kita Jay tapi gue bisa apa, bisa gue cuma nurutin kemauan Lo. Gue seneng liat lo sadar dan manggil gue Abang tapi akhirnya malah gini". Kata perkata itu mengalir dengan sendu di batin Kayden.

Dan setelahnya Kayden melanjutkan langkahnya untuk kembali ke rumah.

Kayden POV end

Jayden sadar akan hal yang terjadi sebelum kesadaran merenggutnya. Dia ingat saat ia memanggil Kayden dengan kata Abang. Dia tak menyangka panggilan itu kembali keluar dari mulutnya setelah bertahun-tahun tak ia gunakan.

Melihat wajah sendu sang kakak bukanlah hal yang menyenangkan, wajahnya memang datar tak harap membuat semua orang menyangka bahwa ia tak mempunyai perasaan tapi siapa yang tahu di dalam hatinya.

Ia juga ingin bermain kembali dengan kakaknya seperti 8 tahun yang lalu namun ia tak bisa dan takkan pernah bisa.

Melihat kakaknya sehat saja sudah suatu hal yang ia syukuri setiap harinya.

"Benar, ini lebih baik daripada ayah misahin aku sama Abang". Jayden bergumam dengan pelan namun tersirat nada pasrah di gumaman itu.

Jayden ingin sangat ingin... Namun dia tak bisa.

Inilah Jayden dan Kayden anak kembar laki-laki yang dulunya selalu bersama setiap saat namun sekarang layaknya orang asing saat berpapasan. Tidak ada hal yang nyata untuk menjadi asing di hubungan kakak dan adik ini.

Namun ada pembatas besar yang menghalangi mereka dan entah kapan ini akan berakhir.

Jayden hanya bisa menunggu iya benar hanya menunggu sampai sang ayah mengabulkannya.

___________________________________________________________

Continuera!

JAYDENWhere stories live. Discover now