SEPT

40 3 0
                                    

Hi!
Happy reading
Don't be a silent readers!
Help to Vote and Comments
Thank you

-
-
-
-

Di pagi hari yang mendung ini, terdengar lenguhan dari seseorang, hingga taklama kemudian terbukalah mata itu mengedar memandang sekitar.

"Ah rumah sakit lagi? batinnya tersenyum sendu."

Jayden berusaha bangun dari tidurnya dengan sesekali meringis hingga tanpa sadar membangunkan seseorang yang tidur di sofa.

"Jayden, gapapa? ada yang sakit? bentar abang panggil dokter dulu". Rupanya itu Kayden yang berbicara sambil terengah-engah akan panik, belum sempat ia sampai di depan pintu tapi Jayden bersuara.

"Ini gunanya tombol nurse call apa?". Tanya Jayden sambil menatap bingug abangnya Kayden.

"Oh iya astaga sampe lupa, bentar jangan banyak omong, istirahat aja jangan banyak ini itu, sembuh dulu baru dilakuin yang eden pikirin, oke?". Jelas Kayden tegas.

Jayden diam menatap abangnya sambil mengangguk. Kayden melihat jelas tatapan itu, tatapan polos adiknya yang dirindukannya selama beberapa tahun ini kembali ia lihat, adiknya saat kebingungan pasti akan diam dan mengiyakan saat ditegur dengan tatapan polosnya itu. Ini salah satu hal yang ia syukuri karena bisa melihat watak adiknya yang ternyata masih butuh ia abangnya. Jayden itu sok kuat tapi tanpa disadari ia sewaktu-waktu bisa lunak saat hanya berdua dengan abangnya. Kayden merasa gemas akan tingkah Jayden ini, adik kecilnya rupanya hanya berupaya untuk tinggi saja tapi masih tetap adik kecilnya yang polos. Kayden tersenyum seraya mengusap surai coklat adiknya.

Jayden suka semua tentang abangnya dan yang dilakukan abangnya untuknya namun ada satu hal yang tidak bisa ia lawan, ia sangat ingin terus berdekatan dengan abangnya, mengadu seraya mangis ke abangnya dan memeluk abangnya hingga rasa takut dan putus asa itu meluap. Melihat abangnya saja hati Jayden tenang karena masih ada orang disayanginya didekatnya. Tetapi, Jayden tidak bisa lama akan hal ini.

"Pulang! Gue gapapa, jangan kesini lagi, gue bisa sendiri dan makasih untuk malam tadi". Setelah itu Jayden langsung berbalik arah dari Kayden hendak tidur kembali.

Kayden menghela nafas berat saraya menatap punggung Jayden. Sungguh keras kepala. Pikirnya.

"Jay, gue tungguin ya, ntar sehabis lo sarapan sama minum obat gue bakal pulang". Jelas Kayden.

"Gak! Lo tetep pulang, nanti ayah marah". Jayden tetap kekeh mengusir Kayden pulang. Kayden terdiam beberapa saat nampak berpikir keras.

"Oke gue pulang tapi nanti sore gue balik lagi ke sini, gaada penolakan!". Titah Kayden tegas.

Jayden mendengus seraya menatap sebal abangnya yang tidak berubah selalu pemaksa. Padahal dia juga gitu malahan lebih keras kepala haha

"Iyaa, sana pulang". Jayden kesal

"Iya ini pulang". Kayden tampak menahan tawa dan menatap gemas adiknya. Seraya mengusap surai adiknya, Kayden tersenyum sambil melangkahkan kaki keluar ruangan rawat Jayden.

Jayden melihat itu melihat abangnya keluar dair ruangannya sambil tersenyum. Jayden senang akan hal itu sanagt senang, akhirnya ia punya sedikit lebih banyak waktu saat bersama abangnya. Punggung tegap itu terasa aman, Jayden ingin memeluk abangnya dan mengadu ke abangnya bahwa ia sudah hampir menyerah akan hidupnya, ia merasa tiada gunanya ia hidup jika ayahnya terus seperti itu, Jayden ingin disayangi ayahnya seperti abangnya dan ingin bercanda dan berkumpul bertiga bersama ayah dan abangnya tanpa ada pertengkaran satu sama lain.

JAYDENWhere stories live. Discover now